Lindungi Ekosistem, Alue Dohong Terima Penghargaan dari Queensland University
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong dapat penghargaan internasional karena kontribusinya dalam perlindungan ekosistem terancam Indonesia. Walakin, masih banyak pekerjaan besar, khususnya di Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menerima penghargaan internasional Alumnus of The Year 2022 dari Queensland University Australia. Alue yang berasal dari Kalimantan Tengah itu dinilai memberikan kontribusi besar kepada perlindungan ekosistem yang terancam di Indonesia.
Penghargaan tersebut diberikan Queensland University Australia setiap tahun kepada alumninya yang memiliki kontribusi besar pada bidang-bidang tertentu. Tahun ini, penghargaan tersebut diberikan ke Alue Dohong yang merupakan orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan tersebut.
Saat dihubungi melalui pesan singkat pada Jumat (23/9/2022), Alue Dohong mengucap syukur atas penghargaan tersebut. Menurutnya, penghargaan itu menambah motivasinya untuk lebih bertekad dan berupaya terus-menerus dalam usaha melindungi ekosistem terancam, seperti gambut, hutan tropis dataran tinggi, dan mangrove di Indonesia, begitu juga di Kalimantan Tengah tempat asalnya.
”Saya harap ini juga jadi motivasi bagi kaum muda, pelajar, dan mahasiswa untuk seluruh Indonesia pada umumnya dan Kalimantan khususnya bahwa orang Indonesia atau orang Kalteng bisa meraih penghargaan internasional,” kata Alue.
Alue memiliki mimpi besar agar Kalimantan Tengah dan pulau Kalimantan bisa terus menjaga ekosistem demi kebaikan manusia yang hidup di sekitarnya. Pemerintah selama ini juga sudah berupaya untuk meningkatkan upaya perlindungan, konservasi, dan pemanfaatan ekosistem terancam tersebut.
Sebelumnya, pada 2021 lalu, Alue juga mendapatkan penghargaan Australian Awards Indonesia Alumnus of the Year in Recognition of His Leadership and on going Commitment to Environmental Sustainability in Indonesia dari universitas yang sama.
”Ini wujud pengakuan Queensland University dan alumni yang tersebar di seluruh dunia atas prestasi dan kinerja alumninya,” ungkap Alue.
Alue Dohong merupakan putra Dayak pertama yang duduk di kabinet pemerintahan Indonesia. Sebelum menjadi wakil menteri, Alue banyak melakukan penelitian di lahan gambut hingga mendapatkan gelar PhD di universitas asal Australia tersebut. Setelah itu, ia diangkat menjadi Deputi Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan di Badan Restorasi Gambut (BRG) RI.
Direktur Eksekutif Save Our Borneo (SOB) Muhammad Habibi memberikan apresiasi terhadap penerimaan penghargaan tersebut di bidang lingkungan. Alue Dohong, kata Habibi, memiliki banyak kiprah di Kalteng, khususnya dalam perbaikan ekosistem yang terancam.
”Dalam hal implementasi tentunya Alue Dohong tidak bisa sendirian, khususnya dalam hal perbaikan ekosistem yang terancam itu, perlu komitmen yang kuat,” kata Habibi.
Habibi juga mengingatkan, masih banyak pekerjaan rumah KLHK atau Alue sebagai putra Dayak yang memiliki posisi tinggi di pemerintahan. Salah satunya adalah penyelesaian konflik lahan dan perlindungan masyarakat adat di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah.
”Meskipun ia bukan pengambil keputusan utama di KLHK, posisinya sangat strategis. Sebagai orang Dayak dia ingin membantu, apalagi di kasus konflik perusahaan dan masyarakat adat,” kata Habibi.
Tugas sebagai putra Dayak adalah menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam agar tidak terjadi bencana ekologis, khususnya di Kalimantan. (Marko Mahin)
Habibi memberi contoh, dalam kasus Kinipan di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, Alue Dohong mendorong pemberian hutan adat ke masyarakat khususnya di lahan nonhutan, sedangkan di kawasan hutan ia menyarankan untuk dijadikan hutan desa.
”Meski bertentangan dengan banyak gagasan lain, ia terus berupaya. Salah satunya mendorong adanya pencadangan hutan adat di Kinipan, ini langkah maju meski belum menyelesaikan konflik di sana,” ungkap Habibi.
Ketua Forum Heart of Borneo (HoB) yang juga antropolog Dayak di Kalteng, Marko Mahin, mengungkapkan, tugas sebagai putra Dayak adalah menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam agar tidak terjadi bencana ekologis, khususnya di Kalimantan. Alue Dohong ia nilai memiliki kapasitas dan wewenang itu ketika duduk di pemerintahan.
”Caranya, dengan mendorong proses pembangunan hijau yang ramah lingkungan,” ujar Marko.