Hendrar Prihadi: Wisata dan Anak Muda Jadi Kekuatan Kota Semarang
Kota Semarang menggerakkan sektor pariwisata sebagai motor baru bagi pembangunan kota. Selain itu, anak-anak muda juga menjadi harapan di masa depan.
Terletak di kawasan pesisir serta memiliki fasilitas penunjang mobilitas orang yang lengkap, mulai dari pelabuhan, bandara, stasiun, hingga terminal, membuat predikat Kota Semarang, Jawa Tengah, sebagai kota perdagangan semakin mengakar kuat. Bertahun-tahun sukses dengan sektor perdagangan, Kota Semarang mulai menggenjot sektor lain yang diyakini mampu mendongkrak perekonomian masyarakat, kini dan nanti.
Pada Rabu (7/9/2022), Kompas mewawancarai Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi terkait sektor yang ingin dioptimalkan untuk wilayah dengan penduduk 1,6 juta jiwa itu.
Sektor apa yang ingin dioptimalkan, mengapa, dan bagaimana mengotimalkan sektor itu?
Kekuatan Kota Semarang, selain perdagangan dan jasa, adalah pariwisata. Sektor itu yang akan kami optimalkan karena pariwisata itu kuenya lebih merata. Yang punya modal besar maupun yang bermodal sedikit sama-sama bisa mendapatkan untung dari sektor itu. Misalnya, pemodal besar bisa membangun hotel berbintang dan orang yang punya modal kecil bisa mendirikan homestay atau rumah indekos untuk menampung wisatawan. Pemodal besar bisa bikin restoran, sementara yang bermodal kecil bisa jualan pecel di tempat wisata. Pariwisata juga merupakan sektor yang tahan menghadapi segala jenis krisis, kecuali Covid-19.
Baca juga: Inovasi dan Dukungan Penting untuk Pulihkan UMKM Seusai Pandemi
Kami melakukan sejumlah terobosan untuk mengoptimalkan sektor ini, salah satunya memastikan pariwisata itu menarik dan sehat. Konteks sehat ini penting pascapandemi karena masyarakat pasti masih fobia dengan hal-hal yang sifatnya massal dan membuat mereka bisa tertular Covid-19. Sejauh ini, apa yang dilakukan teman-teman pelaku pariwisata di Kota Semarang sudah baik, sudah dipercaya wisatawan. Tolok ukurnya sederhana, hotel-hotel yang dulu hanya ramai saat hari kerja karena ada rapat, seminar, maupun konferensi, kini penuh juga di akhir pekan karena didatangi wisatawan.
Bagaimana anda membayangkan Kota Semarang dalam lima-sepuluh tahun mendatang?
Masih bisa bergerak naik ekonominya lewat sektor pariwisata. Saya kebetulan habis berdiskusi dengan Perimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, kami masih harus optimistis karena pariwisata kami saat ini belum masuk masa jenuh. Pertama, event kami masih bisa dikembangkan. Kedua, destinasi wisata Kota Semarang masih bisa ditingkatkan. Ketiga, jalur tol utara itu sedang mulai dibangun. Ini pastinya akan membuka segmen pariwisata baru.
Presiden Joko Widodo pernah memerintahkan Menteri Perhubungan untuk menambah panjang landasan di Bandara Ahmad Yani menjadi 400 meter lebih panjang. Jika itu bisa segera dilakukan seiring dengan ekonomi terus membaik, pesawat berbadan besar bisa mendarat. Kalau sudah pesawat berbadan besar bisa mendarat, rute jauh termasuk rute internasional bisa dibuka untuk menambah potensi ceruk wisatawan yang masuk ke Kota Semarang.
Baca juga: KCF-Apeksi Bawa Sejumlah Isu Daerah
Selain itu, Kota Semarang juga punya pelabuhan yang semakin hari semakin berkembang. Sekarang sudah mulai kapal pesiar masuk lagi. Sebelum pandemi itu, kapal cruise yang masuk itu 15-20 kali dalam setahun. Jadi ini peluang yang saya yakin di 5-10 tahun lagi masih bisa terus kita tingkatkan dan kita kejar untuk peningkatan ekonomi di daerah.
Apa tantangan terbesar dalam pembangunan Kota Semarang?
Menurut saya, itu terkait abrasi dan rob. Kalau bicara rob dan abrasi ini kita melawan kekuatan alam. Ya, bisa dengan rekayasa teknis seperti yang sering kita diskusikan, kalau Jalan Tol Demak-Semarang dan Semarang-Kendal jadi, itu pasti akan mampu membentengi Semarang dari air laut. Tapi, ya, mau sampai kapan dan juga itu, kan, masih berjalan, tidak langsung selesai dalam satu atau dua tahun. Tantangan itu harus kita hadapi. Saat kita kompak dan guyub, pasti bisa dihadapi.
Bagaimana relasi Kota Semarang dengan pihak ekstrenal dalam proses pembangunan?
Saya selalu mencoba membangun kekuatan ekstrenal dengan baik karena saya meyakini di era sekarang ini kolaborasi sangat penting. Kalau semuanya (dikerjakan sendiri oleh) pemerintah, ya, bisa, tapi pasti lama sekali. Padahal, Kota Semarang itu tertinggal cukup jauh dibanding kota-kota besar lain. Kalau kita mau sejajar atau lebih perlu kolaborasi. Kekuatan seperti pengusaha dengan investasi dan tanggung jawab sosialnya, kemudian kekuatan penduduk dengan ketokohan-ketokohannya, ini terus kita lakukan komunikasi. Kami juga membangun kekuatan dengan media. Bukan untuk melobi agar media tidak menceritakan yang jelek jadi baik, tapi mengajak media menjadi sebuah mitra kritis. Kalau pas lagi baik ceritakan baik, kalau tidak baik silakan diberitakan tidak baik, kalau perlu dicarikan aternatif solusi. Kekompakan, kesolidan ini tidak statis, sangat dinamis. Maka, ruang yang harus kita bangun adalah ruang komunikasi.
Bagaimana pelibatan anak muda dalam proses pembangunan?
Pada tahun 2012, saat saya masih menjadi Pelaksana Tugas Wali Kota Semarang, saya memetakan kelemahan Pemerintah Kota Semarang, salah satunya adalah apatisnya masyarakat terutama kelompok muda terhadap pembangunan. Kenapa? Mereka menganggap pemerintah kota ini sulit dijangkau. Saya akhirnya masuk ke teman-teman muda ini dan memberi pemahaman bahwa wali kota, camat, dan lurah itu juga temannya anak muda. Saya juga minta agar pemerintah kota lebih mau mendengar dan melihat anak-anak muda. Anak-anak muda terbiasa berkomunikasi dengan media sosial, kita pakai media sosial untuk menyampaikan apa saja yang kita kerjakan. Sebaliknya, melalui media sosial anak-anak muda bisa menyampaikan aspirasinya terkait pembangunan Kota Semarang kepada kami.
Baca juga: Apeksi Dorong Ada Peta Jalan Tingkat Komponen Dalam Negeri
Seyakin apa Anda dengan kekuatan anak muda dalam memimpin di masa depan?
Saya sangat optimistis anak-anak muda jaman sekarang bisa menjadi pemimpin yang baik di masa depan. Mereka punya peluang untuk mengakses apa pun yang sedang terjadi di kota ini, di Indonesia, maupun di dunia. Presiden pernah menyebutkan, pada 2045 akan muncul dua negara dengan poros ekonomi terbaik yang bisa menyangi Amerika Serikat dan China, yakni India dan Indonesia. Saya jadi optimistis bahwa anak muda kita akan punya panggung yang paling tepat untuk membawa negeri lebih baik di masa itu. Maka, kita harus menjaga agar anak muda-anak muda ini yakin dengan kekuatan bangsa Indonesia.
Apa capaian atau prestasi terbaik Anda selama memimpin kota?
Prestasi atau capaian itu yang bisa menilai orang lain. Kalau buat saya saat ini adalah bagaimana caranya warga Kota Semarang bisa hidup lebih nyaman hidup di Kota Semarang. Kalau nanti ada penghargaan, itu bukan tujuan utama kita.
Program baik apa yang bisa direplikasi oleh kota lain?
Hampir setiap hari kami kedatangan tamu, dari luar Semarang yang belajar terkait smart city. Pada awal-awal peluncuran smart city tahun 2013, kami tawari daerah lain yang mau, silakan pakai e-government Kota Semarang karena memang saat itu belum ada anggaran maupun standar regulasi yang baku. Selain itu, ada juga yang mau belajar terkait bagaimana cara Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro yang dengan biaya kecil bisa memberikan pelayanan baik.
Baca juga: ”Meramu” Kekuatan Dasar, Membangun Kota Singkawang
Meski demikian, bukan berarti kalau dikunjungi itu kita lebih baik, kami juga sering mengambil ilmu dari wilayah lain yang berkunjung, lebih kepada bertukar pengetahuan. Saya juga sering belajar ke daerah lain. Menurut saya, metode amati, tiru, dan modifikasi jauh lebih mudah dari menemukan yang baru.