Kit Diagnostik Kanker Usus Besar untuk Deteksi Dini Mutasi Genetik Kanker
Susanti, peneliti kanker dari Universitas Muhammadiyah, bersama timnya menemukan kit diagonstik kanker usus besar. Alat ini bisa untuk mendeteksi mutasi genetik kanker secara dini.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Peneliti kanker, Susanti, bersama timnya menemukan inovasi BioColoMelt-Dx atau kit diagnostik kanker usus besar guna mendeteksi secara dini mutasi genetik kanker. Temuan ini diharapkan bisa mencegah bertambah parahnya suatu tumor serta dapat untuk menentukan terapi yang tepat bagi penderita kanker.
Susanti mengatakan, cara kerja kit itu mirip seperti tes reaksi berantai polimerase (PCR) Covid-19, tetapi berbeda interpretasi dan beda tujuan.
”Kalau Covid-19 untuk menentukan seseorang positif Covid-19 atau tidak. Kalau kit ini, sudah ada pasien yang terdiagnosis kanker, kemudian biasanya, kan, dioperasi dan biopsi, tumor yang dioperasi itu diekstrak DNA (asam deoksiribonukleat)-nya kemudian di-PCR menggunakan reagen-reagen ini. Nanti diketahui tumor itu punya mutasi gen apa,” ujar Susanti, yang juga dosen di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (26/7/2022).
Temuan mutasi gen itu nantinya digunakan dokter untuk menentukan jenis terapi atau obat yang cocok. ”Contohnya pasien dengan kelainan genetik gen x, maka dapat obat nomor 1. Kalau genetik gen b, dapat nomor 2. Jadi, tidak bisa sama. Kalau selama ini, kan, masih berdasarkan stadium berapa,” ujarnya.
Susanti menyampaikan, temuan ini merupakan bagian dari kuliah S3-nya di Inggris dan butuh waktu sekitar dua tahun untuk memvalidasi data dan temuan bagi pasien di Indonesia. Temuan juga hasil kolaborasi antara tim Rumah Sakit Kanker Darmais, RSCM FK UI, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, RS Sardjito, Universitas Riau, BRIN, LIPI, KBRI London, serta University of Nottingham.
Kit yang dipakai untuk memprofilkan pasien kanker dengan kelainan genetik apa saja ini juga bisa dipakai untuk mendeteksi seseorang yang punya kanker, apakah memiliki kelainan genetik turunan atau tidak.
”Kalau ada kelainan genetik turunan, bagi pasien memang mungkin sudah terlambat, ya, tapi ini penting untuk keluarga yang sedarah, ayah, ibu, anak, kakak-adik. Kalau ada kelainan genetik turunan, keluarganya itu juga punya risiko tinggi untuk mengidap kanker sehingga keluarga ini bisa dimasukkan ke program deteksi secara lebih dini,” ucapnya.
Menurut Susanti, proses untuk mengetahui jenis kelainan genetik dalam alat PCR dengan metode melting analysis ini butuh waktu sekitar 2 jam. ”Metode yang kami kembangkan ini memang mudah, berbasis PCR sehingga mudah diimplementasikan di Indonesia secara luas apalagi karena Covid-19, mesin PCR sudah ada di mana-mana,” ujarnya.
Susanti menyebutkan, kit diagnostik itu terdiri atas komponen DNA, di dalamnya ada reagen utama yang disebut primer atau bagian kecil DNA dan itu adalah buatan. Primer itu akan menempel ke DNA yang ada di tumor dan akan terjadi proses sintesis DNA yang banyak sehingga yang awalnya ada satu kopi DNA jadi ribuan kopi DNA.
”Dari jenis DNA yang terkopi itu bisa terlihat berdasarkan melting analisnya, apakah ada mutasi atau tidak,” kata Susanti yang sehari-hari berdomisili di Inggris.
Dari segi biaya, selama ini deteksi kanker perlu biaya sekitar Rp 5 juta untuk satu gen, kalau kit ini untuk 6 gen bisa sekitar Rp 2 juta-Rp 4 juta. ”Jadi, kami memang lima kali lebih murah dan ini diproduksi di Indonesia,” ujarnya.
Kit diagnostik bernama BioColoMelt-Dx yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero) dan juga dikembangkan oleh PathGen ini telah diproduksi massal pada Juli 2022 ini.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam siaran pers mengapresiasi pencapaian Susanti tersebut. ”Orang berilmu itu harus dihargai. Islam bahkan menempatkan orang berilmu itu tinggi. Iman tanpa ilmu tidak akan mencapai derajat yang tinggi,” katanya.