Amonium Nitrat di Polairud Sultra Meledak, Gudang Barang Bukti hingga Rumah Warga Rusak
Ledakan besar terjadi di Markas Polairud Sulawesi Tenggara, Kamis (8/9/2022) dini hari. Sumber ledakan ini berasal dari gudang penyimpanan barang bukti, yang menyimpan puluhan jiriken amonium nitrat.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Ledakan besar terjadi di Markas Komando Polairud Sulawesi Tenggara, Kamis (8/9/2022) dini hari. Ledakan disertai kebakaran tersebut menghanguskan sebuah gedung, dan menyebabkan sejumlah kerusakan di rumah-rumah warga. Sumber ledakan berasal dari gudang penyimpanan barang bukti yang menyimpan puluhan jiriken amonium nitrat.
Amiruddin (49), warga yang kediamannya berdampingan dengan Markas Komando (Mako) Ditpolairud Sultra menyampaikan, ledakan terjadi sekitar pukul 04.00 Wita, saat warga masih terlelap. Ia segera bangun karena panik merasakan getaran dan bunyi ledakan yang kuat.
”Kami semua lari keluar. Nda tahu ini kejadian apa. Di Mako Polairud yang berjarak sekitar 15 meter dari kediaman, sudah ada api,” kata ayaah tiga anak ini, Kamis pagi.
Menurut Amir, ledakan tersebut membuat kerusakan di sejumlah rumah warga. Di rumahnya, kaca jendela pecah, dan pintu rusak. Hal yang sama terjadi di sejumlah rumah warga.
”Ledakan terjadi beberapa kali lalu sampai kebakaran. Makanya kami lari semua,” ucapnya.
Sejumlah kaca rumah warga yang berjarak sekitar 30 meter terlihat pecah dan berhamburan. Sedikitnya, ada empat rumah yang terlihat mengalami kerusakan yang berdampingan dengan kantor ini, baik di jendela, plafon dan kusen. Warga mulai merapikan kediaman setelah kejadian ini.
Nursiah (45), istri Amiruddin mengungkapkan, saat ledakan terjadi, ia segera menyelamatkan diri dan keluarganya. Dua orang cucunya yang umurnya masih di bawah lima tahun segera dibawa keluar untuk menghindari dampak ledakan.
Selama menetap di wilayah ini, Nursiah menyampaikan, ini adalah kejadian pertama adanya ledakan di wilayah kepolisian ini. Ia berharap instansi terkait bertanggung jawab, dan betul-betul mengantisipasi agar kejadian yang sama tidak terulang.
Di lokasi kejadian, tim Laboratorium Forensik Polda Sultra terlihat datang. Kapolda Sultra juga memantau ke lokasi selama sekitar 15 menit. Akan tetapi, hingga Kamis siang, wartawan belum diperkenankan melihat lokasi kejadian.
Direktur Polairud Sultra Komisaris Besar Suryo Aji membenarkan jika terjadi ledakan di Mako Ditpolairud Sultra. Ledakan tersebut berasal dari gudang penyimpanan barang bukti yang terletak di sisi barat kantor.
”Memang benar terjadi ledakan pada pukul 04.15 Wita. Ledakan terjadi di gudang barang bukti, yang di dalamnya ada 30 jiriken amonium nitrat yang disimpan sebagai hasil temuan kejahatan. Untuk penyebabnya, masih dalam olah TKP,” kata Suryo yang dihubungi lewat telepon.
Barang bukti amonium nitrat tersebut, ia melanjutkan, merupakan temuan dari sejumlah kasus kejahatan bom ikan. Kasus ini sendiri dan sudah diserahkan ke kejaksaan, termasuk tersangka dan barang bukti. Namun, untuk barang bukti tidak disimpan di Kejaksaan dan Rupbasan, sehingga disimpan di gudang barang bukti.
”Kerusakan lain, sejauh ini adalah gedung Gakkum, dan masih terus didata. Tim masih terus bekerja untuk kronologi dan penyebab kejadian ini. Tidak ada korban dari kejadian ini,” tuturnya.
Ledakan terjadi di gudang barang bukti, yang di dalamnya ada 30 jiriken amonium nitrat yang disimpan sebagai hasil temuan kejahatan.
Amonium nitrat adalah senyawa kimia yang mudah meledak di dalam suhu panas. Ledakan akibat senyawa ini pernah terjadi di Lebanon pada Selasa (4/8/2020) lalu. Saat itu, ratusan orang meninggal, dan ribuan lainnya terluka akibat ledakan dari 2.750 ton amonium nitrat.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab saat itu menegaskan, dugaan sementara penyebab ledakan adalah simpanan 2.750 ton amonium nitrat. Bahan kimia yang biasa dipakai untuk pupuk dan bom pertambangan itu disita pemerintah, dan disimpan sejak 2014 di gudang pelabuhan tanpa langkah-langkah pengamanan. Ledakan pada Selasa (4/8/2020) itu begitu kuat hingga terasa di Siprus, 180 kilometer dari Beirut ( Kompas, 6/8/2020).