Air Mata Bangga untuk Produk Anak Bangsa
Kemandirian ini menjadi modal bagi Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan, terutama sektor kesehatan. Semua ini dibutuhkan agar negara ini mampu terus berdikari.
Indonesia memasuki babak baru dalam perang melawan Covid-19. IndoVac, vaksin Covid-19 karya anak bangsa, akhirnya beredar dan membantu meniti jalan mewujudkan ketahanan kesehatan Indonesia.
Tati Karwati (52), warga Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, bahagia saat akhirnya bisa berada sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo. Saking dekatnya, Tati kini bahkan bisa saling melemparkan senyum.
”Biasanya saya hanya bisa melihat lewat televisi saja,” katanya semringah di halaman kantor Bio Farma, Kota Bandung, Kamis (13/10/2022).
Namun, kegembiraannya bukan itu saja. Dia juga lega. Saat tusukan jarum suntik lepas dari lengan kanannya, Tati tidak mengalami dampak signifikan. Lengannya pegal. Namun, kepalanya sama sekali tidak pusing.
”Ini adalah yang pertama kalinya saya disuntik vaksin Covid-19,” katanya.
Tati adalah satu dari 25 sukarelawan yang mendapat suntikan perdana IndoVac, vaksin buatan PT Bio Farma. Sebelumnya, dia tidak pernah tertarik ikut berbagai program vaksinasi Covid-19. Meski tergolong kalangan rentan dan prioritas, tawaran vaksinasi tidak pernah ia ambil.
Penyebab terbesarnya adalah asal-usul vaksin. Menurut Tati, dia kesulitan memastikan sendiri keamanan vaksin yang akan digunakan. Dia cemas ada kandungan tertentu yang membuat vaksin itu tidak aman masuk ke dalam tubuhnya.
Hingga akhirnya, ada tawaran berbeda datang sekitar dua minggu lalu. Dia dijanjikan vaksin buatan anak negeri, PT Bio Farma, yang sudah mendapat fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia dan sertifikasi halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal.
Hal itu membuatnya luluh. Sejauh ini, produk Bio Farma sudah digunakan 152 negara dan 52 negara di antaranya negara Islam.
”Saya langsung setuju,” kata Tati.
Baca juga: Indovac Penuhi Kebutuhan Vaksin Dalam Negeri hingga 20 Juta Dosis
Anak muda
IndoVac adalah vaksin yang dikembangkan PT Bio Farma dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat, sejak November 2021. Vaksin ini dikembangkan dari platform sub-unit protein rekombinan dengan kandungan zat aktif rekombinan receptor-binding domain (RBD) dari protein S virus SARS-CoV-2. Risetnya dilakukan sejak November 2021–24 September 2022.
Hasilnya, IndoVac disebut memiliki keamanan yang baik dengan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) gejala berintensitas ringan, seperti nyeri pada area suntik. IndoVac juga memiliki efektivitas yang baik dalam meningkatkan titer antibodi.
Dalam uji imunobridging dengan vaksin pembanding yang memiliki efikasi di atas 80 persen, vaksin IndoVac terbukti non-inferiority. Artinya, IndoVac memiliki efektivitas lebih bagus dibandingkan dengan vaksin pembanding dengan efikasi di atas 80 persen.
Hal itu memuluskan langkah IndoVac mendapatkan izin penggunaan darurat emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin ini dapat digunakan untuk vaksinasi primer, dosis I dan II dewasa.
Bahkan, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 90 persen. Hal itu membuatnya bisa menyerap sumber daya dalam negeri dengan maksimal.
Tidak hanya Tati yang semringah. Presiden juga bahagia. Presiden Jokowi menyebut, IndoVac adalah hasil kerja keras sumber daya muda Indonesia. Mereka menggarap vaksin baru dari hulu sampai hilir.
”Diam, enggak pernah bersuara, tahu-tahu jadi IndoVac,” ujar Presiden.
Ke depan, dia berharap Indonesia bisa mandiri dalam hal produksi vaksin. Apalagi, Bio Farma adalah produsen vaksin yang mampu menghasilkan 3 miliar vaksir per tahun.
Mendengar itu semua, Koordinator Riset Vaksin IndoVac Acep Riza Wijayakusmah (40) tidak kuasa menahan air mata. Bagi dia, kebahagiaan warga biasa hingga kepala negara jelas sangat bermakna.
”Rasanya campur aduk. Terharu, bangga, dan bersyukur. Semua pekerjaan kami tidak sia-sia,” ujar Acep dengan mata berkaca-kaca.
Respons Acep seperti memberikan pesan. Pekerjaan dia dan timnya selama 1,5 tahun terakhir jelas tidak mudah untuk melahirkan IndoVac. Situasi pandemi memaksa Acep dan timnya berpacu dengan waktu. Mereka harus mengubah kebiasaan dalam riset dan pengembangan vaksin.
Biasanya, kata Acep, tim akan berkunjung langsung ke negara yang diajak bekerja sama untuk melihat pengerjaan prosesnya. Karena pandemi, semua pengembangan dilakukan jarak jauh lewat telekonferensi dan surat elektronik.
”Ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yakni keamanan yang harus terjaga, kualitas harus baik, dan konsistensi produksi,” katanya.
Selain riset, tantangan muncul saat proses produksi. Dia mengatakan, Baylor College of Medicine hanya mengirimkan bibit vaksin. Sementara seluruh proses dari hulu ke hilir mulai fase praklinik hingga uji klinik fase I, II, dan III dilakukan di Indonesia.
”Di sana (Baylor) skalanya lab, di sini skala pabrik. Analoginya, yang biasanya bikin adonan kue segenggam, ini harus bikin skala rukun tetangga, apalagi teknologi tinggi,” ujarnya.
Perlahan, satu per satu, kendala bisa teratasi. Berbekal kemampuan Bio Farma untuk produksi vaksin dengan protein rekombinan, semua lantas dikerjakan bertahap. Vaksin yang umumnya dikembangkan dalam waktu 5-10 tahun dipercepat menjadi 1,5 tahun.
Kini, dengan beragam keunggulannya, IndoVac sangat diharapkan menjadi amunisi baru meredakan pandemi. Covid-19 masih ada dan belum semua warga mendapat vaksin dosis pertama.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penangan Covid-19 melalui covid19.go.id, hingga Jumat (14/10/2022), total kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia mencapai 6,45 juta jiwa. Jumlah ini bertambah 1.830 kasus dibandingkan sehari sebelumnya.
Adapun data Kementerian Kesehatan melalui vaksin.kemkes.go.id mencatat, hingga Kamis pukul 17.55, vaksinasi Covid-19 dosis pertama baru disuntikkan pada 204,75 juta. Jumlah ini setara 87,25 persen dari total sasaran 234,66 juta jiwa di Indonesia.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengklaim bisa memproduksi vaksin IndoVac hingga 120 juta dalam setahun. Namun, saat ini produksi vaksin ditargetkan 20 juta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Honesti, IndoVac ini mampu menguatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan karena kemandirian yang ada. Vaksin yang bisa diproduksi oleh negeri sendiri ini semakin menguatkan bangsa untuk melepas ketergantungan terhadap impor.
”Program utama pemerintah adalah masalah health security (ketahanan kesehatan). Bio Farma terus melanjutkan inovasinya. Bersama Kimia Farma dan Indofarma, kami didorong untuk bisa memenuhi kebutuhan kesehatan dalam negeri sehingga tidak perlu ekspor lagi,” ujarnya.
Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, pengembangan dan produksi vaksin di dalam negeri merupakan kebanggaan masyarakat Indonesia sebagai fondasi awal terwujudnya kemandirian bangsa di bidang farmasi. Momentum ini diharapkan akan mendorong industri farmasi nasional untuk terus berinovasi menghasilkan vaksin dengan teknologi mutakhir agar mampu bersaing di tingkat global.
Kemandirian ini menjadi modal bagi Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan, terutama sektor kesehatan. Semua ini dibutuhkan agar negeri ini mampu terus berdikari.
Baca juga: Luncurkan IndoVac, Presiden Jokowi Dorong Kemandirian Vaksin