Tekan Naiknya Harga-harga, Pemkot Malang Gelar Operasi Pasar Murah
Untuk mengatasi naiknya harga komoditas pangan usai kenaikan harga BBM, Tim Pengendali Inflasi Daerah Kota Malang akan menggelar operasi pasar murah di 63 titik yang tersebar di lima kecamatan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Untuk mengatasi naiknya harga komoditas pangan usai kenaikan harga bahan bakar minyak, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang akan kembali menggelar operasi pasar murah di 63 titik yang tersebar di lima kecamatan hingga Desember 2022. Target operasi pasar murah tersebut adalah inflasi terkendali dan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Sejumlah harga komoditas pangan di Kota Malang langsung merangkak naik sejak harga BBM dinyatakan naik. Pada Selasa (6/9/2022), harga cabai rawit naik dari Rp 45.000 per kilogram menjadi Rp 60.000 per kg, kentang dari Rp 13.200 per kg menjadi Rp 14.600 per kg, dan daging ayam broiler dari Rp 35.400 per kg menjadi Rp 35.600 per kg.
”Sebenarnya mulai April 2022, TPID sudah melakukan program pangan bersubsidi guna mengendalikan inflasi. Sekarang, dengan adanya kenaikan harga BBM yang diikuti naiknya harga sejumlah komoditas, maka kami akan terus menggelar operasi pasar murah dengan komoditas yang disesuaikan,” kata Kepala Bagian Perekonomian, Infrastruktur, dan SDA Sekretariat Daerah Kota Malang Yayuk Hermiati, Selasa.
Dalam operasi pasar tersebut, TPID bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Bulog, Bank Indonesia, BUMD Perumda Tunas, Badan Pangan Nasional, dan Bank Indonesia. Nantinya, Bulog menjamin ketersediaan bahan pangan seperti beras, sedangkan BI dan Badan Pangan Nasional akan memberikan subsidi ongkos transportasi sehingga harga komoditas bisa murah.
Operasi pasar murah terakhir dilakukan 29 Agustus 2022 di Kelurahan Sukun. Saat itu, dijual sembako dan bawang merah dengan harga jauh lebih murah dari harga pasar. Misalnya, bawang merah dijual dengan harga Rp 20.000 per kg, padahal harga pasar masih Rp 27.000 per kg.
”Komoditas yang pasti ada dalam operasi pasar adalah sembako. Berikutnya, kami akan menjual komoditas yang saat itu harganya naik, misalnya telur. Ini karena kami sudah bekerja sama dengan petani/peternak langsung. Saat komoditas didatangkan ke lokasi pasar murah, maka BI akan menyubsidi ongkos transportasinya,” kata Yayuk.
Operasi pasar murah berikutnya digelar minggu depan di beberapa titik di Kecamatan Kedungkandang. Kegiatan itu akan dilakukan setiap minggu di tempat berbeda-beda sampai kondisi inflasi terkendali. ”Ditargetkan hingga akhir tahun, ada 63 titik operasi pasar murah,” kata Ketua Dewan Pengawas Perumda Tunas yang juga tergabung dalam TPID Kota Malang, Elfiatur Roikhah.
Menurut Elfi, operasi pasar murah tersebut memiliki tiga sasaran utama, yaitu intervensi produk, harga, dan distribusi. ”Kami memangkas jalur distribusinya sehingga masyarakat bisa membeli produk yang dibutuhkan dengan harga jauh lebih murah ketimbang harga pasar,” katanya.
Operasi pasar tersebut, menurut Elfi, akan digelar setidaknya seminggu dua kali. Harapannya, ketersediaan komoditas di masyarakat terjamin dan harga bisa terkendali. ”Tujuan akhirnya daya beli masyarakat tetap terjaga,” katanya.
Adapun pada rilis perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik Kota Malang per Agustus 2022 tercatat untuk pertama kalinya di tahun ini Kota Malang mengalami deflasi sebesar -0,03 persen. Dari delapan kota di Jatim yang disurvei IHK, tujuh kota mengalami deflasi dan hanya satu kota, yaitu Surabaya, mengalami inflasi.
Komoditas utama penyumbang deflasi tersebut adalah cabai rawit (mengalami penurunan harga hingga 40,71 persen dan memiliki andil sebesar -0,18 persen), bawang merah (-0,14 persen), cabai merah (-0,04 persen), dan minyak goreng (-0,11 persen). Selain itu, daging ayam ras (-0,05 persen), tomat (-0,04 persen), sawi hijau (-0,02 persen), serta kangkung, semangka, dan emas perhiasan (-0,01 persen).
Meski begitu, sebenarnya Kota Malang juga mengalami inflasi untuk beberapa kelompok pengeluaran, seperti pendidikan, pakaian dan alas kaki, transportasi, serta penyedia makanan dan minuman/restoran. ”Komoditas penyumbang inflasi pendidikan ini adalah perguruan tinggi. Bisa jadi karena perkuliahan sudah mulai masuk dan ada ratusan ribu mahasiswa baru belajar di Kota Malang saat ini,” kata Kepala BPS Kota Malang Erny Fatma Setyoharini.