Angin Segar Kembali Datang dari Rinjani
Taman Nasional Gunung Rinjani kembali dibuka. Tidak hanya kuota pengunjung, durasi pendakian juga bertambah. Itu menjadi angin segar bagi banyak pihak dan menggairahkan kembali usaha terkait pendakian.
Penambahan kuota pengunjung dan durasi kunjungan Taman Nasional Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, baik wisata pendakian maupun non-pendakian, membawa angin segar. Tidak hanya bagi para pencinta gunung, tetapi juga bagi usaha terkait wisata minat khusus itu. Terutama yang selama ini turut lesu akibat pandemi.
Jam menunjukkan pukul 21.00 Wita saat Wahyu Saputra (25), menggelar tenda di beranda Lejulu Outdoor di kawasan Gerimax Indah, Narmada, Lombok Barat, Jumat (20/5/2022). Di dekatnya, dua pengunjung terlihat sabar menunggu.
Dua orang itu hendak menyewa tenda di Lejulu Outdoor. Mereka akan berkemah di Savana Propok, Bebidas, Wanasaba, Lombok Timur. Savana Propok adalah salah satu destinasi wisata non-pendakian yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Lihat juga: Melepas Rindu pada Rinjani
Sambil mengobrol santai dengan dua pengunjung tersebut, Wahyu menunjukkan kondisi tenda yang akan disewakan, mulai dari bagian atau lapis atas (flysheet) hingga alas terpal (lapis dalam atau bawah).
”Ini prosedur penyewaan untuk memastikan tenda disewa dalam kondisi bagus. Tidak ada kerusakan sama sekali. Jadi kalau saat dikembalikan ada rusak, menjadi tanggung jawab penyewa,” kata Wahyu.
Wahyu lantas melipat tenda itu kemudian memasukkannya ke dalam kantung. Selanjutnya, ia mengecek dan menghitung jumlah kerangka dan pasak tenda dan memasukkannya ke dalam kantong.
Baca juga: Tete Batu Jadi Jalur Pendakian Baru Rinjani
Setelah beres, ia menyatukan semuanya dan menyerahkannya kepada dua penyewa. Tidak hanya tenda, dua pendaki itu juga menyewa kompor dan peralatan memasak (cooking set). Selain membayar, para pendaki itu juga menyerahkan kartu identitas sebagai jaminan selama menggunakan peralatan dari Lejulu Outdoor.
Laras Triloka (25) asal Lombok Barat, salah satu penyewa, mengatakan, menyewa adalah pilihan tepat sehingga tidak perlu membeli. Apalagi harganya terbilang murah. ”Memang tidak menyewa seluruh peralatan yang dibutuhkan. Beberapa masih bisa pinjam di teman,” kata Laras yang untuk kedua kalinya naik Rinjani setelah 2018.
Meningkat
Menyiapkan, mengantar pesanan langsung (cash on delivery) hingga mengirim peralatan pendakian dan kemah ke pembeli menjadi kesibukan harian Wahyu. Lejulu Outdoor yang telah beroperasi sejak 2020, tidak hanya menyewakan, tetapi juga menjual peralatan pendakian dan kemah.
Kesibukan itu semakin terasa terutama sejak Minggu pertama Mei 2022. Tepatnya saat Balai TNGR mengeluarkan kebijakan yang disambut positif berbagai pihak.
Baca juga: Rinjani, ”Dara Seksi” yang Menggoda Investor
Kebijakan tersebut adalah meningkatkan kuota pengunjung wisata alam dan durasi pendakian Rinjani. Kepala Balai TNGR Dedy Asriady mengatakan, aturan baru tersebut sesuai dengan surat Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosiste (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 12 April 2022.
Surat itu tentang arahan dan persetujuan usulan peningkatan 75 persen kunjungan wisata alam dan penambahan durasi pendakian Gunung Rinjani. Sebelumnya, sejak pandemi, kuota pengunjung dan lama pendakian dibatasi untuk mencegah penularan Covid-19.
Menurut Dedy, kuota harian pendakian wisatawan menjadi 75 persen dari sebelumnya 50 persen. Itu berlaku untuk destinasi wisata pendakian dan non-pendakian.
Peningkatan kuota harian untuk destinasi pendakian berlaku untuk semua pintu masuk. Jalur pendakian Senaru di Lombok Utara mendapat kuota 113 orang per hari dari kuota normal 150 orang. Sementara Pendakian Timbanuh di Lombok Timur mendapat kuota 75 orang dari normal 100 orang per hari.
Baca juga: Savana Propok, Si Cantik di Kaki Gunung Rinjani
Begitu juga dengan Pendakian Aik Berik di Lombok Tengah sebanyak 75 orang (kuota normal 100 orang), jalur Sembalun di Lombok Timur sebanyak 113 orang (kuota normal 150 orang), jalur Torean di Lombok Utara sebanyak 75 (kuota normal 100 orang), dan jalur Tete Batu di Lombok Timur sebanyak 75 orang (kuota normal 100).
Sementara untuk destinasi wisata non-pendakian, tercatat ada 15 destinasi yang mendapat peningkatan kuota wisatawan, terdiri dari air terjun, perbukitan, hingga jalur sepeda. Misalnya Air Terjun Otak Kokoq Joben, Lombok Timur, mendapat kuota 75 orang per hari dari kuota normal 100 orang. Begitu juga dengan Joben Eco Park yang kini kuota hariannya menjadi 488 orang dari kuota normal 650 orang.
Selain kuota harian pengunjung, aturan tersebut juga menetapkan penambahan durasi pendakian, yakni menjadi empat hari tiga malam. Sebelumnya, pendakian Rinjani dari seluruh pintu hanya tiga hari dan dua malam.
Berdasarkan data Balai TNGR, total pendaki dari seluruh pintu masuk mencapai 6.127 orang pada Mei 2022. Jumlah itu meningkat dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 4.084 orang. Sementara hingga minggu ketiga Juni sebanyak 1.120 orang.
Sebagian besar pembeli adalah para pendaki yang sudah turun dari pendakian. Tetapi ada juga yang akan naik Rinjani
Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan TNGR berdampak langsung pada usaha seperti Lejulu Outdoor. Komang Weni Larastina (30), pemilik Lejulu Outdoor, mengatakan, peningkatan penyewaan dan penjualan mencapai 60 persen.
”Selama pandemi, rata-rata pada menjerit karena tidak ada barang yang keluar. Tetapi sejak Lebaran lalu, tidak hanya kami, teman-teman lain juga mulai ramai,” kata Weni.
Menurut Weni, ramainya wisatawan tentu tidak lepas dari kebijakan baru di TNGR, di samping juga banyak orang yang rindu untuk mendaki dan bosan tidak kemana-mana karena Covid-19. Hal itu secara langsung berdampak pada usahanya.
Selain itu, kata Weni, pengunjung banyak datang ke tempatnya karena ia gencar berpromosi, baik lewat status (story) aplikasi Whatsapp maupun media sosial. Pengunjung yang datang pelanggan lama dan baru. Termasuk juga rekan sesama usaha peralatan outdoor mencari barang ke mereka.
”Selain harga sewa dan jualan murah, kami juga menyasar pendaki pemula. Bukan yang pro karena mereka rata-rata lebih memilih ke retail besar,” kata Weni.
Menurut Weni, mereka menyewakan tenda kapasitas empat orang sebesar Rp 35.000 per hari. Sementara matras Rp 5.000 per hari. Penyewaan minimal untuk dua hari. ”Meski murah, tetapi kami juga menjamin kualitas produk. Tetap bisa digunakan untuk waktu yang cukup lama,” kata Weni.
Membantu usaha
Deny Herikusuma (25) yang sehari-hari bekerja di Lombok Utara mengakui terbantu dengan keberadaan penyewaan peralatan mendaki. Apalagi saat ini banyak iklan di media sosial. ”Saya butuh lampu. Lalu cek di media sosial dan ketemu Lejulu Outdoor. Jadi langsung ke sini dan ada barangnya. Sangat membantu,” kata Deny yang ke Rinjani untuk ketiga kalinya.
Selain Lejulu Outdoor, usaha yang bergerak di penjualan barang-barang pendakian juga mulai bergairah. Misalnya Rinjani Clothing milik Sukarno (49) di Dusun Bug-Bug Utara, Desa Lingsar, Lombok Barat.
Baca juga: Durasi Pendakian Rinjani Menjadi Empat Hari Tiga Malam
Menurut Sukarno, saat ini penjualannya meningkat sekitar 50 persen. ”Kalau selama pandemi, sepi sama sekali. Paling ada yang kirim daring untuk pembelian eceran atau keperluan pribadi,” kata Sukarno.
Sukarno mengatakan, di toko yang memperkenalkan merek Pernak Pernik Asli Rinjani (PASIR) itu, selain oleh-oleh berupa kaus, ia juga menjual jaket bulu angsa seken, gantungan kunci, stiker, tas etnik lombok, dan kain khas Lombok.
Seiring dengan kebijakan baru pendakian, ditambah mulai meredanya kasus Covid-19 dan izin melepas masker di luar ruangan, pengunjung Rinjani Clothing semakin banyak. Tidak hanya dari NTB, tetapi juga pendaki luar NTB, seperti Kalimantan, Sulawesi, Depok, dan Jawa Timur.
”Sebagian besar pembeli adalah para pendaki yang sudah turun dari pendakian. Tetapi ada juga yang akan naik Rinjani,” kata Sukarno.
Baca juga: Mendaki Rinjani, Memungut 1,6 Ton Sampah Pendaki
Sukarno dan Weni optimistis ke depan akan terus meningkat. Apalagi peminat wisata pendakian terus bertambah.
Hal itu tentu akan membuat berkah Rinjani terus mengalir. Hanya saja, hal itu kembali ke kebijakan Balai TNGR yang membawahkan kawasan tersebut. Selain itu, juga penanganan pandemi agar tidak lagi meningkat sehingga pembatasan pergerakan masyarakat kembali terjadi. Jadi, ayo ke Rinjani!