Nelayan asal Merauke Diduga Tewas Ditembak Tentara PNG
Seorang nelayan asal Kabupaten Merauke, Papua, diduga tewas ditembak tentara Papua Niugini. Pemerintah Indonesia meminta klarifikasi dari otoritas keamanan Papua Niugini atas insiden tersebut.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Seorang nelayan asal Kabupaten Merauke, Papua, tewas tertembak pada Senin (22/8/2022) di perairan negara Papua Niugini yang berbatasan dengan Provinsi Papua. Diduga korban ditembak tentara Papua Niugini yang sedang berpatroli di perairan tersebut.
Kepala Kepolisian Resor Merauke Ajun Komisaris Besar Sandi Sultan, Selasa (23/8/2022), mengatakan, korban yang bernama Sugeng (48) merupakan nakhoda kapal nelayan KM Calvin 02. Dia bersama delapan awak kapal dan dua kapal nelayan lainnya mulai melaut pada 17 Agustus 2022.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sejumlah saksi, lanjut Sandi, korban bersama para awaknya bertolak dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Merauke pada pukul 05.30 WIT. Mereka mulai menangkap ikan di perairan Indonesia yang berbatasan dengan perairan Australia dan Papua Niugini (PNG) sehari kemudian.
Setelah itu, KM Calvin 02 bersama dua kapal nelayan lainnya, yakni KM Arsila 77 dan KM Baraka Paris, mengganti lokasi penangkapan dan mulai menjaring ikan di perairan PNG sejak Sabtu (20/8/2022) hingga Senin kemarin. Sekitar pukul 13.00 WIT, datanglah perahu motor patroli milik tentara PNG.
Perahu motor dengan dua mesin 90 PK itu mengangkut 10 tentara PNG. Perahu patroli itu kemudian mengelilingi KM Calvin 02. Sebanyak empat dari 10 tentara PNG yang memiliki senjata laras panjang melepaskan tembakan dari sisi kiri dan kanan kapal.
Delapan awak kapal berhasil selamat, sedangkan Sugeng diduga tewas di tempat. Setelah memeriksa kondisi Sugeng sekitar sejam, para tentara ini meninggalkan lokasi tersebut.
”Para awak kapal Calvin 02 mengevakuasi jenazah Sugeng dan tiba di Pelabuhan Perikanan Nusantara Merauke pada Selasa ini pukul 08.30 WIT. Korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Merauke untuk dilakukan pemeriksaan jenazah,” tutur Sandi.
Ia menambahkan, aparat keamanan PNG masih menahan para awak KM Arsila 77 dan KM Baraka Paris hingga kini. Jumlah awak kapal KM Arsila 77 sebanyak tujuh orang, sedangkan awak KM Baraka Paris enam orang.
Kepala Badan Perbatasan dan Kerja Sama Luar Negeri Provinsi Papua Suzana D Wanggai mengatakan, pihaknya telah melaporkan informasi penembakan Sugeng ke Kedutaan Besar RI di Port Moresby, ibu kota PNG, dan Konsulat RI di Vanimo. Kedua pihak ini akan berkoordinasi dengan Pemerintah PNG untuk meminta kronologi insiden tersebut.
”Jenazah Sugeng telah dimakamkan kerabatnya di Merauke pada Selasa ini sekitar pukul 12.00 WIT. Pemprov Papua akan mengambil sikap setelah mendapat penjelasan dari Pemerintah PNG. Tentu Pemerintah Indonesia akan mengajukan protes keras atas kejadian ini,” tutur Suzana.
Duta Besar Indonesia untuk PNG Andriana Supandy saat dihubungi Kompas mengatakan, pihaknya telah meminta tanggapan dari pemerintah dan otoritas aparat keamanan, yakni PNG Defence Force dan kepolisian. Pemerintah PNG tengah menginvestigasi insiden tersebut.
Ia menyatakan Pemerintah Indonesia sangat menyesalkan insiden tersebut. Pemerintah Indonesia juga telah meminta klarifikasi kepada pihak keamanan PNG terkait upaya penegakan hukum dengan melepaskan tembakan ke Sugeng sudah sesuai prosedur atau tidak.
”Pemerintah PNG segera menyampaikan hasil investigasi insiden penembakan Sugeng dalam waktu dekat. Apabila terbukti benar, Pemerintah Indonesia akan mengambil langkah selanjutnya,” ucap Andriana.