Evakuasi Pendaki yang Jatuh di Puncak Rinjani Terkendala Cuaca dan Medan
Tim SAR gabungan hingga saat masih berupaya mengevakuasi pendaki asal Portugal yang jatuh di Gunung Rinjani. Proses evakuasi terkendala cuaca dan medan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Boaz Bar Anan, pendaki berkewarganegaraan Portugal, diduga terjatuh saat berswafoto dari tepi jurang puncak Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Jumat (19/8/2022). Hingga Senin (22/8/2022), proses evakuasi Boaz yang diperkirakan tewas itu masih berlangsung dan terkendala cuaca serta kondisi medan.
Seperti diberitakan, kecelakaan itu terjadi pada Jumat pagi sekitar pukul 05.30 Wita. Boaz bersama dua rekannya diketahui terdaftar dalam sistem pendakian Rinjani dan naik pada 18 Agustus 2022 melaui pintu Sembalun.
Sembalun merupakan salah satu dari enam pintu resmi pendakian Rinjani. Lima pintu lain adalah jalur Senaru dan Torean (Lombok Utara), jalur Aik Berik (Lombok Tengah), serta jalur Tete Batu dan Timbanuh (Lombok Timur).
Boaz terjatuh hingga jarak 150 meter dari puncak Rinjani. Ia diperkirakan tewas akibat kecelakaan itu. Setelah kejadian, tim SAR gabungan sebanyak 35 orang langsung berangkat untuk evakuasi.
Tim SAR gabungan berasal, antara lain, dari unsur Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Edelweis Medical Health Center (EMHC), Kantor SAR Mataram, SAR Lombok Timur, Dinas Pemadam Kebakaran Lombok Timur, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lombok Timur. Selain itu, ada pula bantuan empat personel dari Polda NTB di hari kedua operasi.
Selama proses evakuasi berlangsung, akses ke puncak Rinjani ditutup untuk pendaki. Mereka hanya diperbolehkan sampai di Pelawangan Sembalun atau area berkemah sebelum mendaki ke puncak.
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Dwi Pangestu, saat dihubungi dari Mataram, mengatakan, hingga Senin sore proses evakuasi masih berlangsung. Jenazah Boaz belum bisa dijangkau tim. ”Ada sejumlah kendala, yakni cuaca dan juga kondisi medan,” katanya.
Menurut Dwi, seperti pada Minggu kemarin, angin kencang melanda area puncak gunung berapi setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut itu. Selain itu, medan yang harus dilewati untuk menuju lokasi jenazah Boaz juga berupa bebatuan yang mudah jatuh.
Dari sejumlah dokumentasi milik Kantor SAR Mataram terlihat tim evakuasi berada di kawasan puncak Rinjani. Di sana, mereka terlebih dahulu melakukan assessment dan mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk menjangkau lokasi Boaz. Setelah semua siap, mereka mencoba turun ke lokasi korban.
”Kemarin sekitar pukul 10.00, tim coba turun. Lalu, secara bergantian hingga pukul 16.00 Wita, tetapi hasil masih nihil. Sekitar pukul 16.30, tim terakhir kembali ke pelawangan karena cuaca kurang mendukung dan sudah mulai gelap,” kata staf Humas Kantor SAR Mataram, I Gusti Lanang Wiswananda.
Kecelakaan di gunung sering terjadi karena tidak mengenal medan.
Kejadian yang menimpa Boaz menambah daftar kecelakaan di Gunung Rinjani sepanjang Agustus 2022. Pada 6 Agustus 2022, seorang pendaki terkilir di jalur pendakian Torean. Hal itu membuatnya harus dievakuasi dan tidak bisa melanjutkan pendakian.
Sehari kemudian, seorang pendaki asing yang hendak turun ke Danau Segara Anak (dari Pelawangan Senaru), terpeleset di Km 10 jalur Pelawangan Sembalun-Danau Segara Anak. Cidera membuatnya tidak bisa melanjutkan perjalanan dan harus dievakuasi sehari kemudian.
Pada Juli 2020 lalu, seorang pendaki juga dilaporkan meninggal di Rinjani. Pendaki asal Lombok Tengah itu nekat mendaki, padahal saat itu Rinjani tengah ditutup untuk pemulihan ekosistem dan antisipasi cuaca ekstrem.
Lalu Erwin Mustiadi (32) dari Mantap Adventure, salah satu trekking organizer pendakian Rinjani, mengatakan, kecelakaan di gunung sering terjadi karena tidak mengenal medan. Faktor lain adalah tidak mengindahkan instruksi pemandu. Selain itu, pendaki juga tidak siap dari segi peralatan serta memaksakan keadaan fisik.