Ricuh Setelah Arema FC Kalah 2-3 dari Persebaya, Puluhan Orang Meninggal
Puluhan orang diduga menjadi korban akibat ricuh setelah laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Hingga saat ini, penanganan atas korban masih dilakukan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kesebelasan Arema FC kalah 2-3 dari tamunya, Persebaya Surabaya, dalam lanjutan Liga I, Sabtu (1/10/2022), di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Tidak terima atas kekalahan itu, ribuan pendukung tuan rumah merangsek masuk ke dalam lapangan dan memicu kericuhan di lapangan. Akibatnya, korban berjatuhan.
Laga kesebelasan Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam BRI Liga 1 berjalan seru sejak awal pertandingan. Kedua kubu saling serang. Tuan rumah kebobolan terlebih dahulu, delapan menit setelah wasit meniup peluit dimulainya pertandingan. Pemain Persebaya, Silvio Rodrigues Pereira Junior, mampu lolos dari jebakan offside dan dengan cepat melesakkan si kulit bundar ke gawang Arema FC. Gol 0-1 untuk keunggulan sementara Persebaya FC.
Berikutnya, tuan rumah melakukan serangan balik. Namun, hal itu justru membuat barisan pertahanan tuan rumah keropos. Menit ke-32, Arema FC kembali kebobolan. Pemain Persebaya, Leo Lelis, berhasil memanfaatkan sebuah tendangan hukuman di depan gawang dan kembali menambah pundi-pundi gol. Kedudukan 0-2 untuk keunggulan sementara tim ”Bajul Ijo”.
Adapun tuan rumah berhasil mencetak gol pada menit-menit akhir sebelum babak pertama selesai melalui Abel Camara.
Laga berakhir dengan kedudukan 2-3 untuk keunggulan Persebaya Surabaya.
Seusai laga, penonton mulai merangsek masuk ke dalam stadion dan memicu gesekan dengan petugas keamanan. Banyaknya penonton yang terus masuk ke lapangan membuat petugas menembakkan gas air mata. Hal itu membuat kepanikan, gangguan penglihatan, dan sesak napas. Sejumlah korban berjatuhan.
”Saya membantu dua orang, memberikan napas buatan. Suasananya pengap akibat gas air mata. Tadi sudah kami berikan napas bantuan sebisanya. Menurut petugas medis, banyak korban tidak tertolong, tetapi belum ada pernyataan resmi,” kata Yona, jurnalis yang turut membantu menangani korban.
Hingga berita diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari panitia pelaksana (panpel) pertandingan dan pihak kepolisian. Namun, petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang yang turut membantu mengamankan jalannya pertandingan menyatakan, fokus petugas saat ini adalah memberikan pertolongan kepada para korban.
Jumlah korban meninggal sekitar 20 orang. Diduga karena sesak napas. Tampak dari wajah membiru dan tak tampak ada sakit berarti atau luka.
Amirul Yasin, Kepala Seksi Pelayanan PMI Kabupaten Malang, mengatakan, tim PMI Kabupaten Malang saat ini fokus memberikan pertolongan kepada korban di lapangan. ”Belum tahu berapa jumlah korban dan kondisinya, tetapi tim fokus ke pertolongan korban. Silakan lebih jelasnya kepada panpel,” katanya.
Laga derbi tersebut disaksikan sekitar 45.000 penonton. Hingga Minggu dini hari, sejumlah ambulans dan kendaraan TNI masih mengevakuasi korban untuk mendapat penanganan medis lebih lanjut.
Dari pantauan Kompas di Rumah Sakit Teja Husada, lebih dari 30 orang tergeletak di lantai halaman, teras, dan selasar rumah sakit dengan sebagian besar tangan korban tersebut ditali.
Menurut petugas di rumah sakit tersebut, jumlah korban meninggal di RS itu lebih dari 20 orang. ”Di dalam juga ada yang masih dirawat baik karena luka maupun karena sesak napas,” katanya.
Di RS Wafa Husada, jumlah korban meninggal diperkirakan 20 orang. ”Jumlah korban meninggal sekitar 20 orang. Diduga karena sesak napas. Tampak dari wajah membiru dan tak tampak ada sakit berarti atau luka,” kata Deril, petugas PMI yang membantu di RS Wafa Husada.