Pengungsi akibat bencana banjir yang melanda Kota Sorong, Papua Barat, mencapai 2.000 orang. Para pengungsi sangat membutuhkan bantuan makanan, pakaian, dan air bersih.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sekitar 2.000 warga mengungsi karena terdampak bencana banjir dan longsor pada Selasa (23/8/2022) dini hari. Para pengungsi membutuhkan bantuan air bersih, pakaian, dan makanan siap saji.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sorong, Papua Barat, Herlin Sasabone, saat dihubungi dari Jayapura, Rabu (24/8/2022), mengatakan, para pengungsi yang terdampak banjir dan longsor tersebar di empat distrik (kecamatan). Empat distrik ini meliputi Sorong Utara, Sorong Timur, Klaurung, dan Sorong Manoi.
Diketahui, banjir dan longsor dipicu hujan deras pada Senin pukul 22.00 WIT hingga Selasa pukul 04.00 WIT. Kondisi ini menyebabkan terjadi banjir setinggi 1,2 meter di sembilan titik dan longsor di dua titik.
Jumlah warga yang terdampak banjir sekitar 500 keluarga. Tiga warga meninggal karena rumahnya tertimbun longsoran tanah dan 10 orang lainnya luka-luka.
Ia memaparkan, BPBD Kota Sorong telah menyalurkan bantuan ke lima lokasi pengungsian yang terdampak banjir. Bantuan bahan pokok juga disalurkan ke sejumlah dapur umum yang disiapkan warga.
”Kami memberikan bantuan berupa makanan siap saji, bahan makanan, perlengkapan keluarga, obat-obatan, dan pakaian. Kami akan melanjutkan pemberian bantuan ke lokasi lainnya pada Kamis (25/8/2022),” papar Herlin.
Muhammad Syarif Sahupala (49), warga yang terdampak banjir di Distrik Sorong Utara, mengaku, dirinya bersama puluhan keluarga lainnya belum mendapatkan bantuan dari BPBD hingga kini. Ia berharap BPBD dapat meninjau lokasi mereka dan memberikan bantuan, khususnya pakaian dan makanan siap saji.
”Sejak Selasa kemarin, kami tidak memasak karena air merendam kompor dan semua perabotan lainnya di rumah. Mudah-mudahan kami segera mendapatkan bantuan dari pemda setempat,” harap pria berusia 49 tahun ini.
Herlin menuturkan, pemicu banjir tidak hanya faktor cuaca ekstrem. Masalah banjir yang terjadi hampir setiap tahun di Kota Sorong juga dipengaruhi kondisi lingkungan.
Banyak warga yang membuang sampah di sungai dan saluran drainase. Selain itu, diduga banyak terdapat usaha galian C yang menyebabkan terjadi pembukaan areal hutan di daerah Sorong Utara. Padahal, lokasi tersebut merupakan daerah resapan air.
”Kami akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Sorong terkait masalah lingkungan yang berdampak sering terjadi banjir saat hujan ekstrem. Pemkot Sorong melalui dinas terkait telah melakukan normalisasi di sejumlah daerah aliran sungai pada Selasa kemarin,” kata Herlin.
Berdasarkan catatan Kompas dari tahun 2020 hingga Agustus 2022, sudah terjadi tiga kali banjir dan longsor. Kondisi ini dipicu setelah hujan deras selama berjam-jam.
Banjir dan longsor yang pertama pada 16 hingga 17 Juli tahun 2020. Tercatat lima warga meninggal dalam musibah ini.
Kemudian, bencana yang sama pada 11 September 2021. Tidak terdapat korban akibat banjir yang merendam ratusan rumah saat itu. Banjir dan longsor yang ketiga terjadi pada Selasa kemarin, yang meliputi sembilan lokasi banjir dan dua lokasi musibah longsor.
Koordinator Bidang Observasi Stasiun Meteorologi Sorong, Laode Bangsawan, mengatakan, bencana banjir dan longsor dipicu curah hujan deras dengan intensitas ekstrem atau di atas 100 milimeter per hari sejak 21 Agustus hingga 23 Agustus. Fenomena ini karena Kota Sorong memasuki puncak musim hujan dari Juni hingga Agustus.
Dari hasil pantauan Stasiun Meteorologi Sorong, curah hujan di Kota Sorong pada Minggu mencapai 140,8 milimeter, curah hujan pada Senin mencapai 132,5 milimeter. Sementara curah hujan pada Selasa kemarin mencapai 107,6 milimeter.
”Diperkirakan, intensitas curah hujan akan berkurang setelah hujan deras selama tiga hari terakhir. Kami berharap warga tetap memantau informasi peringatan cuaca buruk yang disampaikan BMKG melalui media massa dan media sosial. Tujuannya agar dapat menyiapkan upaya mitigasi bencana secara lebih dini,” kata Laode. (FLO)