Pelatihan ”Pokok Telok” dan Hamper bagi Difabel di Pontianak
Sebanyak 30 difabel di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mengikuti pelatihan membuat kerajinan ”pokok telok” dan hamper, Jumat (2/9/2022). Melalui pelatihan, mereka didorong mandiri secara ekonomi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sebanyak 30 difabel atau penyandang disabilitas di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mengikuti pelatihan membuat kerajinan pokok telok dan hamper, Jumat (2/9/2022). Melalui pelatihan mereka didorong mandiri secara ekonomi melalui produk yang dihasilkan.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pontianak Yanieta Arbiastutie, saat membuka kegiatan yang diselenggarakan tim penggerak PKK dan Dekranasda Kota Pontianak tersebut, Jumat (2/9/2022), menuturkan, pelatihan diikuti 30 peserta dari enam kecamatan. Para difabel didorong mengembangkan keterampilan agar bisa meningkatkan perekonomian mereka.
”Peserta memiliki semangat dan tekad menambah ilmu dan keterampilan sebagai bekal mereka,” ujar Yanieta. Adapun pelatihan dilaksanakan tiga hari.
Pihaknya memilih pelatihan pokok telok, hantaran dalam upacara adat dengan materi utama berupa telur (telok) dan hamper dengan harapan peserta bisa mengembangkan keterampilan yang sedang tren saat ini di Pontianak. Pokok telok di setiap hajatan selalu dipergunakan.
Setelah pelatihan, peserta diharapkan terus berinovasi dan berkreasi untuk mempertahankan keunikan produk yang dihasilkan. Pihaknya juga menjembatani dengan dinas terkait memasarkan produk itu.
Yanieta mengatakan, kerena pandemi belum berakhir, semangat untuk bangkit dan memperbaiki perekonomian harus lebih kuat. Upaya memulihkan perekonomian itu dilakukan melalui pengembangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah serta pelatihan bagi difabel.
Adapun difabel di Pontianak mencapai 1.161 orang. Dari jumlah tersebut, difabel berusia produktif berjumlah 177 orang. Secara bertahap, pelatihan serupa akan dilaksanakan bagi difabel lainnya.
Umi Husna Dewi (43), pemilik Rimba Souvenir yang melatih para peserta, menuturkan, pokok telok biasanya menjadi pengiring dalam pernikahan dan menjadi bagian dalam antaran perkawinan dalam kebudayaan Melayu.
Pokok telok menjadi antaran wajib dalam perkawinan Melayu karena melambangkan kesuburan agar pengantin cepat mendapatkan keturunan.Pokok telok terdiri dari bunga dan tempat untuk meletakkan telur.
Dulu pokok telok hanya dibuat dari kertas. Kini, kerajinan itu bisa dibuat dengan kain berwarna-warni.
Bentuk pokok telok pun lebih beragam. Apalagi jika yang menikah kaum milenial konsepnya lebih modern tanpa mengurangi esensi makna pokok telok itu sendiri.
Bentuk pokok telok juga terus dikembangkan dengan mengemasnya lebih modern tanpa mengurangi substansinya. ”Inilah yang menjadi tantangan,” ujarnya. Pokok telok juga menjadi suvenir ciri khas Kota Pontianak.
”Saya sangat antusias melatih mereka karena biasanya mereka serius mengikuti pelatihan,” ujar Umi.
Sementara pelatihan membuat hamper yang diberikan juga termasuk hamper untuk keperluan pernikahan. Selain bisa menjadi antaran pernikahan dalam satu paket dengan pokok telok, hamper juga bisa dijadikan suvenir dalam hari raya keagamaan.
”Bentuknya macam-macam ada yang menggunakan keranjang ada yang menggunakan kotak,” tuturnya.
Tika (19), salah satu peserta pelatihan, menuturkan, setelah pelatihan ia, ia berencana membuat usaha sesuai yang ia peroleh dari pelatihan, misalnya usaha suvenir. Ini pertama kalinya ia mengikuti pelatihan.
Nabil (20), peserta lainnya, menuturkan, ia mengikuti pelatihan karena ingin mencoba hal yang baru. Namun, ia belum tahu apakah akan membuat usaha kerajinan atau tidak setelah pelatihan. Baginya yang terpenting di tahap awal adalah mengenal hal yang baru.