Banjir di Kalimantan Tengah meluas. Sebelumnya banjir melanda lima kabupaten, kini banjir melanda enam kabupaten. Di Kabupaten Lamandau, banjir memutus jalan Trans-Kalimantan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah meluas hingga ke enam kabupaten. Di Kabupaten Lamandau, banjir membuat jalan Trans-Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Barat terputus.
Sebelumnya, banjir di Kalteng melanda Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Seruyan, Sukamara, dan Katingan. Pada Jumat (30/9/2022), banjir juga melanda Kabupaten Lamandau yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Alpius Patanan menjelaskan, banjir di Lamandau terjadi pada Kamis (29/9/2022) malam di Desa Lopus dan Kudangan, Kecamatan Delang. Air terus naik hingga Jumat pagi hingga menutup jalur Trans-Kalimantan menuju Nanga Tayap, Kalimantan Barat.
Alpius menambahkan, banjir disebabkan luapan Sungai Delang dan Sungai Kungkung. Air sungai meluap lantaran intensitas hujan yang tinggi. Banjir perlahan surut pada sore hari sehingga jalan sudah bisa dilalui meski masih digenangi luapan air sungai. ”Laporan terakhir, banjir perlahan surut dan jalan bisa dilewati lagi,” katanya melalui pesan singkat.
Alpius menambahkan, berdasarkan prediksi Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi hujan lebat masih sangat besar di wilayah itu. Pihaknya memberi imbauan agar masyarakat tetap waspada karena air sungai berpotensi meluap kembali.
Kepala Kepolisian Resor Lamandau Ajun Komisaris Besar Bronto Budiyono menjelaskan, saat ini air sudah mulai surut. Pihaknya sudah berada di lokasi sejak Jumat pagi karena terjadi antrean cukup panjang kendaraan menuju Kalimantan Barat, juga dari arah sebaliknya. ”Banjir terjadi selama hujan lebat saja. Sejak hujan berhenti, banjir surut. Namun, petugas kami tetap memantau ke lokasi,” katanya.
Di Kabupaten Katingan, pemerintah bakal kembali menetapkan status tanggap darurat sesuai situasi di lapangan. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Katingan Roby menjelaskan, masa tanggap darurat bencana sebenarnya telah selesai dilaksanakan selama 14 hari. Sesuai perkiraan, banjir surut total.
Namun, sejak Kamis pagi, air kembali naik karena Sungai Katingan meluap. ”Kalau hujan terus ditambah hujan di hulu sungai, potensi air kembali naik jadi besar, kami masih terus memantau,” kata Roby.
Roby mengungkapkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan BMKG untuk prediksi cuaca. Menurut BMKG, sebagian besar wilayah Katingan masih terus dilanda hujan selama September. Banjir di Katingan saat ini melanda di dua kecamatan, yakni Tasik Payawan dan Kamipang.
Akses ke beberapa wilayah desa tertutup air dengan ketinggian maksimal 10 sentimeter. ”Ada potensi beberapa hari ke depan (banjir) akan bisa menggenangi dataran rendah dan wilayah bantaran Sungai Katingan,” ujar Roby.
Roby menambahkan, sampai saat ini belum ada warga yang mengungsi karena banjir. Warga, karena terlalu sering dilanda banjir, biasanya membuat panggung di tengah rumah untuk tempat tidur dan menyimpan barang elektronik. Tahun ini, Katingan juga dilanda banjir pada Agustus.
Menurut Roby, selain curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena alih fungsi hutan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Katingan untuk tempat tinggal, berkebun, atau berladang. Lalu, ada pula faktor pembangunan jalan, pembangunan sarana dan prasarana publik, pertambangan masyarakat, perkebunan besar, HPH atau perusahaan kayu, serta kian dangkalnya Sungai Katingan. ”Namun, itu semua sebatas asumsi sederhana yang masih perlu kajian lagi untuk melihat (faktor) mana yang lebih berpengaruh,” katanya.