Jantung Tidak Normal, Kondisi Bayi Kembar Siam asal Padang Pariaman Kritis
Kondisi bayi kembar siam asal Padang Pariaman yang dirujuk ke RSUP Dr M Djamil, Padang, Sumatera Barat, kritis.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kondisi bayi kembar siam asal Padang Pariaman yang dirujuk ke RSUP Dr M Djamil, Padang, Sumatera Barat, kritis. Saturasi oksigen bayi laki-laki ini rendah, hanya sekitar 60. Akibatnya, mereka belum memungkinkan menjalani operasi darurat pemisahan.
”Kondisinya saat ini sangat kritis. Saat diinvestigasi, bayi tidak bisa lepas dari ventilator,” kata Yusirwan Yusuf, Direktur Utama RSUP Dr M Djamil, di Padang, Jumat (23/9/2022).
Bayi kembar siam dari pasangan Ardianto (33) dan Ayu Septiani (30), warga Padang Pariaman, itu lahir melalui operasi di RSUD dr Sadikin, Kota Pariaman, Rabu (21/9/2022). Selanjutnya, bayi yang punya dua kepala dan satu badan itu dirujuk ke RSUP Dr M Djamil pada Rabu sore untuk penanganan lebih lanjut.
Yusirwan menuturkan, rumah sakit sudah membentuk tim multidisiplin ilmu untuk menangani pasien ini. Setidaknya ada 25 tenaga kesehatan subspesialis terlibat, antara lain dokter paru, saraf anak, bedah anak, bedah digestif, bedah plastik, bedah torakd, dan bedah jantung.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, katanya, bayi ini termasuk kembar asimetris. Salah satu bayi punya organ atau bagian tubuh yang tidak lengkap. Bayi ini punya dua jantung, tetapi salah satunya tidak lengkap, yaitu cuma punya satu bilik dan serambi. Jantung kembaran yang punya dua bilik dan dua serambi juga bocor.
”Jantung yang hanya dua ruangan itu bersatu dengan jantung kembarannya. Darah kotor dan darah bersih kedua bayi ini tercampur aduk semua. Akibatnya, oksigen tidak dipompa dengan baik ke seluruh tubuh,” ujar Yusirwan.
Selain jantung, lanjut Yusirwan, bayi kembar siam ini cuma punya satu badan, satu tulang belakang dari dada ke bawah, satu alat kelamin, satu rangkaian usus dan anus, sepasang paru-paru, sepasang tangan, dan sepasang kaki. Oleh sebab itu, hanya satu bayi yang punya harapan hidup setelah operasi.
Menurut dia, idealnya bayi kembar siam dipisahkan setelah kondisi organnya matang, pada usia 4-6 bulan, agar daya tahannya bagus saat operasi pemisahan. Langkah itu biasanya dilakukan dengan catatan kondisi bayi sehat dan keduanya punya organ lengkap.
Akan tetapi, melihat kondisi bayi ini, katanya, operasi penyelamatan darurat mesti segera dilakukan. ”Begitu kondisinya membaik, kami segera lakukan operasi. Kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelamatkan. Kalau tidak bisa dua, satu (bayi kami upayakan),” ujarnya.
Dokter spesialis bedah anak ini menyebutkan, bayi kembar siam adalah kasus langka. Bayi asal Nagari Limau Puruik, Kecamatan V Koto Timur, Padang Pariaman, itu merupakan kasus kelima yang ditangani RSUP Dr M Djamil sejak tahun 2000. Sebelumnya, ada empat kasus dan hanya dua yang selamat.
Kembar siam dapat terjadi karena adanya gangguan saat pembentukan janin pada 12-16 minggu usia kehamilan. Penyebab kembar dempet masih misterius (Kompas, 12/6/2010).
Ditambahkan Yusirwan, biaya penanganan bayi kembar siam ini akan ditanggung rumah sakit. Jika seandainya terlalu besar, rumah sakit akan meminta bantuan pemerintah daerah atau dinas sosial. Kepala Kepolisian Daerah Sumbar Inspektur Jenderal Teddy Minahasa Putra juga sudah menawarkan bantuan biaya apabila dibutuhkan.
Suryani (54), nenek bayi dari pihak ibu, Kamis (22/9/2022), berharap cucunya bisa selamat. Namun, ia menyerahkan nasib cucunya kepada Tuhan. ”Kalau Tuhan mau meminjamkan pada kami, (bayi ini) kami pinjam (kami rawat). Kalau mau mengambil, kami pasrah,” katanya. Suryani menambahkan, bayi kembar siam ini anak ketiga dari putrinya. Dua anak sebelumnya lahir dalam kondisi normal.