Ganjar Pranowo ”Dolan” dan ”Gojek Kere” di Rumah Butet Kartaredjasa
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bertamu ke kediaman seniman asal Yogyakarta, yakni Butet Kartaredjasa, di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (16/10/2022). Ia juga diberi sketsa karya Butet.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bertamu ke kediaman seniman asal Yogyakarta, Butet Kartaredjasa, di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (16/10/2022). Selain saling melontarkan gojek kere, Ganjar juga mendapat sebuah sketsa karya Butet yang berjudul ”Mengerem Keserakahan”.
Ganjar tiba sekitar pukul 13.30. Ia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna putih dan ungu. Begitu tiba, ia langsung disambut Butet serta beberapa seniman lainnya. Para seniman tersebut, antara lain, Marwoto Kawer, Susilo Nugroho, Bambang Paningron, Marzuki Mohammad ”Kill the DJ”, Putu Sutawijaya, hingga Kuss Indarto.
Pertemuan mereka diawali santap siang bersama. Menunya ikan bakar, sambal korek, hingga sayur orak-arik. Sembari makan, percakapan di antara mereka berlangsung cair. Begitu banyak canda dilontarkan hingga gelak tawa terdengar dalam pertemuan selama lebih kurang tiga jam itu.
”Yogyakarta itu tempatnya seni dan budaya. Kumpul-kumpul mesti regen (guyub). Ada kopi, makan, cerita sembarang kalir. Gojek kere. Karena, saya 11 tahun di sini. Dulu saya pengagum mereka, tapi enggak kenal. Jadi, pengagum sekarang boleh main ke tempat ini,” kata Ganjar, seusai pertemuan tersebut.
Ganjar juga mendapat beberapa karya berupa gambar dan buku. Yang paling mencolok perhatian ialah karya sketsa Butet yang diberi judul ”Mengerem Keserakahan”.
Dalam sketsa itu, tampak sosok manusia dengan sekuat tenaga menarik leher seekor macan. Sosok macan berukuran jauh lebih besar daripada manusianya.
Ganjar senang dengan karya sketsa itu. Ia mengagumi cara seniman mengekspresikan pemikiran dan keresahannya. Misalnya, dalam sketsa karya Butet, persoalan keserakahan dibicarakan secara simbolik. Terdapat kandungan makna yang mendalam hingga menggugah rasa.
”Ini ngerem dan keserakahan. Dua kata itu maknanya tinggi sekali. Ini yang selalu ngangenin dari Jogja. Banyak petuah, simbol-simbol, sanepo-sanepo yang sangat filosofis. Jadi, tidak semua dengan akal, tetapi juga dengan rasa. Sangar nggih,” kata Ganjar.
Butet menyatakan, memang sudah berniat memberikannya kepada Ganjar. Sketsa itu baru dibuatnya beberapa bulan lalu. Keserakahan yang berusaha disampaikannya tak berhenti dalam konteks harta kekayaan. Pihaknya ingin mengemukakan masalah keserakahan pada banyak bidang kehidupan.
Akan tetapi, Butet menegaskan, sketsa yang dibuatnya juga tidak merepresentasikan sosok Ganjar. Namun, sikap mau menahan diri dari segala keserakahan memang harus dimiliki semua calon pemimpin. Untuk itu, pesan yang disampaikan dalam sketsanya sejatinya bersifat universal.
”Calon pemimpin harus punya kesadaran dan kemampuan untuk mengendalikan diri. Caranya mengerem keserakahan. Jadi, kalau naluri purba muncul dan mau serakah, lihat lukisan lalu teringat. Itu isyarat. Saya agak spiritual kalau soal ini. He-he-he,” kata Butet.
Butet menegaskan, pertemuan kali itu tidak terkait dengan isu Pemilu 2024. Pihaknya juga enggan berkomentar perihal dukungan politiknya pada pemilihan presiden. Sosok yang didukung bakal bergantung suara hatinya kelak.
Kedatangan Ganjar, kata Butet, sama halnya seperti teman-teman dekat lain yang bertamu ke rumahnya. Apalagi, ia sudah berhubungan dekat dengan Ganjar sejak lama. Begitu juga dengan para seniman yang turut hadir saat itu.
Satu sama lain, kata dia, adalah teman lama yang kembali bersilaturahmi. Untuk itu, lebih banyak bercanda ketimbang obrolan serius.
Butet menyebut sudah sering menjamu tamu-tamu lainnya sekelas pejabat negara. Dua di antaranya ialah Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki serta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD. Hanya saja, Mahfud dijamu di warung milik istrinya, yakni Warung Bu Ageng.
”(Ganjar) kepengen dolan (main) karena dia tahu bojoku (istriku) kalau masak enak. Kalau warung sudah terlalu publik. Ini karena kenal pribadi, ya, sudah di rumah saja. Hanya bercanda-bercanda saja. Gojek kere pokoke,” tutur Butet.