Seorang bayi meninggal setelah tenggelam di tengah banjir di Katingan, Kalteng. Selain itu, banjir mulai bergerak ke hilir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
KASONGAN, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, memakan korban jiwa. Bayi berumur 11 bulan tewas setelah jatuh dari gendongan ibunya dan tenggelam di genangan air yang merendam rumahnya. Banjir yang telah memasuki hari kelima ini juga mulai bergeser ke wilayah hilir.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby, saat dihubungi dari Palangkaraya, Selasa (9/8/2022), menjelaskan, korban tinggal di Desa Dehes, Kecamatan Sanaman Mantikei. Selain Sanaman Mantikei, dua kecamatan yang masih terendam banjir adalah Petak Malai dan Katingan Tengah.
Roby mengatakan, bayi itu terjatuh dari gendongan ibunya dari katil atau panggung kayu yang disiapkan di tengah rumah saat air banjir masuk ke dalam rumah. ”Saat terlepas dari gendongan ibunya, lalu jatuh melewati jendela rumah, tenggelam, lalu ditemukan meninggal di belakang rumah,” katanya.
Rumah korban merupakan rumah kayu panggung dengan ketinggian 2 meter. Bagian bawah rumah, lanjut Roby, merupakan genangan air. Ketinggian air di desa itu lebih kurang 40 sentimeter. Namun, karena dekat dengan sungai, banjir yang merendam rumah datang dengan arus yang cukup kuat.
Adapun katil biasanya dipasang di tengah ruangan yang berhubungan langsung dengan jendela yang dibuat di tengah dinding rumah. Pihak keluarga dan warga sekitar sempat melakukan pencarian, tetapi baru beberapa jam kemudian mayat bayi itu ditemukan di belakang rumah.
Roby menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Selasa pagi dan menurut rencana jenazah dimakamkan pada Rabu (10/8/2022). Di desa itu, lanjut Roby, setidaknya 120 rumah terendam banjir beserta lima bangunan atau fasilitas publik yang juga terendam.
Banjir kini juga mulai bergeser ke wilayah hilir. Setidaknya lima desa dan dua kelurahan di Kecamatan Katingan Hilir terendam. Lima desa yang terdampak adalah Tumbang Liting, Tewang Kadamba, Talian Kereng, Telangkah, dan Banut Kalanaman. Adapun dua kelurahan yang terendam yakni Kasongan Lama dan Kasongan Baru.
Camat Katingan Hilir Dony Merianto mengungkapkan, banjir tersebut merupakan luapan dari wilayah hulu Katingan, khususnya Sungai Samba di Katingan Hulu. ”Tapi secara keseluruhan kondisinya aman. Maksudnya, banjir belum sampai menyebabkan banyak rumah warga terendam,” katanya.
Dony menambahkan, dua desa yang terendam banjir, yakni Tumbang Liting dan Tewang Kadamba, merupakan wilayah dataran rendah dan dekat Sungai Katingan sehingga bukan masuk kategori banjir kiriman. ”Kemungkinan bisa surut cepat mengingat sudah tidak ada hujan di wilayah hulu,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng Bayu Herinata mengungkapkan, pemerintah perlu melihat penyebab banjir dari sisi daya dukung dan daya tampung lingkungan yang kian merosot di daerah aliran sungai (DAS) Katingan. Selain daya dukung dan daya tampung lingkungan, faktor lainnya bisa dikaitkan dengan konteks perubahan iklim. Banjir menjadi bukti perubahan iklim kian nyata.
”Bentuk-bentuk perubahan iklim itu sudah dirasakan dampaknya. Ini terutama di daerah hulu, di mana seharusnya di sana menjadi wilayah tangkapan air sehingga bisa mendukung daerah-daerah di bawahnya,” ungkap Bayu.
Bayu pun melihat banjir terus berulang dan kian buruk. Selain banjir yang meluas, dampaknya juga akan melebar hingga ke urusan sosial dan ekonomi masyarakat.