Rumah Warga di Lombok Rusak akibat Gempa Bermagnitudo 5,8
Rumah milik warga Lombok Tengah, NTB, rusak akibat gempa bermagnitudo 5,8 yang mengguncang Bali, NTB, dan Jawa Timur pada Senin sore. Tidak ada laporan korban jiwa atau korban luka.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 5,8 mengguncang Bali dan Nusa Tenggara Barat serta Jawa Timur pada Senin (22/8/2022) sore. Belum ada laporan korban jiwa, tetapi satu rumah warga di Lombok rusak akibat kejadian tersebut.
Rumah yang rusak akibat gempa berada di Perumahan Roemah Mandalika di Dusun Montong Razak, Desa Batu Nyala, Kecamatan Praya Tengah, sekitar 7 kilometer selatan Praya, ibu Kota Lombok Tengah.
Berdasarkan pantauan Kompas pada Senin malam, rumah milik warga bernama Muhammad Hamdiana (57) tersebut rusak sedang. Tidak ada dinding yang roboh, tetapi bata penopang atap jatuh dan membuat plafon rumah tersebut jebol.
Bata disertai debu tebal terlihat menumpuk di dua kamar. Warung milik Hamdiana di bagian depan rumahnya pun tak luput dari debu tebal.
”Saya sedang menonton TV ketika gempa terjadi. Ada guncangan dan saya langsung lari. Saat tiba di luar rumah, bata penopang atap ambruk dan menjebol plafon,” katanya.
Menurut Hamdiana, saat kejadian, ia seorang diri di rumahnya. Istri dan anggota keluarga lain sedang berada di Mataram. ”Sampai saat ini tetap ada rasa khawatir, misalnya gempa susulan. Jadi, untuk malam ini kami mengungsi di rumah keluarga,” katanya.
Ada guncangan dan saya langsung lari. Saat tiba di luar rumah, bata penopang atap ambruk dan menjebol plafon.
Serka Herman Supriadi, Babinsa Desa Batu Nyala, Praya Tengah, dari Koramil 1620-01/Praya, Lombok Tengah, menambahkan, baru satu rumah di kawasan tersebut yang dilaporkan terdampak gempa. Ia belum bisa memastikan kondisi rumah lain.
”Sementara baru ini laporan yang kami terima. Rencananya besok bersama tim gabungan akan membersihkan rumah ini,” kata Herman.
Tanpa tsunami
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Mataram Ardhianto Septiadhi dalam keterangan persnya, Senin sore, mengatakan, gempa tektonik tersebut terjadi pada pukul 16.36.33 Wita.
Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,6. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 9,36 derajat lintang selatan dan 115,56 derajat bujur timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 47 kilometer arah selatan Nusa Penida, Klungkung, Bali, pada kedalaman 134 km.
Menurut Ardhianto, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi lempeng. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di sejumlah daerah di Bali dan Nusa Tenggara Barat serta Jawa Timur. Intensitasnya berbeda-beda berdasarkan skala modified mercalli intensity (MMI) atau satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Misalnya di Badung, Denpasar, Klungkung, Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Tengah dengan skala intensitas IV MMI (Jika pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah ). Sementara di daerah Buleleng, Tabanan, Karangasem, Gianyar, Lombok Utara, Lombok Timur, Dompu, Sumbawa, Sumbawa Barat, dan Bima dengan skala intensitas III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu).
Sementara di daerah Jember, Jawa Timur, dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ).
Menurut Ardhianto, hingga pukul 17.00 Wita, dari hasil pengawasan BMKG, belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan. ”Kami mengimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata Ardhianto.