Gegara Pengaruh Minuman Keras, Seorang Ibu di Rote Tega Menewaskan Anaknya
Seorang ibu yang sedang mabuk di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, tega membunuh anak kandungnya hanya karena masalah sepele. Sang anak yang baru berusia 2 tahun minta minum teh saat si ibu tertidur.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
Pengaruh minuman keras berupa hilang kesadaran dan akal sehat nyata adanya dalam kasus pembunuhan di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Seorang ibu yang mabuk karena pengaruh minuman keras tega membunuh anak kandungnya yang masih berumur 2 tahun. Masalahnya sepele, sang anak merengek minta minum teh.
Desa Mbueain di Kecamatan Rote Barat, Rote Ndao, relatif lengang, Jumat (16/7/2022). Pagi itu, AA (42) bersama dua rekannya, EP (39) dan RN (44), menghabiskan waktu di rumah AA dengan menenggak minuman keras jenis arak. Di sela-sela ngobrol dan menenggak minuman keras, AA masih bisa menyuapi anaknya, YN (2), dengan bubur putih.
Waktu berlalu, tak terasa arak 650 mililiter dalam botol minuman kemasan plastik ludes ditenggak oleh AA bersama dua rekannya. Tak lama berselang, EP dan RN kembali ke kediaman masing-masing. Sekitar 30 menit kemudian, GA, tetangga lainnya, datang ke rumah AA untuk membeli ikan lele. AA memang berjualan lele di rumahnya.
Jelang tengah hari, seperti dikisahkan Kepala Seksi Humas Polres Rote Ndao Ajun Inspektur Satu Anam Nurcahyo, AA mengajak YN tidur siang. Saat itu, AA tertidur nyenyak seusai mengonsumsi arak, sedangkan YN sempat terbangun dan berjalan menuju ruang tengah. Sesaat kemudian, YN kembali mendatangi ibunya dan merengek minta minum teh.
Terkejut atas rengekan anak kandungnya itu, AA bangun dari tidur dan langsung memarahi korban. ”Ini anak, katong (aku) mau tidur ju sonde (tidak) bisa. Minta minum teh terus,” kata Nurcahyo menirukan pengakuan AA.
Amarah AA kian mendidih melihat anaknya justru menumpahkan gula pasir di lantai. Sontak ia menghampiri anaknya dan merangkul dari arah belakang. Tanpa berpikir panjang telapak tangannya membekap menutup mulut dan hidung anaknya dengan sekuat tenaga. Kesulitan bernapas, YN pun meninggal seketika.
Takut tindakan kejinya diketahui keluarga dan tetangga, AA langsung menggendong anaknya keluar dari pintu belakang menuju hutan di belakang rumah. Sekitar 100 meter dari kediamannya, sampailah ia di hutan Meondolak. Di kawasan hutan itu, AA tega membuang jasad anaknya yang saat itu hanya mengenakan kaos berwarna biru, tanpa celana.
”Empat hari kemudian, yakni Senin, 18 Juli 2022, korban ditemukan tetangganya, DN, bersama tiga warga lainnya. Tetangga korban langsung melapor kejadian itu kepada Polsek setempat,” kata Nurcahyo.
Ibu delapan anak ini pun mengakui perbuatannya saat diperiksa polisi. Ia memiliki tujuh anak dari suami pertama dan telah bercerai. Adapun YN merupakan buah hati dari suami keduanya. Sang suami itu meninggal pada 2019.
Menarik perhatian publik
Koordinator Advokasi Pengembangan Inisiatif dan Adokasi Rakyat Nusa Tenggara Timur Paul SinlaEloE mengatakan, kasus kematian YN di tangan AA ibu kandungnya menarik perhatian berbagai pihak. Tidak hanya menyangkut kepastian hukum, tetapi juga aspek ikutan lainnya.
”Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi kaum ibu lain. Pelaku AA minum mabuk sampai membunuh anak kandungnya pun perlu ditelaah lebih jauh. Apakah pelaku minum mabuk sebagai unsur kesengajaan atau sebagai bagian dari pelampiasan tekanan ekonomi, sosial, budaya, dan situasi keluarga, atau hasutan dari sesama ibu di sekitar,” kata Paul di Kupang, Senin (25/7/2022).
Kasus kekerasan yang dilakukan seorang ibu hingga menewaskan anaknya yang masih balita bukan kali ini saja terjadi di NTT. Pada 1 Januari 2019, INA (33), seorang ibu di Kota Kupang, tega menganiaya anak perempuannya, DO (2), sehingga DO tewas (Kompas.id, 3/1/2019).
Tindakan itu juga dipicu persoalan sepele, sang anak pipis di atas kasur. INA yang tengah dikuasai amarah membentur-benturkan kepala bocah yang tak berdaya itu ke dinding kamar kosnya yang berada di Jalan Ukitau Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Saat itu, sang suami, SW (39), sedang berada di luar rumah.
Selang beberapa menit, korban mengalami kejang-kejang dan demam tinggi. INA panik dan membawa korban ke Puskesmas Penfui. Namun, nyawa sang buah hati tak tertolong lagi.
INA lantas menghubungi suaminya. Sekitar pukul 18.30 Wita, suami pelaku datang ke kamar kos. Korban kemudian dishalati ayahnya di dalam kamar kos. Kematian DO tidak diketahui orang lain.
Ironisnya, SW juga menyuruh istrinya untuk menguburkan anaknya secara diam-diam. INA pun pergi ke tempat yang sunyi di malam hari untuk menggali tanah. Saat hendak menguburkan anaknya di lokasi sekitar Bandara El Tari, INA tepergok prajurit TNI Angkatan Udara yang kemudian menangkapnya.