Pemerintah Kota Surabaya dan seniman berencana mengadakan pergelaran seni untuk mengenang kematian peludruk senior Sapari Suhendra atau Cak Sapari di Balai Pemuda. Jasa almarhum besar bagi perkembangan seni di Surabaya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO, AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya tengah menyiapkan pergelaran seni budaya untuk mengenang kepergian seniman Sapari Suhendra. Kejadian ini meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Surabaya dalam pelestarian ludruk, seni tradisional Arekan atau Jawatimuran.
”Rencananya diadakan di Balai Pemuda. Waktunya menyesuaikan kegiatan Cak Kartolo Cs, sahabat almarhum,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi seusai mengunjungi rumah duka Sapari atau akrab disapa Cak Sapari di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (15/9/2022) sore.
Sebelumnya, Cak Sapari meninggal akibat sakit pada Kamis pagi. Dia menderita diabetes sejak beberapa tahun terakhir. Cak Sapari berpulang dalam usia 74 tahun dan meninggalkan istri Suryaningsih, 5 anak, dan 15 cucu.
Eri mengatakan, peran Cak Sapari sangat besar mengharumkan nama Surabaya. Cak Sapari bersama Kartolo bergabung dalam kelompok Kartolo Cs yang kerap pentas ludruk di Surabaya dan sejumlah daerah di Indonesia. Setahun terakhir, Kartolo Cs juga aktif menyiarkan konten ludruk di media sosial untuk pelestarian dan pengembangan seni tradisional tersebut.
”Mohon doa dari masyarakat. Saya yakin beliau diparingi (diberikan) surga,” kata Eri.
Suryaningsih, istri Sapari, mengatakan, lima tahun terakhir, almarhum mengalami penurunan kondisi kesehatan akibat diabetes. Setahun terakhir, Sapari mengeluh kerap batuk dan tidak kunjung mereda. Sapari bolak-balik dirawat di RS dan di kediaman sampai mengembuskan napas terakhir pada Kamis pukul 04.30.
”Kami mengikhlaskan Cak Sapari untuk pergi dan semoga amal ibadah diterima Allah SWT. Mohon diampuni segala kesalahan dan dosa Cak Sapari selama hidup,” ujar Suryaningsih.
Hingga kini Kartolo masih terpukul dengan kepergian Sapari. Sejak bertemu sekitar tahun 1980 dalam program ludruk di Radio Republik Indonesia (RRI) lewat frekuensi 96,8 FM dan 585 FM Pro4, keduanya aktif melestarikan ludruk di sejumlah daerah. Dengan peludruk lainnya, yakni Cak Basman, Cak Sokran, Cak Blonthang, dan Ning Tini, mereka dikenal dengan nama Kartolo Cs.
Sapari juga terlibat ketika Kartolo Cs membentuk grup seni karawitan Sawunggaling Surabaya. Namun, dalam perjalanannya, kelompok ini ditinggal pergi satu per satu personelnya. Cak Basman, Cak Sokran, dan Cak Blonthang berpulang. Sepeninggal Sapari, Kartolo Cs hanya menyisakan Kartolo dan istrinya, Ning Tini.