Gempa Susulan Tapanuli Utara Sudah 117 Kali, Warga Masih Trauma
Gempa susulan terus terjadi di Tapanuli Utara. Selama empat hari terakhir, terjadi 117 kali gempa susulan. Setiap terjadi gempa susulan dengan intensitas yang dapat dirasakan, warga berhamburan keluar rumah.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TARUTUNG, KOMPAS — Gempa susulan terus terjadi di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dalam waktu empat hari sejak gempa utama berkekuatan M 5,8 pada Sabtu (1/10/2022), terjadi 117 kali gempa susulan. Setiap terjadi gempa susulan dengan intensitas yang dapat dirasakan, warga berhamburan keluar rumah.
Pada Selasa (4/10/2022) hingga pukul 09.00, gempa susulan di Tapanuli Utara sudah terjadi empat kali dengan kekuatan M 2,1 sampai M 2,8. Gempa terjadi pada pukul 00.34, pukul 01.10, pukul 01.18, dan pukul 06.30. Gempa yang dapat dirasakan sebagian masyarakat adalah gempa pada pukul 06.30. Sebagian kecil masyarakat yang baru beraktivitas di pagi hari itu berhamburan keluar dari rumah.
Gempa susulan dengan intensitas lebih kuat juga terjadi sehari sebelumnya yang menimbulkan kepanikan lebih besar. Sebagian besar masyarakat keluar dari rumah akibat gempa berkekuatan M 3,3 pada Senin (3/10/2022) pukul 16.48 dan M 3,4 pukul 18.10. Guncangan gempa itu juga membuat lemari, rak piring, dan bingkai foto di dinding tampak berguncang pelan.
”Kami langsung keluar rumah ketika gempa susulan terjadi karena sudah banyak tembok rumah kami yang retak akibat gempa utama pada Sabtu lalu,” kata Nengsih Suryani Siregar (37), pemilik toko dengan tiga lantai di Jalan Mayjen DI Panjaitan, Tarutung, Tapanuli Utara.
Selama dua hari pertama setelah gempa, Nengsih dan keluarganya memilih tidur di emperan di seberang tokonya karena dirasa lebih aman. Namun, dua hari terakhir, mereka memberanikan diri tidur di dalam rumah meskipun sepanjang malam tidak tenang dan sering terbangun karena masih trauma pada guncangan gempa.
”Pada saat gempa utama terjadi, kami pikir rumah kami sudah roboh karena beberapa bagian tembok berjatuhan dan terdengar gemuruh sangat kuat. Kami sangat trauma mengingat situasi waktu itu,” kata Nengsih.
Kami langsung keluar rumah ketika gempa susulan terjadi karena sudah banyak tembok rumah kami yang retak akibat gempa utama pada Sabtu lalu.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Hendro Nugroho mengatakan, gempa susulan terus terjadi di Tapanuli Utara. Namun, jumlah kejadian gempa susulan telah menurun. Berdasarkan tren penurunan itu, kemungkinan terjadinya gempa susulan dengan kekuatan besar semakin kecil.
”Tetapi, masyarakat harus tetap waspada dan meningkatkan mitigasi bencana karena Tapanuli Utara berada di Sesar Besar Sumatera. Kerawanan gempa tinggi karena Tarutung merupakan daerah pertemuan Segmen Renun dengan Segmen Toru. Gempa besar bisa terjadi sewaktu-waktu,” kata Hendro.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Utara Bonggas Pasaribu mengatakan, melihat gempa susulan yang masih terus terjadi, mereka menghimbau masyarakat tetap waspada. ”Untuk warga yang rumahnya mengalami kerusakan yang membahayakan, kami minta untuk tidak tinggal di rumahnya sampai ada perbaikan,” katanya.
Bonggas menambahkan, BPBD Kabupaten Tapanuli Utara saat ini terus menginventarisasi dampak guncangan gempa utama pada Sabtu dini hari. Hingga kini, sebanyak 1.316 unit rumah, 23 sekolah, dan 72 gereja dinyatakan rusak. Namun, sebagian besar bangunan itu belum diklasifikasikan tingkat kerusakannya.
Sementara itu, aktivitas di Tarutung, ibu kota Tapanuli Utara, sudah mulai berjalan normal kembali. Siswa-siswi sudah mulai sekolah sejak Senin kemarin, kecuali mereka yang sekolahnya mengalami kerusakan sedang atau berat yang dapat membahayakan.
Masyarakat yang rumahnya rusak juga mulai melakukan perbaikan secara mandiri. Namun, pada malam hari, sebagian masyarakat yang rumahnya rusak memilih tidur di tenda darurat untuk menghindari risiko gempa susulan.