Lima Ton Beras dan Bantuan Lainnya Dikirimkan ke Siberut Barat, Cuaca Jadi Kendala
BPBD Kepulauan Mentawai, Sumbar, mengirimkan 5 ton beras dan bantuan lainnya bagi pengungsi pascagempa M 6,4 di Kecamatan Siberut Barat. Distribusi bantuan ke pengungsi di dusun terkendala akses jalan dan cuaca buruk.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mengirimkan 5 ton beras dan bantuan lainnya bagi pengungsi pascagempa M 6,4 di Kecamatan Siberut Barat. Namun, distribusi bantuan melalui jalur laut ke dusun-dusun sekitar pusat gempa terhambat karena cuaca buruk.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai Amir Ahmari, Kamis (1/9/2022), mengatakan, bantuan dari BNPB, Kementerian Sosial, Bank Nagari, dinas kesehatan, dan beberapa NGO itu dikirimkan dengan kapal kargo KM Nade, milik pemkab, sekitar pukul 08.30 Kamis ini.
Kapal bertolak dari Tuapejat menuju Sikabaluan, Siberut Utara, menempuh perjalanan selama 10-11 jam. Karena cuaca kurang baik baru besok, Jumat (2/9/2022) sekitar pukul 01.00 kapal berangkat ke Simalegi. Jumat pagi bantuan diharapkan sampai. ”Mudah-mudahan cuaca baik,” kata Amir, ketika dihubungi dari Padang.
Amir menjelaskan, bantuan yang dikirim, antara lain, beras 500 karung (isi 10 kg) atau 5 ton, mi instan 100 dus, dan bahan pokok lainnya. Selain itu, juga ada terpal, senter, tikar, dan selimut. ”Bantuan diturunkan di Betaet, Desa Simalegi, baru didistribusikan ke dusun-dusun lainnya, termasuk Desa Simatalu,” katanya.
Menurut Amir, sebelumnya, pada 30 Agustus, BPBD juga sudah mendistribusikan bantuan 2 ton beras dan 40 dus mi instan ke pengungsi di Simalegi dan Simatalu. Bantuan tersebut dibeli dari stok pertokoan di desa setempat.
Amir melanjutkan, ia dan rombongan lainnya juga hendak menyusul dengan speedboat ke Siberut Barat, Kamis pagi ini. Mereka sudah bersiap-siap di pelabuhan sejak pukul 07.00, tetapi belum bisa berangkat karena cuaca badai.
Pengungsi
Sebagian besar warga terdampak gempa, kata Amir, masih menginap di tempat pengungsian. Pada pagi hari, warga, terutama laki-laki, kembali ke rumah dan bekerja, tetapi sore atau malam hari kembali menginap di selter ataupun tenda-tenda darurat di bukit belakang permukiman.
Rata-rata rumah warga di kedua desa tersebut, lanjut Amir, adalah rumah panggung dan kayu. Kekhawatiran mereka lebih kepada potensi tsunami dibandingkan kerusakan rumah. Sejauh ini, belum ada laporan resmi kerusakan rumah signifikan akibat gempa.
”Kami sudah mengimbau, begitu juga BMKG dan BNPB, warga sudah bisa kembali ke rumah masing-masing, tetapi tetap waspada. Gempa mulai jarang dan tidak menyebabkan tsunami. Namun, tenda di tempat pengungsian jangan dibongkar dulu sembari lihat situasi beberapa hari ke depan,” kata Amir.
Distribusi bantuan masih terkendala. Jarak antardusun berjauhan, akses jalan tidak memadai, dan cuaca buruk. (Jaret)
Data BPBD Kepulauan Mentawai pada Rabu (31/8/2022) kemarin, jumlah pengungsi 3.277 orang, yaitu 2.326 orang dari tujuh dusun di Simalegi dan 951 orang dari tiga dusun di Simatalu. ”Sekarang tentu tidak sebanyak itu lagi, warga tidak dekat pesisir sudah kembali,” kata Amir. Namun, belum ada laporan data terbaru.
Adapun data kerusakan belum ada laporan terbaru. Sebelumnya, laporan kerusakan akibat rentetan gempa pada Senin (29/8/2022) itu, antara lain, SD 11 Simalegi rusak berat, Gereja Katolik rusak sedang, serta bangunan SMP 3 Siberut Barat, Puskesmas Betaet, dan aula Kantor Camat Siberut Barat rusak ringan.
Sementara itu, Kepala Desa Simalegi Jaret, Rabu (31/8/2022), mengatakan, ada kerusakan rumah, tetapi jumlahnya belum pasti. Dari laporan warga yang ia terima, ada delapan rumah rusak. ”Rumahnya tidak roboh, tetapi tergeser dari sandinya. Rata-rata di Simalegi rumah panggung,” ujarnya.
Terkait bantuan, Jaret menyatakan, distribusi bantuan masih terkendala. Jarak antardusun berjauhan, akses jalan tidak memadai, dan cuaca buruk. Bantuan baru menjangkau dua dusun terdekat dari pusat kecamatan, yaitu Betaet Utara dan Betaet Selatan.
”Lima dusun lainnya, yaitu Suteuleu, Sakaladhat, Saboilogkat, Muara Selatan, dan Muara Utara, belum tersentuh bantuan. Warga masih mengandalkan bekal masing-masing,” kata Jaret.