Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga untuk Bangkitkan Pamor Jamu Tegal
Para ibu rumah tangga di sekitar Wisata Kesehatan Jamu di Kabupaten Tegal. Jawa Tengah, dilatih untuk mengangkat pamor jamu menjadi lebih modern.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Sebanyak 17 ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK Desa Kalibakung, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mendapatkan pelatihan budidaya tanaman herbal, pengolahan jamu, hingga pemasaran jamu. Pelatihan diharapkan membangkitkan lagi pamor jamu yang mulai ditinggalkan.
Pelatihan berbasis pemberdayaan masyarakat itu diselenggarakan atas kerja sama Tim Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unsoed, dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Wisata Kesehatan Jamu (WKJ) Tegal.
”Secara umum masyarakat ingin hal yang praktis, rasanya harus enak sehingga jamu yang ada diminati. Dengan pelatihan ini, kami bisa mengubah jamu itu jadi lebih enak rasanya, lebih praktis, dan dikemas dalam kemasan yang mudah dikonsumsi,” kata Kepala UPTD WKJ Kabupaten Tegal Umi Dyah Arti di Tegal, Minggu (24/7/2022).
Pelatihan diselenggarakan pada 15-29 Juli 2022. Selain mendapatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman herbal, para ibu rumah tangga juga diajak untuk praktik mengolah tanaman herbal menjadi simplisia herbal atau bahan jamu serta aneka olahan, seperti jahe instan, minyak pijat, sabun cuci berbahan baku tanaman herbal, dan minuman kunyit asem.
Zuhro Tunisah (58), salah satu peserta pelatihan, mengatakan, dirinya sejak 2017 telah membuat dan menjual ramuan wedang uwuh dan mengalami kendala dalam proses pengeringan. ”Dulu bahan-bahan bisa saya jemur sampai satu minggu. Kalau dua hari saja tidak ada panas, bahan sudah menjamur. Lewat pendampingan dari tim ini, ternyata pengeringan bisa memakai oven dan hanya perlu waktu 1,5 jam,” tutur Tunisah.
Dalam pelatihan yang digelar setiap akhir pekan itu, mahasiswa-mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman juga terlibat. Perajin jamu WKJ pun diajarkan untuk membuat materi promosi yang menarik di media sosial. Para peserta juga dilatih teknik fotografi agar bisa menghasilkan foto yang menarik.
Perajin jamu WKJ pun diajarkan untuk membuat materi promosi yang menarik di media sosial.
Ketua Tim Riset Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Adhi Iman Sulaiman menyampaikan, program ini merupakan riset kompetitif nasional yang bernama Penelitian Dasar Kompetitif Nasional dan akan berlangsung hingga tiga tahun ke depan.
”Program ini menggunakan metode participatory learning and action. Kami melakukan penelitian langsung dengan masyarakat, kita belajar bersama meningkatkan dan melestarikan lagi tanaman herbal yang selama ini mungkin agak sedikit ditinggalkan,” papar Adhi.
Para ibu rumah tangga yang berasal dari sekitar WKJ, kata Adhi, secara bertahap akan diberdayakan minimal mereka diajak untuk menanam tanaman obat keluarga di pekarangannya masing-masing. Selanjutnya, diharapkan mereka bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan lebih lanjut dapat mengembangkan usaha di bidang pengolahan tanaman herbal.
”Nantinya akan dibentuk kelompok budidaya tanaman herbal. Ke depan, jika produktivitasnya baik, kelompok ini bisa menjadi suplier tanaman herbal bagi WKJ,” tutur Adhi.
UPTD WKJ berdiri sejak 2013 dan memiliki visi menciptakan masyarakat yang sehat, mandiri, dan sejahtera dengan jamu. Di sana terdapat 92 jenis tanaman herbal.
Setiap hari, tempat itu mendapat kunjungan pasien 20-25 orang dari sekitar Tegal, bahkan hingga Pemalang dan Bekasi. Pada 2021 tercatat ada 3.586 pasien dari sejumlah daerah yang berobat ke sana.
Sepanjang 2021, 10 besar kasus penyakit yang diderita pasien yang berkunjung ke tempat ini adalah diabetes melitus sebanyak 597 orang, dispepsia (gangguan pencernaan) 462 orang, hipertensi 345 orang, stroke, osteoartritis, low back pain, hiperkolesterol, suspek Covid-19, mialgia, dan paru-paru.