Korban Gempa Tapanuli Utara Berharap Segera Mendapat Bantuan Perbaikan Rumah
Korban gempa di Tapanuli Utara berharap bisa segera mendapat bantuan perbaikan rumah. Sejumlah bangunan yang rusak berat atau roboh belum dibersihkan hingga lima hari pascagempa. Total ada 2.626 rumah yang rusak.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TARUTUNG, KOMPAS – Korban gempa bumi di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, berharap bisa segera mendapat bantuan perbaikan rumah dan bangunan lain yang rusak berat. Sejumlah rumah dan sekolah yang rusak berat atau roboh belum dibersihkan hingga lima hari pascagempa.
Pantaun Kompas, Rabu (5/10/2022), sejumlah rumah dan sekolah yang rusak berat masih belum dibersihkan materialnya yang roboh. Kerusakan bangunan paling parah, antara lain, terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Parmonangan.
Salah satu bangunan yang rusak berat ialah SD Negeri 175766 Bonanionan, Parmonangan. Dinding perpustakaan sekolah itu roboh. Namun, ruang belajar hanya mengalami rusak ringan berupa dinding retak sehingga murid-muridnya masih bisa bersekolah. Pihak sekolah pun hanya bisa membuat tali plastik sebagai pembatas agar murid tidak mendekati perpustakaan yang rusak berat.
”Kami berharap bisa segera mendapat bantuan agar ruang perpustakaan ini bisa segera dirobohkan dan dibangun gedung baru,” kata Kepala SD Negeri 175766 Bonanionan Manarap Manalu.
Selain sebagai perpustakaan, ruangan itu juga dipakai sebagai ruang guru karena SD itu memang kekurangan ruang kelas. Mereka punya enam ruang kelas dengan jumlah murid sekitar 100 orang.
Di Desa Sisordak, sejumlah rumah yang rusak berat juga belum dibersihkan petugas hingga Rabu siang. Rumah Pantur Manalu (53), misalnya, belum dibersihkan sama sekali. Salah satu sisi tembok rumah dan plafonnya roboh. Dinding lainnya pun retak. ”Kami berharap bisa mendapat bantuan dari petugas untuk membersihkan dan memperbaiki rumah kami,” kata Pantur.
Sementara itu, satu rumah yang roboh total milik Roy Manalu (44) di Desa Sisordak sudah dibersihkan oleh petugas dari Satuan Brimob Polda Sumut. Roy dan tiga anaknya pun kini tinggal di tenda darurat bantuan Kementerian Sosial. ”Kami berharap bisa segera mendapat bantuan perbaikan rumah agar kami tidak terlalu lama tinggal di tenda,” kata Roy.
Kami berharap bisa segera mendapat bantuan perbaikan rumah agar kami tidak terlalu lama tinggal di tenda. (Roy Manalu)
Roy mengatakan, ia dan tiga anaknya terjebak sekitar 20 menit di bawah reruntuhan tembok rumahnya. Saat gempa berkekuatan M 5,8 mengguncang, Roy dan tiga anaknya tidur di ruang tamu. Mereka selamat karena tembok yang roboh masih tertahan tembok lain yang roboh dan menyisahkan sedikit ruang untuk mereka.
”Kami berpikir kami tidak akan selamat. Ternyata setelah terjebak beberapa saat, ada warga lain yang mengangkat tembok yang menimpa kami,” kata Roy.
Roy mengatakan, mereka sangat trauma dengan gempa bumi itu dan hanya berani tinggal di tenda. Mereka pun sudah mendapat bantuan bahan pangan dan kebutuhan dasar lainnya. ”Saya sendiri belum berani pergi ke ladang,” kata Roy.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Utara Jonner Simanjuntak mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan pendataan dan akan segera melakukan tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. ”Kami masih menyiapkan rencana pembiayaan. Selain dari Pemkab Taput, kami berharap juga ada bantuan dari Pemprov Sumut dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana,” kata Jonner.
Jonner mengatakan, kerusakan rumah akibat gempa Tapanuli Utara mencapai 2.626 unit. Namun, data itu belum diverifikasi dan divalidasi. Mereka hanya merekapitulasi laporan kepala desa dan lurah di daerahnya masing-masing. Berdasarkan data itu, sebanyak 352 rusak berat. Selain rumah, sebanyak 71 rumah ibadah dan 23 sekolah juga dilaporkan rusak.
Jonner menyebut, pihaknya sedang menyiapkan skema pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi korban gempa. Mereka berfokus memperbaiki rumah yang rusak berat dengan bantuan sekitar Rp 25 juta per keluarga.