Banjir melanda Kalimantan Tengah untuk yang kedua kali tahun ini. Kabupaten Katingan yang selalu direndam banjir setiap tahun langsung menetapkan status siaga darurat banjir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebanyak delapan kabupaten di Kalimantan Tengah terendam banjir. Dua banjir terparah terjadi Kabupaten Katingan dan Kabupaten Murung Raya.
Di Katingan, banjir merendam empat kecamatan dengan total lebih kurang 12 desa, sedangkan di Kabupaten Murung Raya, banjir merendam lima kecamatan dengan total 17 desa. Ironisnya, Murung Raya dikenal sebagai kawasan jantung Kalimantan atau heart of Borneo.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby mengungkapkan, sudah menetapkan status siaga darurat banjir pada Kamis (8/9/2022). Empat kecamatan itu adalah Tasik Payawan, Katingan Tengah, Sanaman Mantikei, dan Katingan Hilir.
”Status itu berlaku 14 hari ke depan sejak Kamis siang. Hal itu dilakukan karena pihaknya memperkirakan hujan masih akan terus melanda beberapa wilayah di Kabupaten Katingan,” ujarnya.
Roby menambahkan, ketinggian air berkisar 25-45 sentimeter. Air saat ini menggenangi dataran rendah pinggir sungai, halaman rumah warga, dan beberapa fasilitas umum di desa, mulai dari jalan hingga sekolah. Melihat dari prakiraan cuaca, Roby yakin banjir bakal segera surut dan tidak separah tahun lalu.
”Kami terus melakukan pengawasan dan mendata, termasuk kebutuhan masyarakat seperti tenda pengungsi dan keperluan dapur umum juga obat-obatan,” kata Roby.
Sejak dua tahun lalu, Kabupaten Katingan selalu direndam banjir akibat luapan Sungai Katingan. Menurut Roby, banyak faktor menjadi penyebab banjir, salah satunya deforestasi karena luas permukiman masyarakat yang terus bertambah ditambah aktivitas ilegal, seperti pembalakan liar dan tambang ilegal.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Kabupaten Murung Raya juga dilanda banjir. Setidaknya 19 desa di lima kecamatan terdampak banjir, tetapi hanya 32 rumah terendam air.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, tidak ada korban jiwa atas kejadian itu. Namun, aktivitas masyarakat disebutkan terhambat.
”Tim telah turun ke lapangan untuk melakukan kaji cepat situasi, monitoring berkala, dan membantu proses evakuasi,” kata Muhari.
Banjir di Murung Raya terjadi akibat luapan Sungai Barito yang panjangnya 1.090 kilometer. Murung Raya merupakan wilayah hulu sungai dan disebut sebagai kawasan heart of Borneo (HOB) atau jantung Kalimantan.
Prakirawan Stasiun Meteorologi dari BMKG Kota Palangkaraya, Lian Andriani, mengungkapkan, beberapa faktor yang memengaruhi banjir Kalteng, antara lain, belokan angin dan konvergensi. Kondisi tersebut kemudian meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
”Lalu kondisi atmosfer di wilayah Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah tersebut,” kata Lian.
Lian menambahkan, kondisi atmosfer yang labil dan didukung dengan kelembaban udara yang basah menyuplai uap air cukup besar untuk terbentuknya awan konvektif sehingga mendung lebih cepat dan hujan dengan ragam intensitas turun.
”Fenomena alam La Nina sampai kini terpantau masih lemah dan diperkirakan terus begitu hingga akhir tahun 2022 yang berdampak menambahkan atau meningkatkan curah hujan,” kata Lian.