Satu Orang Tewas akibat Gempa di Tapanuli Utara, Rumah Sakit Penuh Korban Luka
Gempa berkekuatan M 5,8 mengguncang Tapanuli Utara. Satu orang meninggal dan puluhan lainnya terluka. IGD rumah sakit penuh korban luka dan dibuat tenda darurat. Sejumlah rumah, sekolah, dan terminal dilaporkan rusak.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Gempa bumi dengan magnitudo 5,8 mengguncang Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Sabtu (10/1/2022) dini hari. Satu orang meninggal dan puluhan lainnya terluka akibat peristiwa ini. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung pun penuh dengan korban luka sehingga harus dibuat tenda darurat. Sejumlah rumah, sekolah, dan terminal dilaporkan rusak.
”Mohon doanya, gempa mengguncang Tapanuli Utara. Puluhan orang dirawat di RSUD Tarutung. Sejumlah rumah warga, sekolah, dan terminal dilaporkan rusak,” kata Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa berkekuatan M 6,0 yang diperbarui menjadi M 5,8 itu mengguncang Tapanuli Utara pukul 02.28. Hingga pukul 08.30 terjadi 58 gempa susulan. Gempa susulan paling kuat berkekuatan M 5,1 pada pukul 02.50 dan M 5,0 pukul 03.37.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Bonggas Pasaribu mengatakan, satu orang meninggal akibat gempa itu. ”Korban yang berada di Kecamatan Tarutung itu jatuh saat turun dari lantai dua ke lantai satu rumahnya. Korban meninggal karena setelah terjatuh juga mengalami serangan jantung,” katanya.
Bonggas menyebut, pihaknya belum mendata secara pasti identitas dan jumlah korban luka. Hingga Sabtu pagi, puluhan orang masih dirawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Tarutung. Pihak rumah sakit pun harus mendirikan tenda darurat untuk merawat korban. Namun, sebagian besar korban mengalami luka ringan.
Bonggas menyebut, sejumlah rumah, gereja, terminal, dan sekolah dilaporkan mengalami kerusakan. ”Laporan-laporan kerusakan masih terus masuk dan masih dalam pendataan kami,” katanya.
Tunggul Jonathan Sinaga (18), warga Kelurahan Huta Toruan VII, Kecamatan Tarutung, mengatakan, guncangan gempa sangat kuat sehingga hampir semua orang terbangun. ”Begitu saya bangun, saya merasakan guncangan kuat dan mendengar suara gemuruh. Piring-piring jatuh dari raknya dan pecah,” kata Jonathan.
Warga pun panik dan berhamburan dari rumah sambil berteriak ”suhul… suhul…” yang artinya gempa. Jonathan menyebut, lemari di rumahnya bergeser dari tempatnya, tetapi tidak jatuh. Selama ini lemari di rumah Jonathan diikat ke paku di tembok karena Tarutung merupakan daerah rawan gempa.
Jonathan menyebut, sebagian bangunan rumahnya mengalami retak. Rumah lainnya di Tarutung pun banyak yang rusak ringan. Perabot-perabot rumah, seperti lemari, banyak yang terjatuh akibat guncangan gempa. Setelah gempa terjadi, warga bertahan selama beberapa lama di luar rumah. Berselang 22 menit, gempa susulan pun terjadi lagi dengan intensitas yang cukup kuat.
Sesaat setelah gempa terjadi, petugas dari kepolisian berkeliling meminta warga melalui pengeras suara untuk keluar dari rumah. Sambungan listrik pun masih terputus hingga Sabtu pukul 09.30.
Porman Nababan (65), warga Tarutung lainnya, mengatakan, hampir semua lemari di rumahnya terjatuh. Perabot-perabot rumah, seperti piring, juga pecah dan berserakan di lantai. ”Kami sangat panik dan bertahan beberapa jam di luar rumah meskipun hujan turun,” katanya.
Warga pun panik dan berhamburan dari rumah sambil berteriak ”suhul… suhul…” yang artinya gempa.
Staf Inatews Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Endah Puspita Sari mengatakan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi memiliki parameter update dengan magnitudo M 5,8. Episentrum gempa bumi terletak pada koordinat 2,11 derajat Lintang Utara dan 98,83 derajat Bujur Timur, tepatnya di darat Tapanuli Utara pada kedalaman 10 kilometer.
”Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Besar Sumatera segmen Renun,” kata Endah.
Di Tarutung, kata Endah, gempa dirasakan dengan skala intensitas VI MMI (getaran dirasakan oleh semua penduduk, kebanyakan terkejut dan lari ke luar), daerah Sipahutar dengan skala V MMI (getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun ), dan daerah Singkil dengan skala intensitas IV MMI (apabila terjadi pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah).
Sementara itu, di daerah Tapaktuan dan Gunung Sitoli gempa itu dirasakan dengan skala intensitas III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah). Hasil pemodelan menunjukkan gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.