117 Kali Gempa Susulan, Warga Tapanuli Utara Mengalami Trauma
Lebih dari 100 tenda darurat masih berdiri di sepanjang Jalan Parmonangan, Tapanuli Utara. Warga masih mengalami trauma karena gempa susulan sudah 117 kali terjadi. Penyembuhan trauma mendesak dilakukan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TARUTUNG, KOMPAS — Lebih dari 100 tenda darurat berdiri di halaman rumah di sepanjang Jalan Parmonangan, Kecamatan Sipoholon dan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Selasa (4/10/2022). Warga masih mengalami trauma karena gempa susulan yang masih terus terjadi dan mencapai 117 kali sejak gempa utama Sabtu dini hari.
Hampir semua tenda didirikan warga secara mandiri di sepanjang Jalan Parmonangan. Tenda didirikan di halaman rumah dari terpal biru. Beberapa di antaranya merupakan tenda dari Kementerian Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Utara.
Warga pun tidur dengan alas tikar dan berselimut. Saat hujan datang, seperti yang terjadi pada Senin malam, tempat tidur korban gempa basah diempas air hujan. Kecamatan Parmonangan dan Sipoholon merupakan salah satu kawasan yang terparah terkena dampak gempa Tapanuli Utara. Ratusan rumah retak dan beberapa rumah temboknya roboh. Salah satu ruangan di SD Negeri 175766 Bonanionan, Parmonangan, dan sebuah gereja juga roboh temboknya.
Gloria br Marbun (45), warga Desa Hau Sisada Sada, Sipoholon, mengatakan, mereka tidak berani pulang ke rumah karena gempa susulan masih terus terjadi. Di siang hari pun, warga hanya berani sebentar saja masuk ke rumah lalu buru-buru keluar. ”Kami sangat trauma setiap kali terjadi gempa susulan. Gempa pada Sabtu itu membuat tembok rumah kami retak,” kata Gloria.
Setiap tenda yang dibangun di halaman rumah warga dihuni 5-15 keluarga. Mereka mengumpulkan bahan pangan dan memasaknya secara bergotong royong. Mereka juga mendapat bantuan beras, minyak makan, dan gula yang semuanya dikumpulkan di dapur umum dan dimasak bersama.
Sebagian warga pun belum berani pergi ke ladang, seperti yang dialami Romel Manalu (45), warga di Desa Hutatinggi, Parmonangan. Ia dan warga lain tampak berkumpul di tenda dan belum siap memulai aktivitas. ”Kami masih sangat trauma, bahkan belum berani pergi ke ladang,” kata Romel.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, selain pembangunan fisik, ia juga meminta tim gabungan penanganan gempa Tapanuli Utara melakukan penyembuhan trauma kepada masyarakat. ”Saya meminta agar tim psikolog dari Polda Sumut, Kodam I/Bukit Barisan, dan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara turun ke Tapanuli Utara untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Edy.
Edy menyebut, penyembuhan trauma warga sangat penting agar warga bisa beraktivitas kembali dan ekonomi bisa berjalan. Warga tidak perlu takut berlebihan, tetapi harus tetap waspada. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara juga diminta melakukan sosialisasi untuk melakukan mitigasi bencana gempa.
Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan mengatakan, Kecamatan Parmonangan merupakan salah satu daerah yang terdampak gempa paling besar. Namun, dampak gempa di daerah itu awalnya sulit didata karena listrik dan sambungan telepon seluler ke Parmonangan sempat terputus dari Sabtu dini hari sampai malam. ”Namun, kondisinya saat ini sudah membaik. Dampaknya pun sudah didata semua,” kata Nikson.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Hendro Nugroho mengatakan, gempa susulan terus terjadi di Tapanuli Utara. Namun, jumlah kejadian gempa susulan telah menurun. Berdasarkan tren penurunan itu, kemungkinan terjadinya gempa susulan dengan kekuatan besar semakin kecil.
”Tetapi, masyarakat harus tetap waspada dan meningkatkan mitigasi bencana karena Tapanuli Utara berada di Sesar Besar Sumatera. Kerawanan gempa tinggi karena Tarutung merupakan daerah pertemuan Segmen Renun dengan Segmen Toru. Gempa besar bisa terjadi sewaktu-waktu,” kata Hendro.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pun mencatat, sudah 117 kali gempa susulan terjadi sejak gempa utama berkekuatan M 5,8 pada Sabtu dini hari. Pada Selasa hingga pukul 13.45, gempa susulan setidaknya sudah enam kali terjadi dengan kekuatan M 2,1 sampai M 3,3.