Arca Dewa Berbahan Perunggu Ditemukan di Situs Samberan, Kabupaten Magelang
Arca dewa berbahan perunggu ditemukan di situs Samberan di Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Temuan itu mengindikasikan bahwa situs tersebut adalah tempat ibadah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Satu arca berbahan perunggu ditemukan dalam kegiatan ekskavasi di situs Samberan di Dusun Samberan, Desa Ringianom, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kendati jelas menampilkan sosok dewa, hingga saat ini belum diketahui arca tersebut merupakan arca dewa apa.
”Karena ada atribut yang rusak terkena cangkul saat ekskavasi, ciri-ciri arca ini pun sulit dikenali, sulit diidentifikasi, ini merupakan arca dewa apa,” ujar Koordinator Perlindungan Balai Konservasi Borobudur (BKB) M Taufik, Rabu (14/9/2022). Arca dewa ini memiliki tinggi sekitar 40 sentimeter.
Kegiatan ekskavasi situs Samberan dilakukan sejak 23 Agustus dan direncanakan berakhir pada 19 September mendatang. Arca ini ditemukan saat dilakukan penggalian pada akhir Agustus lalu, pada kedalaman sekitar dua meter.
Arca, menurut Taufik, menjadi salah satu temuan yang mengindikasikan bahwa candi tersebut difungsikan sebagai tempat ibadah. Adapun hal serupa juga ditemui pada Candi Borobudur dengan banyak arca dewa di dalamnya.
Indikator lain yang juga menerangkan fungsi candi sebagai tempat ibadah adalah banyaknya temuan pecahan gerabah di situs Samberan. ”Kegiatan ibadah biasanya juga menggunakan air, gerabah adalah tempat yang digunakan untuk membawa air tersebut,” ujarnya.
Situs Samberan berada berjarak sekitar 4 kilometer, di arah barat daya Candi Borobudur. Indikasi adanya temuan candi pertama kali diketahui dari hasil penelitian Japan Cooperation Agency (JICA), yang ketika itu tengah membuat zonasi Candi Borobudur. Sempat diekskavasi oleh Balai Arkelogi (Balar) Yogyakarta, tetapi penelitian dan ekskavasi baru dilakukan oleh BKB setelah tahun 2014.
Taufik mengatakan, ekakavasi di situs Samberan terus dilanjutkan karena pada penggalian awal telah diketahui empat sisi bangunan candi. Saat ini, BKB juga telah menemukan bagian paling dasar dari bangunan candi.
”Di bawah bagian dasar candi ini hanya ditemukan lapisan batu-batu krakal saja,” ujarnya.
Candi ini diketahui berukuran 14 x 16 meter persegi. Untuk sementara ini, bangunan candi ini diduga adalah bangunan tanpa bilik, hanya batur dan dimungkinkan yoni yang diletakkan di bagian atasnya.
Di situs ini juga ditemukan umpak atau batu yang menjadi alas dari semacam tiang. Dengan temuan ini, situs diduga dibangun dengan atap pelindung yang menaungi di atasnya.
Bangunan candi di situs Samberan terbuat dari batu bata merah. Jika biasanya rata-rata ketebalan bata merah yang ada di candi 8-10 sentimeter, di situs ini bata penyusun candi hanya memiliki ketebalan sekitar 5 sentimeter.
Dwi Pradnyawan, dosen dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, mengatakan, dengan adanya indikasi bahwa candi ini berfungsi sebagai tempat ibadah, diduga di sekitarnya juga terdapat kawasan permukiman kuno.
Temuan candi Hindu di kawasan Borobudur juga menjadi indikasi menarik, yang membuktikan bahwa toleransi kehidupan beragama sudah ada sejak dahulu kala. Kondisi sebaliknya yang membuktikan hal serupa adalah Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu, tetapi di sekelilingnya juga banyak ditemukan candi-candi peninggalan agama Buddha.
Candi ini juga dinilainya menarik karena berbahan bata merah. Padahal, candi berbahan bata merah diketahui relatif jarang ditemui di Jawa Tengah.
Mengacu pada sejarah bangunan di India, menurut Dwi, bata merah sebagai penyusun candi adalah material bata merah lebih dahulu digunakan dibandingkan batu andesit. ”Bata merah juga dianggap menjadi pilihan batu yang lebih sakral karena bata tersebut dibuat dari gabungan bahan-bahan yang ada di alam,” ujarnya.