2.326 Warga Mengungsi Pascagempa M 6,4 di Kepulauan Mentawai
Sebanyak 2.326 warga mengungsi pascagempa bermagnitudo 6,4 mengguncang Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (29/8/2022).
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sebanyak 2.326 warga mengungsi pascagempa bermagnitudo 6,4 mengguncang Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (29/8/2022). Pemerintah daerah setempat menyiapkan tenda, logistik, dan dapur umum bagi pengungsi.
Data BPBD Kepulauan Mentawai, Senin sore, menyebutkan, 2.326 pengungsi itu tersebar tujuh dusun, Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat. Pengungsi paling banyak terdapat di Dusun Betaet Selatan dan Dusun Betaet Utara, yaitu masing-masing 704 orang dan 528 orang.
”Lokasi pengungsian di bukit dekat pemukiman,” kata Novriadi, Kepala Pelaksana BPBD Kepulauan Mentawai, ketika dihubungi dari Padang, Senin sore.
Menurut Novriadi, warga mulai mendirikan tenda-tenda darurat yang disediakan pemkab di tempat pengungsian. Pemerintah kecamatan dan desa setempat juga menyiapkan logistik dan dapur umum.
Novriadi melanjutkan, warga mengungsi karena khawatir terhadap gempa susulan. Namun, lokasi pengungsian tidak jauh sehingga warga bisa mudah dan cepat kembali ke rumah jika situasi sudah kondusif.
Gempa tektonik relatif kuat tiga kali mengguncang Pulau Siberut dan sekitarnya sejak Senin dini hari. Gempa pertama M 5,2 terjadi pukul 00.04, gempa kedua M 5,9 pukul 05.34, dan gempa ketiga M 6,4 pukul 10.29.
Ketiga gempa terjadi di lokasi yang hampir sama. Gempa terakhir M 6,4 berpusat di koordinat 0,99 lintang selatan dan 98,53 bujur timur atau tepatnya di laut pada jarak 12 kilometer (km) arah barat laut Siberut Barat pada kedalaman 24 km.
Novriadi menyebutkan, gempa paling kuat terasa di Desa Simalegi karena dekat dengan pusat gempa. Hingga Senin sore, gempa itu menyebabkan satu bangunan SD 11 Simalegi rusak berat, bangunan gereja Katolik rusak sedang, bangunan SMP 3 Siberut Barat dan Puskesmas Betaet rusak ringan.
Sementara itu, pejabat Bupati Kepulauan Mentawai Martinus Dahlan mengimbau warga mewaspadai gempa susulan dan tidak panik dengan informasi tidak jelas. ”Hindari aktivitas di pantai dan bangunan yang rentan roboh,” katanya.
Potensi gempa
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Padangpanjang Suaidi Ahadi mengatakan ketiga gempa relatif kuat itu ditambah satu gempa susulan M 3,7 terjadi tepat di segmen Megathrust Mentawai-Siberut. ”Lokasi itu masih memiliki energi sangat kuat untuk mengaktivasi gempa M 8,9,” kata Suaidi.
Menurut Suaidi, di Megathrust Mentawai, potensi gempa mencapai M 8,9. Gempa-gempa di atas M 5 yang terjadi Senin ini memang dapat mengurangi kekuatan gempa maksimum, tetapi tidak signifikan.
Suaidi menghitung, secara energi, butuh 1.000 kali gempa M 5,2 atau 100 kali gempa M 6,8 agar potensi gempa M 8,9 benar-benar lepas/habis. ”Ini perlu kita waspadai, potensi gempa M 8,9 masih bisa terjadi. Informasi ini bukan untuk membangun kepanikan tetapi kewaspadaan,” ujarnya.
BMKG, BPBD, Komunitas Siaga Tsunami, dan Kelompok Siaga Bencana di Sumbar, kata Suaidi, selalu rutin membangun literasi dan edukasi kepada masyarakat agar waspada. Di Padang, misalnya, BMKG bersama Pemkot dan mitra lainnya sedang membangun komunitas siaga tsunami yang dicanangkan pada 30 September.
Ini perlu kita waspadai, potensi gempa M 8,9 masih bisa terjadi
Kepala Pusat Mitigasi Bencana dan Observasi Bumi Universitas Negeri Padang (UNP) Pakhrul Razi mengatakan, zona seismic gap atau zona kekosongan gempa besar berada di Mentawai. Sementara itu, daerah di wilayah utara dan selatannya sudah beberapa kali terjadi gempa besar.
”Yang agak kurang seismic gap-nya atau tidak signifikan itu di Kepulauan Mentawai, Diestimasikan dari Pulau Pagai Utara sampai Siberut atau di selatan Pulau Tanah Bala, agak missing gempa signifikan. Peneliti mengestimasi akan ada gempa besar di sini,” kata Pakhrul, yang juga dosen jurusan fisika di UNP.
Pakhrul melanjutkan, adanya gempa-gempa yang terjadi hari ini di Kepulauan Mentawai bisa dimaknai positif. Gempa-gempa ini menandakan adanya pelepasan energi meskipun pelepasan energinya tidak signifikan dan potensi gempa besar masih ada. Hal ini juga jadi pengingat bagi masyarakat.
”Saya dari dua pekan lalu mulai cemas kenapa belum ada gempa lagi. Bersyukur juga. Jangan sampai energi gempa terlepas secara akumulatif. Kalau dapat, energi lepas sedikit demi sedikit sehingga tidak begitu dirasakan dampaknya,” ujarnya.