Menjaga Urat Nadi Tetap Berdenyut di Tol Trans-Jawa
Pencegahan kecelakaan di Tol Cipali membutuhkan peran berbagai pihak. Upaya itu tidak hanya menjaga urat nadi perekonomian, tetapi juga memastikan nadi pengendara tetap berdenyut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI, KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
Jalan Tol Cikopo-Palimanan, yang termasuk ruas Tol Trans-Jawa, kini menjadi salah satu urat nadi perekonomian nasional. Puluhan ribu kendaraan hilir mudik setiap hari di jalur tersebut. Namun, tanpa manajemen keselamatan dari berbagai pihak, bisa-bisa urat nadi itu tak berdenyut.
Khoirul Anwar (52) meraba stiker bergambar tanda seru dengan tulisan ”Jaga Jarak Aman” yang tertempel di belakang truknya. Petugas memasang stiker itu di sela-sela kampanye keselamatan berkendara di rest area Kilometer 166, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Kamis (29/9/2022).
Tempelan itu melapisi stiker yang lebih dulu terpajang di boks truk berwarna merah jambu itu. Tulisannya, ”Tampan terlihat miskin, aslinya pura-pura kaya di storynya”. Khoirul tak keberatan. ”Ya, mungkin (stiker) ini bisa kelihatan dari belakang, Jadi, semua bisa jaga jarak,” ucapnya.
Stiker itu jadi salah satu cara mencegah kecelakaan tabrak belakang yang kerap melibatkan mobil pribadi dan truk. Khoirul juga memacu pedal gasnya sesuai batas kecepatan, yakni 80-90 kilometer per jam. Ia khawatir, jika terlalu lamban atau di bawah 60 km per jam bakal ditabrak.
Khoirul beruntung karena mengangkut muatan sekitar 3 ton paket kiriman sehingga tidak melebihi kapasitas. Dengan begitu, laju truknya standar. Ia membawa paket dari Jakarta ke Surabaya, Jawa Timur, dengan jarak sekitar 780 km. Target waktu tempuhnya maksimal 14 jam.
Agar tidak terlelap, setiap empat atau lima jam, Khoirul rehat sekitar 30 menit di tempat istirahat. Empat rest area yang berjarak masing-masing 30 km untuk arah Cirebon, katanya, sudah cukup. ”Biasanya, saya tidur di mobil saja. Di sini kayaknya enggak ada tempat tidur,” ucapnya.
Faktor manusia
Usaha Khoirul menjaga stamina tubuh hingga memasang stiker jaga jarak dilakukan demi mencegah kecelakaan. Apalagi, faktor manusia mendominasi penyebab kecelakaan di Cipali, yakni 86 persen. Selebihnya, 14 persen kecelakaan karena pecah ban, rem blong, hingga faktor jalan.
Angka kecelakaan di tol sepanjang 116,7 km itu fluktuatif. Pada 2019, misalnya, tercatat 390 kecelakaan dengan korban jiwa 93 orang. Tahun 2020, jumlahnya menurun menjadi 287 kasus dan 78 korban meninggal. Tahun lalu, tercatat 323 kecelakaan dan 52 nyawa melayang.
Kasus kecelakaan tertinggi adalah tabrak belakang. Kondisi ini tecermin dari 870 mobil pribadi dan 336 kendaraan barang yang terlibat kecelakaan 2019-2022. Tingkat fatalitasnya mengkhawatirkan. Ada 170 nyawa melayang akibat tabrak belakang dalam rentang waktu itu.
Wisnu Hariadi, investigator lalu lintas angkutan jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi, mengatakan, pelanggaran batas kecepatan jadi pemicu tabrak belakang. Mobil pribadi bisa melaju 160–200 km per jam, melebihi batas maksimal, yakni 100 km per jam.
Sebaliknya, lanjutnya, truk yang mengangkut beban dan dimensi berlebih (overdimension and overload/ODOL) hanya melaju 50 km per jam. Padahal, aturannya, minimal 60 km per jam. ”Perbedaan kecepatan ini bisa lebih 100 km per jam. Kalau tabrak belakang bisa fatal,” ucapnya.
Menurut dia, jalan bebas hambatan memang dirancang untuk mempercepat mobilitas pengendara. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan. ”Sebelum ada tol, Jakarta-Surabaya lebih dari 24 jam. Sekarang, orang bangga kalau bisa 10 jam. Kami yang mendengar itu miris,” ucapnya.
Ajun Komisaris Besar Ardiyaningsih, Kasi Invidrek Jemenopsrek Direktorat Keamanan dan Keselamatan Korps Lalu Lintas Polri, mengatakan, kontur jalan yang lurus di Cipali dapat melenakan pengemudi jika tak waspada. Tak terasa, pengendara sudah melaju di atas 100 km per jam.
”Tapi, masalahnya bukan hanya di pengemudi, tetapi juga korporasinya. Apakah perusahaan sudah mengelola kendaraan dengan baik?” ujarnya. Korporasi juga harus memastikan muatan yang dibawa sopir sesuai ketentuan. Dengan begitu, kecelakaan bisa dicegah.
Urat nadi
”Jalan itu seperti urat nadi. Kalau terhambat, bisa sakit dan sebagainya,” ucap Ardiyaningsih. Hambatan di jalan bisa karena kecelakaan hingga bencana alam. Jalan juga jadi urat nadi perekonomian. Jalan Tol Trans-Jawa, misalnya, mempercepat perpindahan barang dan jasa.
Cipali, contohnya, bisa memangkas jarak tempuh dari Jakarta ke Cirebon hingga 40 km dibandingkan jalan arteri. Setiap hari, jalur itu dilintasi sekitar 30.000 kendaraan dan melonjak hingga lebih 100.000 kendaraan saat masa mudik. Ekonomi di sekitar tol, seperti Cirebon, juga tumbuh.
Prayogi Setyo Pratomo, Department Head Traffic Astra Tol Cipali, mengungkapkan, pengelola terus berupaya mencegah kecelakaan. Selain melakukan kampanye keselamatan, pihaknya juga menambah fasilitas keselamatan, seperti membuat marka speed reducer yang bisa mengurangi kecepatan.
Pihaknya juga memasang kamera pengintai (CCTV) di setiap 1 km. Teknologi pengukur beban (WIM) yang terintegrasi dengan alat pengukur dimensi kendaraan (light detection ranging/lidar) juga terdapat di Gerbang Tol Palimanan. Fungsinya, mencegah kendaraan ODOL lewat.
”Dengan berbagai upaya, kami sudah mengurangi blank spot (titik rawan kecelakaan) dari 14 titik tahun lalu jadi 10 titik,” ujar Prayogi. Titik itu tersebar, antara lain, di Km 132-137 dan Km 152-157 arah Cirebon serta Km 112-117, Km 132-137, dan Km 142-147 arah Jakarta.
Direktur Operasional Astra Tol Cipali Agung Prasetyo mengatakan, jumlah korban meninggal di Tol Cipali juga menurun hingga 33 persen pada 2020-2021. Selain pembenahan fasilitas, pihaknya bersama sejumlah pihak juga rutin menggelar razia ODOL dan batas kecepatan sebulan sekali.
Pihaknya juga mencegah kebakaran jerami bekas panen masyarakat di sekitar tol. ”Kalau ada titik api dan laporan dari pengguna jalan, kami akan respons memadamkan dalam sekian menit. Kami juga sosialisasi ke masyarakat,” kata Agung.
Bagaimanapun, pencegahan kecelakaan di Cipali membutuhkan peran berbagai pihak. Upaya itu tidak hanya menjaga urat nadi perekonomian, tetapi juga memastikan nadi pengendara tetap berdenyut.