Jalur Kalbar-Kalteng di Nanga Tayap Banjir, Kendaraan Tertahan Berhari-hari
Sebagian kendaraan nekat menerjang banjir, tetapi banyak pula yang memilih menunggu banjir surut.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
KETAPANG, KOMPAS — Jalur Trans-Kalimantan di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, yang menghubungkan Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah hingga Kamis (13/10/2022) masih sulit dilintasi karena banjir. Puluhan kendaraan tertahan bahkan berhari-hari.
Banjir tersebut memasuki hari keempat. Hingga kini, jalur di tengah kota masih belum bisa dilintasi karena ketinggian banjir mencapai 1 meter. Kendaraan dari arah Kalimantan Tengah menuju Pontianak, ibu kota Kalbar, berderet tertahan. Begitu pula sebaliknya, kendaraan dari arah Pontianak menuju Kalteng tak bergerak.
Gunawan (47), pengendara mobil dari Kalimantan Selatan, tertahan dua hari lebih di tempat itu. Ia berangkat Senin (10/10/2022) menuju Sandai di Kalbar untuk memasang tiang listrik. Namun, hingga kini ia masih terjebak di Nanga Tayap. Padahal, dalam kondisi normal, ia sudah bisa tiba di Sandai hari Selasa (11/10/2022).
”Perjalanan terhambat sejak dari daerah Kalteng karena banjir. Di jalan Trans-Kalimantan di Kalteng tidur di jalan menunggu banjir surut. Memasuki wilayah Kalbar di Nanga Tayap juga terhambat banjir. Pekerjaan akhirnya tertunda. Biaya makan biasanya hanya Rp 200.000 satu rute kini sudah Rp 400.000,” tuturnya.
Ari (23), sopir truk logistik, juga tertahan nyaris lima hari di Nanga Tayap. Ia berangkat dari Kecamatan Lamandau, Kalteng, hendak menuju Pontianak, ibu kota Kalbar. Ia akan melintas jika banjir surut untuk meminimalisasi risiko.
Demikian juga dengan Deni (31), sopir mobil pengangkut air mineral dari Kaltim menuju Pontianak. Ia berangkat dari Kaltim hari Senin. Kemudian, pada Kamis pagi ia tertahan di Nanga Tayap. ”Saya juga menunggu air surut baru melintas. Sementara menunggu di sini,” ujarnya.
Ada pula pengendara truk yang nekat menerjang banjir setinggi 1 meter. Adapun pengendara sepeda motor memilih menyeberang menggunakan rakit yang dirangkai dari bilahan kayu dan drum plastik yang disediakan warga. Ongkos satu kali menyeberang berkisar Rp 20.000-Rp 25.000.
Desa terendam banjir
Berdasarkan data sementara dari Ketua Satgas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar Daniel, banjir juga menggenangi 107 desa di Kabupaten Ketapang. Sebanyak 16.756 keluarga atau 57.690 jiwa terendam banjir.
Bantuan logistik dan obat-obatan dari Pemerintah Provinsi Kalbar sudah didistribusikan ke Ketapang sejak Selasa (11/10/2022). Tim BPBD Provinsi Kalbar juga sudah menuju lokasi banjir sejak Rabu (12/10/2022) membawa alat penjernih air untuk mengatasi kesulitan air bersih di daerah terdampak.
Dinas Sosial Provinsi Kalbar, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Provinsi Kalbar mengerahkan bantuan ke Kabupaten Ketapang dan kabupaten lainnya di Kalbar yang terdampak banjir. Selain Kabupaten Ketapang, banjir juga melanda beberapa daerah di Kalbar, antara lain Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sekadau.
Camat Sintang Tatang Supriyatna menuturkan, banjir di Kecamatannya melanda 27 dari 29 desa/kelurahan. Ketinggian banjir berkisar 50-100 sentimeter. Jumlah keluarga terdampak banjir sebanyak 4.892 keluarga atau 15.640 jiwa. Banjir yang signifikan terjadi sejak Senin (10/10/2022).
Geobag yang dipasang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun lalu tidak bisa menahan luapan air dari sungai. Camat Sintang telah mengaktifkan satgas kelurahan yang terintegrasi dengan TNI-Polri dan petugas kesehatan. Mereka mendata korban terdampak dan pengungsi. Sejauh ini sebagian besar warga mengungsi ke rumah kerabat.
Komando Distrik Militer (Kodim) Sintang sudah membuka dapur umum untuk menyuplai makanan ke 81 keluarga yang mengungsi. Petugas kesehatan di tiga puskesmas memberi pelayanan kesehatan keliling untuk mengantisipasi kemungkinan adanya warga terserang penyakit.