Masyarakat Seberang Pabayan menggelar upacara bendera di Muara Batang Arau, Kota Padang. Selain perayaan kemerdekaan, ada secuil harapan agar sungai itu merdeka dari sampah.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
Di tengah muara Batang Arau, Sang Saka Merah Putih berkibar pelan. Sekelilingnya ada delapan perahu cadik, dua perahu motor, dan belasan papan selancar berderet lurus. Para penumpang perahu dan pemilik papan selancar itu hormat ke bendera sembari melantunkan lagu ”Indonesia Raya”.
Upacara bendera di Muara Batang Arau, Rabu (17/8/2022) pagi itu, digelar oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gunung Padang. Ada sekitar 30 peserta upacara, antara lain para nelayan, anggota pokdarwis, anggota klub selancar, pencinta sungai, dan warga kampung nelayan itu.
”Saya langsung gabung sehabis melaut, belum sempat merapat. Hari kemerdekaan ini patut disyukuri, dirayakan sekali setahun. Tidak seperti dulu, sekarang kita bebas ke mana-mana,” kata Atom (76), nelayan di Kampung Seberang Pabayan, Kelurahan Batang Arau, Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat, seusai upacara.
Upacara peringatan HUT Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia ini berlangsung sederhana, tetapi terasa khidmat. Saat musik lagu ”Indonesia Raya” dikumandangkan, para peserta yang berdiri dan duduk di perahu atau berenang di samping papan selancar menyanyi sungguh-sungguh.
Sementara itu, puluhan warga yang tidak bisa ikut upacara di tengah muara yang dipimpin Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan lurah setempat itu menyaksikan dari tepian sungai. Mereka mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang lanjut usia.
Tanpa sampah
Ketua Pokdarwis Gunung Padang mengatakan, upacara bendera di tengah muara ini selain untuk merayakan kemerdekaan dengan cara unik, juga dilakukan sebagai kampanye kebersihan sungai. Kampung Seberang Pabayan yang merupakan kampung nelayan termasuk yang terdampak pencemaran sampah di muara sungai.
”Pesan kami, semoga Seberang Pabayan bisa dikenal luas dan nelayan bisa melaut tanpa ada sampah. Sampah berserakan, ikan di sini menghilang,” kata Faula seusai upacara.
Di pinggiran Batang Arau memang masih banyak sampah plastik ataupun organik mengambang terombang-ambing air yang berkecipak. Aroma tidak sedap menusuk-nusuk hidung. Hal ini terlihat kontras dengan suasana indah Gunung Padang dan laut di kawasan Pelabuhan Muaro.
Faula menjelaskan, sebagai kawasan muara, sampah-sampah di lokasi itu sebagian besar merupakan kiriman dari arah hulu di sepanjang Batang Arau. Selain itu, tak menutup kemungkinan juga ada sumbangsih dari warga sekitar muara.
Menurut Faula, keberadaan sampah-sampah itu juga memengaruhi keindahan. Ia berharap destinasi wisata di sekitar lokasi itu bisa bebas dari sampah. ”Harapan kami, warga di Kota Padang, terutama di sepanjang Batang Arau, tidak membuang sampah ke sungai. Agar wilayah kami, destinasi wisata kami maju, tidak tercemar oleh sampah-sampah ini,” ujarnya.
Semangat yang sama diutarakan pula oleh Maiyudi Putra (24), anggota Muaro Surf Club. Ia bersama kawan-kawannya ingin mengampanyekan agar Batang Arau bebas dari sampah, terutama sampah plastik.
”Bukan kami yang menyampahkan Batang Arau ini, kebanyakan sampahnya datang dari hulu. Jadi, tolonglah bantu bersihkan Batang Arau dari sampah. Warga Padang bantu menjaga kebersihan Batang Arau,” kata Maiyudi.
Bukan kami yang menyampahkan Batang Arau ini, kebanyakan sampahnya datang dari hulu. Jadi, tolonglah bantu bersihkan sampah di Batang Arau.
Lurah Batang Arau Barma Heri mengatakan, dalam upacara bendera itu, terselip pesan moral tentang nasionalisme. Secara umum, ia melihat ada kecenderungan nasionalisme warga negara belakangan ini mulai menipis. Namun, tidak demikian di Seberang Pabayan.
”Masyarakat antusias. Ternyata masih ada nasionalisme itu. Warga, termasuk pemuda, remaja, bahkan anak-anak, antusias sekali menyaksikan upacara bendera kali ini,” kata Barma.
Terkait sampah yang mencemari Batang Arau, Barma mengatakan, kelurahan selalu mendukung program pemerintah. Sekali sebulan, di pekan pertama, ada kegiatan Padang Bergoro. Warga kelurahan bersama-sama membersihkan lingkungan dan tidak membuang sampah ke sungai.
Akan tetapi, karena besarnya debit Batang Arau dan banyaknya kiriman sampah dari hulu, kata Barma, kegiatan itu belum bisa mengatasi masalah sampah di sungai itu. Sementara itu, upaya pembersihan muara belum optimal karena hanya dua petugas yang disediakan dinas lingkungan hidup untuk membersihkan sungai.
Di momen 17 Agustus ini, warga Kampung Seberang Pabayan bisa merayakan kemerdekaan dengan caranya sendiri. Namun, kehendak agar muara Batang Arau merdeka dari sampah harus terus diupayakan.