1.316 Rumah Rusak akibat Gempa Tapanuli Utara, Korban Berharap Bantuan Perbaikan
Jumlah rumah yang rusak akibat gempa di Tapanuli Utara sebanyak 1.316 unit. Korban berharap segera mendapat bantuan perbaikan rumah. Mereka memilih mendirikan tenda darurat untuk menghindari risiko gempa susulan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TARUTUNG, KOMPAS — Jumlah rumah yang rusak akibat guncangan gempa bermagnitudo 5,8 di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, mencapai 1.316 unit. Korban berharap bisa segera mendapat bantuan perbaikan rumah. Korban yang rumahnya retak saat ini memilih mendirikan tenda darurat atau mengungsi ke rumah keluarga.
Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Minggu (2/10/2022), mengatakan, mereka masih terus memperbarui data dampak gempa pada Sabtu (1/10/2022) dini hari itu. Dari 1.316 rumah yang rusak, belum semua diklasifikasikan kondisi kerusakannya. ”Perbaikan rumah yang rusak akibat gempa sangat mendesak dilakukan agar warga bisa kembali ke rumahnya,” katanya.
Baru 528 rumah yang sudah diklasifikasikan kondisi kerusakannya, yakni 106 rusak berat, 72 rusak sedang, dan 350 rusak ringan. Sebanyak 788 rumah lainnya belum diklasifikasikan kerusakannya. Bangunan yang rusak ringan dan sedang akan diperbaiki. Sementara yang rusak berat harus dibangun baru.
Selain rumah, 72 rumah ibadah, 31 ruas jalan, 9 jembatan, 23 sekolah, 35 saluran irigasi, dan 25 kantor pemerintahan juga rusak. Sebagian besar kerusakan berupa tembok yang retak dan plafon yang roboh. Kondisi kerusakan bangunan lain ini pun belum diklasifikasikan.
”Kami berterima kasih atas bantuan pangan yang cukup banyak untuk korban gempa. Ke depan, kami berharap bisa juga mendapat bantuan bahan bangunan agar rehabilitasi dan rekonstruksi bisa segera dilakukan,” kata Nikson.
Kerusakan rumah terjadi sedikitnya di tujuh kecamatan, yakni Tarutung, Sipoholon, Parmonangan, Siatas Barita, Pagaran, Siborongborong, dan Pahae Jae. Pantauan Kompas, kerusakan rumah yang cukup parah dan masif salah satunya terjadi di Sipoholon.
Di Desa Hutauruk, misalnya, hampir semua rumah dalam kondisi dinding retak dan keramik terungkit. Ada pula rumah yang roboh dan saluran irigasi yang rusak parah di desa itu.
Samsul Situmeang (54), warga, menunjukkan rumahnya yang retak di beberapa bagian dinding betonnya. ”Kami tidak tahu apakah ini masih bisa diperbaiki. Sebelum ada perbaikan, kami belum berani masuk ke dalam rumah,” katanya.
Warga di desa itu berharap bisa segera mendapatkan bantuan agar dapat segera menghuni kembali rumahnya. Saat ini, Samsul dan beberapa keluarga lain di desanya memilih tinggal di tenda darurat. Ada pula yang tidur di teras rumah kayu yang dianggap lebih aman dari guncangan gempa.
Di Tarutung, sebagian warga yang rumahnya retak memilih tidur di teras rumah tetangga yang kondisinya tidak rusak. Mereka tidur di bawah kanopi dengan alas tikar dan berselimut.
Sampai saat ini, tujuh korban luka masih dirawat di rumah sakit dari total 24 korban luka akibat gempa itu.
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Panca Putra Simanjuntak mengatakan, pada hari kedua bencana gempa, aparat kepolisian berfokus membantu masyarakat membersihkan rumah. Aparat juga memeriksa kerusakan dan ikut membantu membagikan bantuan pangan untuk korban.
”Posko penanggulangan bencana sudah dibentuk sebagai pusat komando manajemen bencana,” kata Panca.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Bonggas Pasaribu mengatakan, mereka sudah membagikan lebih dari 6.480 paket bantuan pangan kepada masyarakat di tujuh kecamatan terdampak. Bantuan berupa makanan cepat saji, selimut, matras, popok bayi, dan kasur.
Bonggas mengatakan, selama tujuh hari pascabencana, mereka memprioritaskan tindakan tanggap darurat. Sampai saat ini, tujuh korban luka masih dirawat di rumah sakit dari total 24 korban luka akibat gempa itu. Satu orang juga meninggal akibat gempa itu karena mengalami serangan jantung dan jatuh di tangga rumahnya saat berupaya menyelamatkan diri.
Anggota staf Inatews Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan, Endah Puspita Sari, mengatakan, gempa susulan masih terus terjadi pascagempa utama pada Sabtu dini hari. Hingga Minggu pukul 16.00, sudah terjadi 99 gempa susulan dengan kekuatan berkisar M 2,0–M 5,3 dengan sembilan di antaranya dirasakan warga. Namun, jumlah gempa susulan pada Minggu sudah menurun, yakni sebanyak 11 kali.