Meriahnya Perayaan Tahun Baru Islam di Sokaraja, Banyumas
Perayaan Tahun Baru Islam 1444 H di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, berlangsung meriah, diwarnai dengan berebut gunungan dan makan bersama. Momen ini jadi kesempatan bersyukur sekaligus introspeksi diri.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Tiga gunungan dengan tinggi sekitar 1 meter hingga 1,5 meter diarak keliling Desa Sokaraja Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sebagai rangkaian perayaan Tahun Baru Islam 1444 Hijriah, Sabtu (30/7/2022). Perayaan yang disambut meriah warga itu merupakan bentuk ucapan syukur warga atas berkah selama setahun terakhir dan harapan akan tahun depan yang lebih baik.
Tiga gunungan itu masing-masing berupa gunungan hasil bumi berupa sayur-mayur dan bumbu dapur. Sementara dua lainnya berupa gunungan jajanan anak-anak.
Setibanya di pelataran Pesarean Keboetoeh desa setempat, yang merupakan makam leluhur warga Banyumas, doa bersama digelar. Ratusan warga dari RW 007, Desa Sokaraja Kulon, yang terdiri atas empat RT antusias mengikuti rangkaian perayaan Tahun Baru Islam 1444 Hijriah itu. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua tumpah ruah di pelataran makam.
Meski mentari pagi cukup menyengat, mereka tetap bertahan dan khusyuk melantunkan doa syukur atas rezeki sepanjang tahun, serta mohon perlindungan untuk tahun berikutnya. Tak lupa, mereka juga berdoa bagi para leluhur yang dimakamkan di pesarean tersebut.
Di makam ini juga disemayamkan sejumlah tokoh Banyumas yang namanya diabadikan menjadi nama jalan atau rumah sakit. Mereka, antara lain, adalah Dokter Margono yang namanya menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah Margono, Dokter Angka yang namanya jadi nama jalan. Serta ada pula makam Raden Adipati Bratadiningrat atau Martadiredja I yang pernah menjadi pemimpin Banyumas
Setelah didoakan, tiga gunungan itu pun langsung diserbu ratusan warga. ”Alhamdulilah dapat sayur buat dimasak nanti,” kata Mutalimah (40) selepas berebut gunungan sambil memeluk erat aneka sayur-mayur, mulai dari kacang panjang, sawi, bumbu dapur, seperti bawang merah dan bawang putih, hingga mi instan.
Agah (13) yang mendapatkan sayur serta jajanan berujar, ”Ramai dan asyik juga ikut rebutan gunungan itu. Ini sayur buat Ibu biar dimasak di rumah.”
Ketua RW 0O7, Desa Desa Sokaraja, Kulon Hadiman mengatakan, kegiatan tahunan itu berlangsung sejak 2018, tetapi sempat terhenti karena Covid-19. ”Kegiatan ini jadi acara silahturahmi dan berdoa bersama,” katanya.
Rangkaian perayaan di Desa Sokaraja Kulon ini ditutup dengan makan bersama. Nasi tumpeng dengan menu bakmi goreng, sayur urab atau kluban, rica-rica ikan yang terasa nikmat disantap bersama para warga.
Syukur dan terima kasih
Pegiat Budaya Sokaraja, Cahyono, menyampaikan, gunungan yang mengerucut ke atas melambangkan syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Gunungan yang terdiri atas beragam sayur-mayur itu juga memiliki banyak makna filosofis. Misalnya kacang panjang, itu melambangkan harapan untuk dipanjangkan umur serta rezekinya.
Selain itu, di gunungan itu juga terdapat tanaman toga atau tanaman obat keluarga berupa jahe, kunyit, dan lain-lain sebagai sarana memperkuat imunitas saat Covid-19 melanda.
Gunungan yang mengerucut ke atas melambangkan syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa.
Kepala Desa Sokaraja Kulon Adi Sukmono mengapresiasi kegiatan yang digelar atas inisiatif warga. Diharapkan kegiatan ini bisa berlangsung setiap tahun dan lebih dari itu semoga lewat kegiatan ini, warga kian rukun dan doa-doa baiknya terkabul.
”Semoga kita semua sehat-sehat, dimudahkan segala urusannya, dilancarkan usahanya, rezekinya yang banyak, dan yang punya utang lunas,” kata Adi disambut teriakan ”aamiin” secara serentak oleh para warga.
Adi juga menyampaikan, kesempatan Tahun Baru ini jadi syarat instrospeksi diri dan evaluasi diri supaya pada tahun-tahun mendatang bisa menjadi pribadi dan masyarakat yang lebih baik.
”Kita harus bisa instropeksi diri, mungkin tahun kemarin ada hal-hal yang masih kekurangan atau hal tidak baik, itu perlu ditinggalkan dan hal yang baik itu ditingkatkan,” ujarnya.
Di tingkat kabupaten, Bupati Banyumas Achmad Husein berpesan dalam perayaan Tahun 1444 H ini kiranya juga diisi dengan introspeksi diri. Selain itu, Husein juga memberikan semangat kepada masyarakat untuk bersama-sama menghadapi segala tantangan yang ada.
”Kita harus mampu memperkuat optimisme bahwa kita mampu melewati segala ujian dan rintangan dengan segenap usaha dan doa,” ujarnya.