Unjuk Rasa Tolak Kenaikan Harga BBM, Massa Nyaris Robohkan Pagar DPRD DIY
Unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak di depan kantor DPRD DIY sempat memanas. Massa hampir merobohkan pagar gedung wakil rakyat tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KOMPAS, YOGYAKARTA — Unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta sempat memanas. Massa hampir merobohkan pagar gedung wakil rakyat itu. Namun, kondusivitas bisa dijaga. Tidak terjadi bentrokan antara massa aksi dan aparat keamanan.
Unjuk rasa dilakukan oleh sejumlah elemen masyarakat yang terdiri dari mahasiswa hingga buruh, Rabu (7/9/2022). Mereka bersatu dalam kelompok bertajuk ”Aliansi Rakyat Bergerak”. Mereka menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Jumlah massa aksi berkisar 300–400 orang. Mereka datang dengan pakaian berwarna hitam. Terdapat satu mobil komando yang memimpin di barisan depan. Dari pengeras suara yang dibawa oleh mobil komando tersebut beragam keresahan disuarakan sejak kedatangan mereka sekitar pukul 15.50.
”Pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM, Sabtu (3/9/2022), pukul 14.30. Pengumuman kenaikan harga BBM disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Tentunya kenaikan harga BBM akan memicu inflasi yang berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan,” kata Juru Bicara Aliansi Rakyat Bergerak Ino, di sela-sela aksi.
Semula, aksi berlangsung landai. Satu per satu orator saling bergantian meramaikan suasana lewat orasinya. Mereka terus berorasi seolah tanpa henti di depan gerbang DPRD DIY. Sekitar pukul 16.54, tiba-tiba situasi memanas. Teriakan massa semakin kencang menolak kenaikan harga BBM. Bahkan, sebagian massa terlihat mendorong pagar besi yang menjadi pintu gerbang gedung wakil rakyat tersebut.
Situasi itu berlangsung selama lebih kurang 15 menit. Dorongan tersebut mengakibatkan pagar besi doyong. Hampir roboh. Mereka juga membakar ban, kertas, dan kardus di sana.
Sebagian massa aksi berusaha meredam emosi beberapa pihak yang semula akan merobohkan pagar. Tampak sesama peserta aksi cekcok tak setuju dengan perobohan pagar itu. Mereka juga membakar ban, kertas, dan kardus di sana.
Di tengah kekisruhan, beberapa tukang becak motor tampak berupaya memperbaiki pagar doyong itu. Mereka juga memadamkan api unggun yang dibuat dengan alat pemadam kebakaran ringan milik DPRD DIY. Setelah insiden tersebut, aksi kembali dilanjutkan dengan tensi yang lebih dingin. Massa meninggalkan lokasi sekitar pukul 18.00.
”Pelaksanaannya cukup baik walaupun ada sedikit insiden. Namun, kami mengucapkan terima kasih kepada para pengunjuk rasa untuk tetap menjaga ketertiban dan keamanan di seputar Jalan Malioboro. Karena, di Jalan Malioboro ini banyak masyarakat yang berkepentingan melaksanakan kegiatan ekonomi,” kata Kepala Polres Kota Yogyakarta Komisaris Besar Idham Mahdi, seusai unjuk rasa rampung.
Sementara Sekretaris DPRD DIY Haryanta merasa beruntung pagar gerbang tidak sampai roboh. Ia menganggap insiden semacam itu sebagai peristiwa yang wajar muncul dalam suatu unjuk rasa. Insiden tersebut dijadikannya pembelajaran. Pihaknya juga mengaku bersyukur unjuk rasa tidak berujung menjadi kerusuhan.
Haryanta menyatakan, massa datang secara tiba-tiba. Mereka tidak memberitahukan kegiatan itu pada Sekretariat DPRD DIY sebelumnya. Meski demikian, pihaknya berusaha memfasilitasi massa untuk beraudiensi dengan perwakilan anggota DPRD DIY. Hanya, massa justru menolak usulan tersebut.
”Kami tadi sudah minta masuk. Tetapi, kelompok ini tidak mau masuk. Menolak masuk. Padahal, pimpinan sudah standby untuk menerima. Alasan penolakannya kami tidak tahu. Mereka inginnya orasi di depan begitu,” kata Haryanta.