Gempa Susulan di Tapanuli Utara Capai 69 Kali, Waspadai Rumah Retak dan Longsor
Hingga pukul 10.10 sudah terjadi 69 kali gempa susulan di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Warga diminta mewaspadai bertambahnya kerusakan rumah dan longsor, terutama di lahan miring.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Gempa bumi dengan magnitudo 5,8 di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Sabtu (1/10/2022) pukul 02.28, terus diikuti oleh gempa susulan. Hingga pukul 11.00 sudah terjadi 69 kali gempa susulan yang berkekuatan M 2 hingga M 5,1.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, dengan adanya gempa susulan itu, masyarakat harus waspada. Apabila ada rumah atau bangunan yang mengalami kerusakan, terutama kerusakan struktur akibat gempa utama dan posisinya miring, warga diminta meninggalkan rumah terlebih dahulu.
Namun, jika kerusakan yang terjadi hanya berupa retak ringan, rumah masih bisa ditempati. Apabila diperlukan, masyarakat juga bisa meminta bantuan ahli bangunan untuk melihat kondisi bangunan.
”Masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak, rusak sebagian, atau miring diimbau untuk tidak tinggal di rumah karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan berat bahkan bisa roboh,” kata Dwikorita dalam konferensi pers secara daring, Sabtu pagi.
Mengingat karakteristik tanah di Tapanuli yang lunak dan labil, warga juga diminta mewaspadai potensi longsor pada tebing dan daerah berlereng. Warga diminta menjauhi kawasan itu terlebih dahulu karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran (landslide)dan runtuhan batu (rock fall).
Masyarakat juga perlu mewaspadai aliran-aliran sungai karena adanya potensi hujan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir bandang. Warga juga diminta terus memantau informasi resmi dari BMKG serta mewaspadai berita bohong.
Sejauh ini, berdasarkan laporan sementara, gempa mengakibatkan 1 orang meninggal dan 9 orang luka-luka. Lima bangunan roboh dan beberapa bangunan rusak ringan.
Deputi Bidang Geofisika BMKG Suko Prayitno Adi mengatakan, melihat karakteristik gempa di Tapanuli Utara, gempa susulan (after shock) diperkirakan masih akan terjadi dalam 1-2 hari ke depan hingga patahan menemukan keseimbangan. BMKG belum bisa memperkirakan kapan gempa susulan akan berhenti karena data yang ada belum cukup untuk dilakukan analisis.
Gempa yang terjadi merupakan gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Besar Sumatera segmen Renun. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip). Gempa tidak memicu tsunami.
Sejauh ini, kata Dwikorita, pusat gempa-gempa susulan tidak mengarah ke kawasan Danau Toba. Namun, BMKG akan terus memonitor berbagai kemungkinan yang terjadi.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa tektonik kerak dangkal di Tarutung, Tapanuli Utara, kerap terjadi karena Tarutung merupakan kawasan pertemuan antara Segmen Renun sejauh 220 kilometer dengan kekuatan gempa maksimum M 7,8 dan Segmen Toru yang membujur ke selatan sejauh 95 km dengan kekuatan maksimum M 7,4.
BMKG mencatat, telah terjadi pergerakan sesar aktif pada Segmen Toru dan Renun sejak lama. Jarak gempa yang terjadi pun tidak terlalu lama, yakni tahun 1916 dengan kekuatan M 6,8; 1921 dengan kekuatan M 7,0; 1984 bermagnitudo 6,4 dan 1987 bermagnitudo 6,6. Pada 14 Juli 2011, juga terjadi gempa M 5,5 di sekitar Sarulla yang merusak 166 rumah dan mengakibatkan 50 orang terluka.
Karena intensitas gempa itu, pembangunan rumah yang ramah dengan gempa sangat dibutuhkan. Selain itu, perlu pula dibuat tata ruang yang mikro zonasinya memperhatikan peta kawasan sesar aktif dan risiko yang ada. ”Gempa tidak melukai, tetapi bangunan yang runtuh yang menimbulkan korban jiwa,” kata Daryono.
Gempa bumi di Tapanuli Utara itu dirasakan di Tarutung dengan skala intensitas VI MMI atau dirasakan semua warga. Banyak warga terkejut dan lari keluar rumah. Plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak ringan.
Gempa juga dirasakan warga Sipahutar dengan intensitas V MMI, dan membuat warga terbangun dari tidur. Di Singkil, gempa dirasakan dengan skala IV MMI, sedangkan di Tapaktuan dan Gunungsitoli dengan skala intensitas III MMI.
Masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak, rusak sebagian, atau miring diimbau untuk tidak tinggal di rumah karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan berat bahkan bisa roboh.
Berdasarkan informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Utara, selain menyebabkan korban jiwa, gempa juga mengakibatkan kerusakan sejumlah rumah, perkantoran, rumah sakit, dan fasilitas umum. Sejumlah ruas jalan juga dilaporkan ambles serta terjadi pohon tumbang dan longsor.
Pasar Sarulla di Kecamatan Pahae Julu, Tapanuli Utara, juga dilaporkan terbakar usai gempa tersebut. Selain itu, listrik di sejumlah daerah dilaporkan padam sesaat setelah gempa.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyatakan telah meminta jajarannya untuk membantu penanganan gempa di Tapanuli Utara.