Kediri Memantapkan Diri sebagai Kota Perdagangan dan Jasa
Kota Kediri menjadi kota perdagangan dan jasa dengan slogan ”Harmoni Kediri”.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·5 menit baca
Pada 27 Juli lalu Kota Kediri di Jawa Timur merayakan hari jadi ke-1.143. Bukan usia muda tentunya. Sejak zaman Kerajaan Kadiri di abad ke-12, kota yang memiliki lokasi strategis di tengah Daerah Aliran Sungai Brantas ini telah menjadi daerah yang diperhitungkan.
Fakta itu berlanjut hingga zaman kolonial. Belanda mendirikan dua pabrik gula di dekat perbatasan kabupaten/kota tersebut. Kini, dengan slogan ”Harmoni Kediri”, kota seluas 63,4 kilometer persegi ini pun memantapkan jati dirinya sebagai kota perdagangan dan jasa.
Langkah Kediri menjadi kota perdagangan dan jasa akan semakin mudah dengan adanya Bandara Dhoho. Meski berada di wilayah Kabupaten Kediri, bandara internasional yang diinisiasi PT Gudang Garam Tbk—menurut rencana beroperasi mulai 2023—itu pasti akan membawa dampak tidak langsung bagi Kota Kediri.
Pun keberadaan Jalan Tol Kertosono-Kediri yang akan segera dibangun. Penetapan lokasi jalan tol baru saja terbit Agustus lalu, kemudian diikuti identifikasi lahan. Infrastruktur ini jelas semakin mempermudah akses barang dan orang ke kota tersebut.
Terkait bagaimana perkembangan Kota Kediri ke depan, Kompas telah mewawancarai Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, Kamis (22/9/2022). Berikut petikan wawancara itu.
Apa kekuatan kota Anda?
Kekuatan kami di perdagangan dan jasa, pendidikan juga. Kota Kediri berpenduduk 300.000 jiwa, namun pada pagi-sore hari bisa sampai 1,5 juta-2 juta orang yang beraktivitas. Akibatnya, ekonomi berputar kencang. Ini terbukti saat pandemi, karena semua melakukan pekerjaan dari rumah, maka perekonomian menjadi mandek. Pertumbuhan ekonomi kami sempat minus 5,6 persen dari sebelumnya 5,86 persen. Sekarang sudah naik di angka 3 persen menuju ke 5 persen.
Ada yang bilang Kediri lebih makmur dari kota lain karena ada pabrik rokok besar?
Mungkin, kalau multiplayer effect-nya, iya. Namun, sebenarnya, seandainya PDRB (produk domestik regional bruto) tanpa memasukkan industri tembakau, kami masih tinggi juga ternyata. Jadi, tidak serta-merta lantaran industri itu (rokok).
Memang dasarnya ini kota perdagangan, karena di sini ada pabrik gula dan lainnya. Sebagai kota perdagangan, Kediri menjadi titik temu karena lokasinya berada tepat di tengah Jawa Timur bagian barat, tidak terlalu ke selatan maupun utara.
Rencana Anda membangun Kediri?
Kami tetap mengandalkan harmonisasi, tidak hanya pemerintah saja yang membangun, tetapi juga mengajak warga untuk ikut serta. Bahkan, kami juga mengajak pihak swasta untuk bersama-sama membangun Kediri secara berkelanjutan.
Dan gayung bersambut, ternyata ada airport meski di luar Kediri, ada jalan tol juga, sehingga kami juga harus melakukan percepatan dalam mewujudkan pembangunan.
Peningkatan SDM, termasuk perguruan tinggi?
Sebelumnya Kediri menjadi kota penyangga pariwisata, lalu kami mereposisi kota ini sebagai kota pendidikan juga. Lalu, kami mengundang Universitas Brawijaya (UB) untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah membangun kampus di sini. Selain UB, ada beberapa kampus lain yang berdiri dalam lima tahun terakhir. Dari dulu, Kediri memang menjadi tempat pendidikan.
Bayangan Anda Kediri 10 tahun ke depan?
Lebih ramai dari sekarang tentunya. Perekonomian jauh lebih baik. Banyak sektor baru, baik itu sektor turunan dari airport dan tol maupun MICE (pertemuan, insentif, konvensi, pameran). Keberadaan lembaga pendidikan juga akan berimbas pada perekonomian masyarakat.
Tantangan terbesar Anda membangun Kediri?
Keberanian pemerintah untuk menata kota jadi tantangan terbesar, penataan kawasan. Kami akan membuat CBD (central business district). Perencanaannya sudah ada, tinggal kami mewujudkannya. Kami juga sudah berpikir untuk membangun MICE-nya.
Kami akan tawarkan aset pemerintah daerah agar tidak mengandalkan APBD saja. Sejauh ini kami mengajak masyarakat untuk menangkap peluang itu. Kami juga memacu Indeks Pembangunan Manusia, SDM supaya lebih unggul. Kami intervensi dengan English masif, pendidikan gratis, beasiswa bagi warga tidak mampu. Karena kami ingin masyarakat bisa menjadi subyek, bukan obyek pembangunan.
Kerja sama dengan swasta?
Keran investasi kami buka sangat lebar. Sejak awal kami sudah mempermudah perizinan. Kami juga beberapa kali mengajak warga kota dan luar kota untuk memotret Kota Kediri. Dilihat dulu, lalu dihitung. Mau tidak investasi bareng-bareng dengan Pemerintah Kota Kediri? Nanti kami akan terus hunting investor yang bisa kerja sama dengan pemerintah daerah (pemda).
Contoh prestasi nyata yang Anda lakukan dalam membangun Kediri?
Dulu, sebelum saya menjabat, banyak proyek di Kediri yang belum selesai (mangkrak). Saya sebagai pimpinan pengganti tidak elok kalau membiarkan begitu saja, maka saya mendanai proyek itu dari APBD agar cepat selesai.
Akhirnya proyek itu bisa selesai, seperti rumah sakit, Jembatan Brawijaya, dan lainnya.
Setelah itu, karena dana terbatas, kami mengadakan Program Pemberdayaan Masyarakat (Prodamas). Sampai sekarang Prodamas masih berjalan dan bergeser kepentingannya bukan lagi wilayah RT, tetapi sudah kelurahan. Sebentar lagi akan menjadi kepentingan kota. Yang dilihat bagaimana cara membangun kota. Kalau dulu membangun RT, lantaran saat itu infrastruktur di tingkat RT kurang sekali.
Apa program itu bisa direplikasi di tempat lain?
Sudah banyak yang direplikasi, Prodamas itu banyak sekali daerah lain yang mencontoh.
Bagaimana keterlibatan anak muda untuk mengembangkan pembangunan kota?
Di dalam Prodamas ada anggaran Rp 100 juta per tahun setiap RT. Mereka juga harus menganggarkan untuk karang taruna karena karang taruna menjadi satu kesatuan di setiap kelurahan. Mengapa karang taruna dilibatkan, supaya pembangunannya terukur. Sementara kami pemerintah kota biasa diskusi dan sharing session dengan anak muda terkait isu-isu pembangunan kota. Mereka biasa memberikan masukan, misalnya Kediri butuh taman, ruang terbuka, dan lainnya.