Banjir di Kalteng Meluas, Kini Merendam Lima Kabupaten
Banjir terus meluas di Kalimantan Tengah seiring masuknya musim hujan. Banjir merendam ribuan rumah warga dengan total 21.835 orang terdampak banjir di 93 desa.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir semakin meluas di Kalimantan Tengah hingga Selasa (11/10/2022). Bila sebelumnya hanya merendam empat kabupaten, kini tercatat lima kabupaten direndam air dengan ketinggian 20-150 sentimeter. Setidaknya 21.835 orang terdampak kejadian ini dari 93 desa.
Sebelumnya banjir melanda empat kabupaten sejak awal Oktober yang menandai masuknya musim hujan di seluruh wilayah Kalteng. Empat kabupaten itu adalah Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, dan Kabupaten Lamandau. Kini banjir meluas ke Kabupaten Pulang Pisau.
Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalimantan Tengah menyebutkan, banjir di lima kabupaten terjadi di 20 kecamatan dengan 93 desa. Total warga yang terdampak mencapai 9.705 keluarga atau setara 21.835 jiwa. Banjir juga merendam sejumlah fasilitas publik, rumah warga, dan akses masuk desa hingga jalur Trans-Kalimantan yang menghubungkan Kalteng dengan Kalimantan Barat di Lamandau.
Di Lamandau, jalur Trans-Kalimantan masih terendam air banjir akibat luapan Sungai Delang. Camat Delang AACG Yudah Sulasopli menjelaskan, banjir cepat surut dan naik lagi tergantung intensitas hujan. Hal itu baru terjadi selama dua tahun terakhir. Dulu, banjir belum pernah memutus jalan. Bahkan, banjir jarang melanda daerahnya.
“Sekarang sudah mulai surut dan bisa dilalui kendaraan untuk di jalur Trans-Kalimantan, meski beberapa titik masih direndam air banjir,“ ungkap Yudah saat dihubungi dari Selasa (11/10/2022).
Potensi banjir bisa kembali besar di Kabupaten Lamandau jika hujan dengan intensitas tinggi melanda. Banjir di Lamandau menerjang wilayah Desa Sepoyu yang berada di pinggir jalan jalur Trans-Kalimantan. Ketinggian maksimal mencapai satu meter, beberapa warga mulai mengungsi ke rumah kerabat-kerabatnya.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau Ray Paskan mengungkapkan, kini sedang memberikan bantuan tenda-tenda ke beberapa titik yang dilanda banjir paling buruk, seperti di wilayah Sepoyu, Mentaya, dan beberapa desa lain. Pihaknya juga memberikan bantuan kebutuhan logistik lain.
Sementara itu, di Kabupaten Kotawaringin Timur, banjir sudah melanda dua kali sepanjang tahun. Kali ini, banjir melanda setidaknya selama seminggu pada Oktober. Banjir dipicu luapan Sungai Mentaya dan anak-anak sungainya.
Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur Rihel mengungkapkan, banjir kali ini jauh lebih dalam dibandingkan dengan awal September lalu. Di Kecamatan Antang Kalang, banjir ketinggian air lebih kurang satu meter.
Menurut Rihel, banjir terjadi akibat luapan Sungai Mentaya. Luapan itu sampai di permukiman dan merendam banyak desa di wilayahnya. Setidaknya, dua desa terisolasi di Parenggean karena akses masuk ke dua desa itu tak bisa dilalui kendaraan. Sembilan keluarga dari desa tersebut terpaksa mengungsi lantaran rumahnya terendam banjir. Mereka mengungsi ke Balai Desa Bajarau.
“Hujan ini memang merata hampir ke seluruh Kalteng. Selama berhari-hari hujan deras melanda di wilayah hulu sampai di sini,“ kata Rihel.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik di BPBPK Kalteng Alpius Patanan menjelaskan, sedang mendata dan mengawasi lokasi-lokasi banjir. Pihaknya juga terus mengimbau masyarakat agar tetap waspada di cuaca ekstrem yang sedang terjadi saat ini di hampir seluruh wilayah Kalteng.
“Banjir yang terjadi di wilayah itu bisa dipengaruhi banyak faktor. Di Katingan itu karena kondisi alami sungai sehingga perlu normalisasi sungai agar mampu menampung air hujan, daerah lain faktornya bisa berbeda lagi,“ kata Alpius.
Sebelumnya, prakirawan Stasiun Meteorologi dari BMKG Kota Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, kali ini Kalteng baru memasuki musim hujan dengan intensitas beragam. Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi terjadi di Kalteng karena banyak faktor. Salah satunya adanya belokan angin dan konvergensi di wilayah Kalimantan Tengah. Kondisi tersebut kemudian meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
“Kondisi atmosfer di wilayah Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah tersebut,“ kata Chandra.