Dua Kabupaten Tetapkan Tanggap Darurat Banjir, Kalteng Darurat Ekologis
Kalimantan Tengah kian mudah direndam banjir. Hal itu membuktikan Kalteng dalam kondisi darurat ekologis.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Dua kabupaten di Kalimantan Tengah tetapkan status tanggap darurat banjir dan bencana lainnya. Kalimantan Tengah yang kian mudah dilanda banjir dinilai sedang dalam kondisi darurat ekologis.
Sudah hampir dua minggu sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah dilanda banjir, seperti di Kabupaten Barito Selatan, Barito Timur, dan Kabupaten Kotawaringin Timur. Banjir disebabkan banyak faktor mulai dari luapan air sungai hingga banjir rob.
Dua kabupaten yang menetapkan status tanggap darurat bencana banjir yakni Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur. Status tersebut dijalankan dalam masa waktu 14 hari.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Alpius Patanan mengungkapkan, secara umum banjir di Kalimantan Tengah perlahan surut. Sejumlah akses jalan masih terendam, tetapi masih bisa dilewati.
”Saat rapat tadi memang Pemerintah Kabupaten Barito Timur sudah menyatakan tanggap darurat, tetapi surat keputusannya menyusul,” ungkap Alpius saat dihubungi di Palangkaraya, Senin (30/5/2022).
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Barito Timur mencatat, banjir berdampak ke 31 desa di delapan kecamatan di Kabupaten Barito Timur. Delapan kecamatan itu adalah Kecamatan Dusun Timur, Paku, Pematang Karau, Awang, Raren Batuah, Karusen Janang, Patangkep Tutui, dan Dusun Tengah.
Hingga kini pemerintah setempat masih melakukan pendataan untuk mengetahui pasti jumlah keluarga yang terdampak. Sampai saat ini, warga yang rumahnya terendam banjir sebagian besar masih bertahan di rumah masing-masing atau mengungsi ke rumah keluarga. Meskipun demikian, pemerintah kabupaten sudah menyiapkan posko-posko darurat di setiap kantor kecamatan.
Hingga kini pemerintah setempat masih melakukan pendataan untuk mengetahui pasti jumlah keluarga yang terdampak.
Selain itu, di Kabupaten Barito Selatan, BPBD mencatat banjir di Kabupaten Barito Selatan terus meluas hingga ke empat desa di Kecamatan Dusun Hilir. Empat desa tersebut adalah Desa Batilap, Batampang, Mahajandau, dan Desa Sungai Jaya. Pemerintah mencatat setidaknya 1.250 keluarga terdampak.
Sebelumnya, Penjabat Bupati Barito Selatan Lisda Arriyana memberikan bantuan kepada 1.250 keluarga yang terdampak banjir di empat desa tersebut. Ia mengungkapkan, Dusun Muara Puning menjadi salah satu wilayah yang terdampak cukup parah.
Banjir rob
Banjir rob juga melanda Kalteng. Sebelumnya, banjir rob merendam satu kelurahan di Kabupaten Sukamara. Saat di wilayah itu perlahan surut, banjir rob kini menerjang wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur Rihel mengungkapkan, banjir rob terjadi di Dusun Kalap, Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kotawaringin Timur. Akibatnya, enam rumah nelayan rusak karena banjir tersebut. Rinciannya, lima rumah rusak total bahkan hanyut, sedangkan satu rumah lagi rusak parah.
”Tim kami sudah ke lokasi untuk memberikan bantuan dan kebutuhan masyarakat yang terdampak,” ungkap Rihel.
Banjir rob di wilayah itu, lanjut Rihel, sudah terjadi sejak Senin (23/5/2022). Banjir rob dengan ketinggian lebih dari 1 meter menghantam permukiman nelayan di pinggir laut. ”Seluruh masyarakat setempat sudah mengungsi, jadi tidak ada laporan korban jiwa,” katanya.
Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Ika Priti Widiastuti, menjelaskan, pihaknya juga mengimbau masyarakat akan air pasang dan gelombang air laut. Pada umumnya air pasang dipengaruhi oleh jarak terdekat Bumi dengan Bulan dan didukung dengan tingginya gelombang di wilayah selatan Kalimantan Tengah, termasuk Sukamara. Saat ini tinggi gelombang di wilayah selatan mencapai 0,5-2 meter.
”Waspada adanya pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) yang dapat berpotensi hujan sedang hingga lebat, hingga menimbulkan angina kencang serta menambah tinggi gelombang di pesisir dan perairan selatan Kalimantan Tengah,” ungkap Ika.
Manajer Kajian dan Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah Janang F Palanungkai mengungkapkan, banjir yang terjadi terus-menerus di Kalimantan Tengah menandakan Kalteng dalam keadaan darurat ekologis. Di Barito Timur, menurut dia, pembukaan lahan sudah terjadi secara masif sejak 2019, khususnya di wilayah Kecamatan Awang dan Patangkep Tutui.
”Wajar saja kalau daerah resapan air kian kritis karena bagian hulu wilayah ini dieksploitasi berbagai perusahaan,” ungkap Janang.
Pihaknya, lanjut Janang, selalu meminta pemerintah untuk melakukan audit lingkungan terhadap perusahaan yang berinvestasi di Kalteng. ”Pemerintah harus serius merespons darurat ekologis ini,” ungkapnya.