Gunung Rinjani terkenal indah. Namun, jalurnya berbahaya. Di gunung berapi dengan legenda ”Dewi Anjani” itu, siapa pun harus berhati-hati.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
DOKUMENTASI KANTOR SAR MATARAM
Tim gabungan memasukkan jenazah pendaki asal Portugal setelah berhasil dievakuasi, Senin (22/8/2022). Sebelumnya, pendaki itu terjatuh saat berswafoto dari tepi jurang di puncak Rinjani pada Jumat (19/8/2022).
Kecelakaan yang menimpa Boaz Tan Anam (37), pendaki asal Portugal yang terjatuh dari tebing di puncak Gunung Rinjani, Jumat (19/8/2022), mengingatkan kita akan pentingnya berhati-hati saat berada di gunung. Setinggi apa pun keinginan untuk mengabadikan momen menaklukkan puncak gunung, menahan ego sejenak tidak kalah pentingnya.
Di masyarakat Lombok, Gunung Rinjani, yang kini bisa diakses dari enam jalur pendakian, masih dipercaya ”angker”. Tidak hanya soal jalurnya, tetapi juga legenda tentang ”Dewi Anjani”, penguasa gunung berapi setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut itu, masih melekat erat.
Maka, jika ada anggota keluarga mereka yang hendak naik Rinjani, pesan untuk menjaga diri selama mendaki jadi yang pertama. Mulai dari niat hingga pikiran, serta kegiatan selama pendakian.
Ada kepercayaan, jika berbuat atau berpikir buruk selama di Rinjani, mereka bisa dibawa ke alam lain oleh pengikut Dewi Anjani. Ada juga yang meyakini mereka akan ditimpa kesialan sepulang mendaki.
Akan tetapi, tidak semua orang mengetahui legenda itu. Hal itu karena legenda tentang Dewi Anjani secara turun-temurun hanya populer di kalangan masyarakat Sasak. Walakin, bukan berarti mereka yang tidak tahu legenda itu asal datang ke Rinjani.
MUHAMMAD IMAN UNTUK KOMPAS
Kondisi jurang di puncak Rinjani tempat pendaki Portugal, Boaz Tan Anam (37), terjatuh pada Jumat (19/8/2022). Tampak (tengah kiri) jenazah Boaz sebelum berhasil dievakuasi empat hari kemudian.
Muhamad Iman (25), pendaki asal Jakarta yang mendaki pada hari yang sama dengan Boaz, mengatakan tidak pernah mendengar legenda itu. Sebagai orang yang baru pertama kali naik gunung, sebelumnya ia mempersiapkan pendakian dengan sebaik-baiknya.
”Saya tidak mau merepotkan tim open trip. Oleh karena itu, dua minggu sebelum pendakian, saya mempersiapkan fisik dan mental,” kata Iman.
Iman mengatakan, ia mempersiapkan fisik dengan rutin lari dan gim. Juga riset tentang Rinjani terkait ketinggian, medan, juga cuaca. ”Semua perlu dipertimbangkan. Hal itu karena kita yang paling tahu kondisi tubuh sendiri,” kata Iman yang sehari-hari bekerja di salah rumah sakit swasta di Jakarta.
Tidak kalah penting, kata Iman, persiapan mental untuk mendaki Rinjani juga sangat penting baginya. ”Saya selalu berpikir positif. Berangkat dan naik dengan niat yang baik,” kata Iman.
Wahyu Saputra (paling kanan) menyiapkan tenda untuk pendaki yang menyewa peralatan di Lejulu Outdoor di kawasan Gerimax Indah, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Jumat (20/5/2022). Sejak adanya kebijakan penambahan kuota pengunjung dan durasi pendakian wisata Taman Nasional Gunung Rinjani, jumlah pendaki mengalami peningkatan dan berdampak pada usaha terkait.
Selama mendaki, Iman yang terpaut sekitar 15 menit dari Boaz juga sangat berhati-hati. Medan ke Rinjani, terutama ke puncak, termasuk berbahaya karena curam, licin, dan berpasir. Perlu fokus dan konsentrasi tinggi.
Oleh karena itu, kata Iman, peran pemandu sangat penting. Apalagi mereka yang lebih paham tentang Rinjani. Oleh karena itu, ia tidak mau terpisah dari pemandu dan rombongan.
”Ketika akhirnya bisa sampai puncak (dengan selamat), saya menyadari jika mendaki bukan sekadar menaklukkan gunung tersebut. Namun, tentang menghapus ego sendiri, melupakan kesombongan diri. Ya, menaklukkan diri sendiri,” kata Iman.
Indah, tetapi berbahaya
Gunung Rinjani saat ini menjadi gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia. Hal itu membuat Rinjani menjadi salah satu favorit para pendaki, baik lokal, domestik, maupun mancanegara.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Pendaki turun dari Pelawangan.
Rinjani, gunung paling komplet dari segi jalur. Bahaya, ya, indahnya juga jangan ditanya.
Pada periode Maret-Juli 2022, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mencatat, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, misalnya, mencapai 1.358 orang. Mereka didominasi pendaki dari Perancis, Belanda, dan Australia.
Sementara itu, sepanjang 2022 (hingga 19 Agustus), total ada 20.024 wisatawan atau pendaki Gunung Rinjani. Sementara pada periode yang sama di 2021 (hingga Agustus), Balai TNGR mencatat ada 20.876 pendaki yang menjajal Rinjani.
Saat ini, ada enam jalur pendakian Rinjani. Dua di Lombok Utara, yakni pintu Senaru dan Torean, tiga di Lombok Timur, yakni Sembalun, Timbanuh, dan Tete Batu, serta satu di Lombok Tengah, yakni Aik Berik. Pendaki harus mendaftar secara daring sebelum mendaki.
Dalam aplikasi pendaftaran daring eRinjani, prosedur standar operasi (SOP) pendakian telah dicantumkan, baik untuk pendaki Nusantara, mancanegara, trekking organizer (TO) dan penyedia jasa pramuwisata, pemandu dan porter, maupun penyedia jasa makanan dan minuman.
Porter yang bisa disewa untuk membawa barang-barang pendaki. Sehari, mereka biasa dibayar Rp 250.000.
SOP itu mulai dari proses pendaftaran, saat masuk dan mendaki, hingga keluar Rinjani. Secara khusus, Balai TNGR juga mengatur tentang pengelolaan sampah untuk menjaga ekosistem Rinjani.
Sejumlah SOP tersebut bertujuan agar para pendaki tidak hanya datang menikmati keindahan Rinjani, tetapi juga selalu waspada sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
”Rinjani, gunung paling komplet dari segi jalur. Bahaya, ya, indahnya juga jangan ditanya. Kurang salju saja,” kata Lalu Erwin Mustiadi (32) dari Mantap Adventure, salah satu TO pendakian Rinjani.
Pengurus Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APG) NTB, M Hijazi Noor, mengatakan, kepatuhan pada SOP pendakian sangat penting. Oleh karena itu, semua pihak terkait harus bekerja sama untuk memastikan dipatuhinya SOP demi kepentingan bersama. ”Rinjani adalah rumah bersama,” kata Hijazi.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Pos II pendakian Rinjani melalui jalur Sembalun, Lombok Timur. Terdapat mata air, gazebo untuk istirahat, dan fasilitas lain yang bisa digunakan oleh wisatawan.
Pasca-kecelakaan Boaz di Rinjani, pihak Balai TNGR menyatakan akan melakukan evaluasi. Menurut Kepala Biro Subbagian Tata Usaha Balai TNGR Dwi Pangestu, selain menambah sarana dan prasarana keamanan mendaki, pihaknya juga akan mengingatkan TO untuk melakukan briefing kepada tamu dan pemandu sebelum berangkat.
Menurut Hijazi, SOP Rinjani sudah bagus termasuk dengan adanya pendaftaran daring lewat eRinjani. Tinggal bagaimana SOP itu benar-benar menjadi pegangan bersama.
Keberadaan pemandu dan porter juga sangat penting dalam pelaksanaan SOP itu. Mereka yang paling banyak menghabiskan waktu bersama para pendaki. Oleh karena itu, menurut Hijazi, sertifikasi bagi mereka juga harus dilakukan.
Saat ini, di Lombok, ada 188 pemandu gunung yang bersertifikasi. Sementara di Sumbawa (Tambora) ada 80 orang. Menurut Hijazi, perlu ada penambahan pemandu yang bersertifikasi. Pemangku kepentingan bisa bekerja sama untuk memprogramkan pelatihan dan sertifikasi itu.
Legenda Dewi Anjani bisa jadi hanya sekadar legenda. Ada yang meyakininya, ada juga yang tidak. Namun, saat berada di Rinjani yang indah juga berbahaya, semua orang harus berhati-hati. Mari mendaki Rinjani!