Puluhan Aremania menggelar doa bersama di sisi timur Stadion Gajayana, Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022) malam. Mereka juga berharap kasus ini diusut tuntas dan yang bertanggung jawab atas insiden tersebut ditindak.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Puluhan Aremania, suporter Arema FC, menggelar doa bersama di sisi timur Stadion Gajayana, Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022) malam. Selain mengirim doa untuk rekan-rekannya yang meninggal dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, mereka juga berharap kasus ini diusut tuntas dan yang bertanggung jawab atas insiden tersebut ditindak.
Puluhan Aremania berkumpul di sisi timur Stadion Gajayana sekitar pukul 19.00. Mereka berkumpul dan menyalakan lilin bersama-sama, lalu berdoa. Di antara mereka tampak satu-dua Aremania perempuan sesekali terisak.
Kayla Firisya (10), siswi kelas IV SDN Ngebruk, Poncokusumo, datang bersama ayahnya, Bambang Siswanto (40). Mereka jauh-jauh datang dari lereng Bromo untuk berdoa bersama Aremania yang lain.
”Kami sengaja datang untuk mendoakan para korban. Semoga kawan-kawan kami yang telah dipanggil Yang Kuasa mendapatkan tempat terbaik, panpel (panitia pelaksana pertandingan) bisa bekerja lebih baik, dan kami berharap laga digelar sore agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi,” kata Bambang.
Dani Agung Prasetyo, Aremania DC Malang, mengatakan bahwa ia akan menuntut sejumlah pihak terkait tragedi ini. ”Menembakkan gas air mata ke tribune itu sudah salah. Banyak hal harus dikritisi demi kebaikan semua ke depan,” katanya.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam seusai laga derbi Jatim antara Arema FC dan Persebaya dalam lanjutan BRI Liga 1. Saat itu timbul kericuhan akibat Aremania merangsek masuk ke dalam lapangan dan memicu petugas menembakkan gas air mata untuk mengendalikan massa.
Tembakan gas air mata beberapa kali menyebabkan Aremania di dalam stadion panik dan merangsek untuk keluar. Mereka berdesak-desakan di antara pekatnya asap yang membuat mata perih dan dada sesak. Saking paniknya, banyak orang jatuh dan terinjak-injak. Akibat kejadian itu, 125 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Hingga saat ini, pendataan korban masih terus dilakukan.