Perkuat UMKM dan Petani dengan Inovasi serta Teknologi
Para petani dan pelaku UMKM perlu dibekali kemampuan untuk memanfaatkan teknologi supaya bisa mengembangkan usahanya.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah serta petani perlu terus diperkuat dengan pemanfaatan teknologi digital serta inovasi demi dapat mengembangkan usaha secara berkelanjutan. Kreativitas dan melihat berbagai peluang di tengah krisis juga dibutuhkan untuk dapat bangkit di tengah tekanan ekonomi global.
Hal itu mengemuka dalam Konferensi Internasional yang digelar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dan bertema ”Recover Stronger: Empowering MSME (Micro, Small, and Medium Entreprises) Productivity Inclusive Growth and Innovation in The Digital Age”. Hadir sebagai narasumber antara lain Profesor Ki-Chan Kim dari Catholic University of Korea dan Founder and Chairman M.Corp (MarkPlus,Inc.) Hermawan Kertajaya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (12/10/2022).
”Misalnya (petani) untuk memberikan pupuk bisa memakai drone. Sekarang kondisinya orang takut digantikan oleh mesin karena takut tidak diupah. Yang penting itu bagaimana nilai tukar petani atau NTP itu naik. Jadi, petani itu diajari bagaimana menggunakan mesin, traktor, dan tidak hanya mengandalkan otot,” kata Hermawan.
Hermawan menyebutkan, pekerjaan-pekerjaan otot dari para petani bisa diserahkan kepada mesin atau teknologi modern, tetapi juga petani diberi pemahaman bahwa hal itu dilakukan supaya bisa mendapatkan hasil yang cepat dan maksimal. ”Petani itu menjadi yang terlemah atau kasihan karena hanya punya tenaga. Kalau tidak pakai mesin, hasilnya pada titik tertentu akan berhenti. Kalau ada cara baru, kreatif, akan naik. Improvement itu akan terbatas kalau tidak ada innovation,” tuturnya.
Hermawan juga mengatakan, misalnya, jika mahasiswa lulusan pertanian tidak memiliki jiwa improvement, akan selamanya akan berhenti di titik sebagai pegawai. Namun, di atas segala pemanfaatan mesin dan juga teknologi baik dalam bidang pemasaran, wirausaha, juga pertanian, kata Hermawan, manusia tetap harus menjadi pemegang kontrol. ”Mesin itu hanya bisa membantu. Petani jangan takut pakai mesin, cuma human tetap control mesin,” ujarnya.
Profesor Ki-Chan Kim dalam pemaparan materinya berjudul ”Humane Entrepreneurial Marketing” menyebutkan, dalam gagasan itu terkandung gagasan tentang humanity (kemanusiaan), humane entrepreneurship (kewirausahaan yang manusiawi), serta Marketing 5.0. ”Kemanusiaan merupakan arah baru bagi pemasaran yang lebih baik,” tutur Kim.
Kim memberi contoh bahwa Hitler merupakan seorang pemasar atau pemengaruh yang hebat. Dia disebut pintar, tetapi tidak memiliki hati. Oleh karena itu, Kim mengutip gagasan Peter Drucker bahwa marketing merupakan suatu petunjuk dan tujuan dari suatu perusahaan sehingga di dalamnya terkandung misi bahwa teknologi yang ada diarahkan untuk kemanusiaan dan misi dari suatu perusahaan adalah menciptakan nilai pelanggan demi membuat dunia yang lebih baik.
Menurut Kim, kondisi ekonomi global saat ini serta kondisi pandemi Covid-19 bisa dipandang dari dua sisi, pertama dianggap sebagai krisis yang mengancam atau sebaliknya dipandang sebagai suatu kesempatan atau peluang untuk berkembang.
Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Akhmad Sodiq menyampaikan, dalam bisnis, peralatan digital memberikan sejumlah keuntungan, antara lain mempermudah komunikasi antara para karyawan, pemasok, dan jaringan. Selain itu, digitalisasi juga mengurangi biaya transaksi.