Untuk pertama kali Indonesia ditunjuk jadi tuan rumah balap sepeda gunung kota City Mountain Bike (MTB) Union Cycliste Internationale (UCI) Eliminator World Cup 2022 seri ke-8.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·5 menit baca
Bukan pulau Jawa, bukan Sumatera, apalagi Bali, ini Kota Cantik, Palangkaraya, di Kalimantan Tengah, yang berhasil menyelenggarakan kompetisi kelas dunia. Kota ini dipilih untuk menyelenggarakan balap sepeda gunung dunia Union Cycliste Internationale (UCI) Eliminator World Cup 2022 seri ke-8.
Minggu (28/8/2022), sinar matahari malu-malu melirik di balik mendung hujan. Entah kekuatan pawang hujan atau memang jodoh, yang jelas siang itu tidak terlalu terik dan hujan tak kunjung turun sepanjang ajang balap sepeda dunia itu.
Balap sepeda gunung dunia itu dimulai dari kategori elite putra. Peserta yang balapan di sirkuit arena Stadion Tuah Pahoe itu dimulai dengan empat peserta saja dari total 29 peserta kategori putra atau Elite Men.
Di kategori ini, saat time trial pebalap asal Indonesia, Rendy Varera Sanjaya, menjadi yang tercepat di antara 18 negara peserta dengan catatan waktu 43,246 detik, diikuti pebalap asal Thailand, Methasit Boonsane, dengan catatan waktu 44,012 detik, dan di posisi ketiga adalah pebalap asal Indonesia lainnya, Andy Prayoga.
Kedua pebalap asal Indonesia itu merupakan atlet sepeda gunung nasional yang sudah beberapa kali mengikuti kejuaraan dunia. Andy Prayoga merupakan salah satu yang diunggulkan dalam kompetisi di Kota Cantik itu karena pernah menjuarai Indonesia Downhill tahun 2019 bahkan dalam keadaan sakit.
Namun, sayang, saat balap sepeda gunung itu dimulai Andy mengalami masalah teknis pada sepedanya dan membuat ia harus terjatuh dalam lintasan dengan rintangan kayu. Saat itu ia hampir berhasil menyalip sang juara bertahan sepeda gunung (MTB) UCI asal Jerman, Simon Gegenheimer. Pebalap sepeda gunung kategori putra asal Indonesia semuanya tumbang di babak semifinal.
Ini sirkuit yang mengagumkan, cukup sulit dan begitu banyak rintangan. Saya merasa bangga bisa main dan menang di sini.
Di final, dominasi Simon bisa dihentikan pebalap asal Perancis, Quentin Schrotzenberger, yang keluar sebagai pemenang dalam balap dunia eliminator tahun 2022 tersebut. ”Ini sirkuit yang mengagumkan, cukup sulit dan begitu banyak rintangan. Saya merasa bangga bisa main dan menang di sini,” kata Quentin.
Quentin mengungkapkan, beberapa pebalap asal Asia seperti Thailand dan Indonesia bermain dengan sangat bagus, tetapi mereka memiliki kendalanya masing-masing. ”Mereka luar biasa, ini persaingan yang sangat baik. Saya tak sabar mau ke sini lagi tahun depan,” katanya.
Sementara itu, di kelas elite women, dengan lintasan dan sirkuit yang sama, pebalap Indonesia, Ayu Triya Andriyana, menempati urutan ketiga. Ia bersaing dengan ketat dengan sang juara, Marion Fromberger asal Jerman, dan pebalap asal Thailand, Warinthorn Phetpraphan, di urutan kedua.
Ayu yang merupakan atlet nasional merasa cukup bangga bisa ikut di ajang tersebut dan mendapatkan podium meski posisi ketiga. ”Aku seneng sekali bisa sampai sini karena ini bukan nomor saya, kalau saya, kan, biasanya downhill, jadi ini yang pertama,” kata gadis asal Jawa Timur berumur 22 tahun tersebut.
Bagi Ayu, pengalaman menjadi yang utama. ”Baru pertama kali, sih, lihat trek arena yang begini, ya,” katanya.
Ayu tak sendiri, di kategori elite woman, Indonesia mengirim delapan pebalap sepeda gunung. Kedelapan pembalap itu semuanya merupakan atlet nasional dengan kategori downhill. Ajang UCI sepeda gunung merupakan pengalaman pertama mereka memacu kecepatan di sirkuit tengah kota yang menjadi ciri kompetisi berumur seabad lebih ini.
Sirkuit baru
Sirkuit yang digunakan para pebalap pada Minggu siang hingga petang itu merupakan sirkuit yang dibangun khusus untuk balap sepeda gunung dunia. Prosesnya hanya memakan waktu kurang dari satu bulan.
CEO City Mountain Bike Kristof Bruyneel asal Belgia sempat khawatir jika arena belum selesai sesuai waktunya. Apalagi mengingat ini pertama kalinya UCI menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah dan penyelenggara bersama kompetisi dunia balap sepeda gunung tersebut.
”Saya sudah melihat lewat video dan saya sangat terkesan dengan semua yang telah dibangun di sekitar stadion. Itu sangat keren bagaimana orang-orang lokal di sini yang membangunnya,” kata Kristof Bruyneel saat diwawancara di sela-sela kegiatan uji lintasan pada Kamis (25/8/2022).
Trek baru di kawasan Stadion Tuah Pahoe itu memiliki panjang lintasan mencapai 520 meter yang terdiri dari 11 tikungan dan trek lurus sepanjang 80 meter.
Lintasan ini cukup unik. Ajang UCI untuk kategori balap sepeda gunung kota yang digelar di tengah kota biasanya menggunakan lanskap atau bentang tata kota setempat, seperti eliminator sebelumnya yang diselenggarakan di Abu Dhabi. Para pebalap melintas di tengah kota Al Hudayriyat. Mereka melintas di antara toko, menuruni dan menaiki tangga di lintasan aspal, hingga lintasan keramik.
Berbeda dengan arena yang dibuat di Kota Cantik. Arena dibuat persis di depan Stadion Tuah Pahoe dan masih di dalam kawasan stadion sepak bola Kalteng Putra tersebut. Sirkuit balap itu memiliki berbagai rintangan.
Dari awal pebalap melintas di lintasan aspal, lalu disambung dengan lintasan miring yang dibuat dari kayu, mengingatkan pengunjung pada aksi tong setan, lalu menaiki bukit dengan jembatan aspal kasar, turun dari jembatan itu langsung disambut dengan batu-batuan besar, dan disambung lagi dengan jalan lurus dengan rintangan kayu-kayu besar.
Salah satu trek paling berbahaya adalah trek jembatan kayu. Setelah pebalap jalan menanjak, jembatan itu langsung putus menuju aspal berikutnya. Beberapa pebalap jatuh bahkan hingga rusak sepeda di trek ini.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali yang membuka kegiatan internasional itu mengapresiasi Pemerintah Provinsi Kalteng yang telah membangun arena balap tersebut. Menurut dia, hal itu merupakan prestasi apalagi proses pembangunan tak menggunakan dana dari pemerintah pusat alias APBN.
”Itu hebatnya Pemprov Kalteng, enggak pakai APBN bisa buat event internasional. Kalau dilihat-lihat, Pemprov Kalteng bisa buat ini jadi agenda tahunan melihat antusias masyarakat yang tinggi,” kata Amali.
Event internasional itu menghabiskan anggaran lebih kurang Rp 17 miliar, rinciannya Rp 10 miliar dari APBD, sedangkan sisanya merupakan sumbangan dari beberapa pihak, mulai dari perusahaan perkebunan kelapa sawit hingga pertambangan.
”Kami berterima kasih untuk semua yang sudah mendukung, kami harap ini bisa menjadi magnet wisata dunia ke Kalteng, dan jadi peluang ekonomi bagi pengusaha kecil menengah di Kalteng,” kata Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dalam sambutannya.