Jadi Otak Penembakan, Tentara di Semarang Empat Kali Berupaya Bunuh Istrinya
Kopral Dua Muslimin merupakan dalang penembakan istrinya, Rina Wulandari, di Kota Semarang, Jateng. Sebelumnya, Muslimin sudah tiga kali mencoba membunuh istrinya karena motif asmara.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Fakta mencengangkan diungkap penyidik dalam kasus penembakan terhadap Rina Wulandari (34), pekan lalu, di Kota Semarang, Jawa Tengah. Otak kejahatan itu adalah Kopral Dua Muslimin, suami Rina. Sebelumnya, Muslimin, yang kini buron, diketahui sudah tiga kali berencana membunuh istrinya itu.
Rina ditembak sekelompok orang tidak dikenal di depan rumahnya di Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Senin (18/7/2022), sekitar pukul 11.55. Kala itu, Rina tengah dalam perjalanan pulang setelah menjemput anak sulungnya dari sebuah SD di Kelurahan Srondol Wetan, Banyumanik.
Rina yang sedang mengendarai sepeda motor ditembak dua kali dari jarak dekat, sekitar 50 sentimeter. Tembakan pertama mengenai perut bagian kiri atas. Sementara tembakan kedua yang dilepaskan pelaku, 22 detik setelah tembakan pertama, meleset. Saat itu, Rina sempat menghindar sembari memeluk anaknya. Pelaku yang berboncengan menggunakan sepeda motor Kawasaki Ninja hijau langsung melarikan diri.
Setelah tertembak, ibu tiga anak ini masih sempat masuk ke dalam rumah sebelum lantas dilarikan ke Rumah Sakit Hermina Banyumanik. Dia diantar ke rumah sakit oleh Muslimin dan satu tetangganya. Namun, saat Rina sedang ditangani tim dokter, Muslimin tiba-tiba menghilang.
Sepekan berlalu, polisi menangkap para pelaku penembakan. Hingga Senin (25/7/2022), polisi menetapkan lima tersangka. Mereka adalah Sugiono (34), eksekutor penembakan, dan Ponco (26) sebagai pengemudi motor. Selain itu, ada Supriyono (45) dan Agus (43) yang memantau situasi di sekitar lokasi penembakan serta Dwi (37) sebagai penyuplai senjata api. Para tersangka dijerat Pasal 340 juncto Pasal 53 KUHP tentang Percobaan Pembunuhan Berencana. Semuanya terancam penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Kelima tersangka ditangkap di lima tempat pada 21-22 Juli 2022. Sebelumnya, polisi lebih dulu menemukan dua sepeda motor yang digunakan para tersangka di Mijen, Kota Semarang, dan Sayung, Demak. Di Mijen, sepeda motor Kawasaki Ninja sempat dicat ulang untuk menghilangkan jejak kejahatan.
”Kasus ini akan kami kembangkan kepada doenpleger atau yang menyuruh para tersangka, dalam hal ini suami korban. Kami mengimbau kepada suami korban untuk segera menyerahkan diri sebelum tim melakukan tindakan tegas,” kata Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi dalam konferensi pers di Semarang, Senin (25/7/2022).
Menurut Luthfi, Muslimin menyuruh para tersangka membunuh istrinya karena motif asmara. ”Suami korban punya pacar lagi. Perempuan berinisial W, pacar suami korban, sudah kami amankan dan periksa sebagai saksi,” ucapnya.
Lutfhi menambahkan, berdasarkan penggalian keterangan dari para tersangka, upaya pembunuhan terhadap Rina tidak hanya dilakukan satu kali. Sebelumnya, Muslimin sudah berulang kali berupaya merenggut nyawa istrinya.
Sekitar dua minggu sebelum penembakan, Muslimin berkonsultasi kepada tersangka Sugiono bahwa ia ingin membunuh Rina. Sugiono kemudian meminta saran kepada tersangka Agus. Agus memiliki ide agar Rina diracun dan sempat memberikan air kecubung kepada Muslimin. Namun, upaya itu gagal karena Muslimin mengaku tidak tega meracuni istrinya.
Rencana kemudian berganti. Muslimin meminta Sugiono berpura-pura merampok rumahnya, kemudian membunuh Rina. Upaya itu juga batal. Selanjutnya, upaya pembunuhan terhadap Rina diusulkan dengan mengirim santet. Lagi-lagi, upaya itu gagal.
Hingga akhirnya, Muslimin menyuruh Sugiono menembak Rina. Muslimin juga yang menentukan waktu dan lokasi penembakan. Semua dilakukan di depan rumahnya sendiri setelah istrinya menjemput anak mereka.
”Tersangka Sugiono lantas mencari senjata api dan mendapatkannya dari tersangka Dwi. Senjata api yang dipakai berjenis pistol dan dibeli sekitar Rp 3 juta,” tutur Luthfi.
Menurut keterangan para tersangka, Muslimin sempat meminta mereka kembali menembak untuk ketiga kalinya. Alasannya, dua kali ditembak, Rina masih hidup. Namun, permintaan itu tidak dituruti. Para tersangka malah lari ke sejumlah wilayah di Kota Semarang dan Demak.
Sekitar dua jam setelah kejadian, tersangka Sugiono dan Ponco kembali ke Banyumanik. Di sebuah minimarket di samping Rumah Sakit Hermina, mereka bertemu Muslimin. Muslimin lalu menyerahkan uang tunai Rp 120 juta sebagai imbalan jasa. Uang itu kemudian dibagi-bagi kepada tersangka lainnya. Para tersangka memakai uang tersebut untuk membeli kalung emas dan sepeda motor.
Apresiasi
Dalam konferensi pers, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman yang turut hadir mengapresiasi dan memberikan penghargaan atas kinerja tim gabungan dari Polri yang dengan cepat meringkus kelima tersangka. Dudung berharap Muslimin yang sehari-hari bertugas di Batalyon Artileri Pertahanan Udara 15/Dahana Bhaladika Yudha, Semarang, itu segera ditemukan.
”Saya sudah perintahkan Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro untuk terus berkoordinasi dengan Kapolda Jateng supaya (Muslimin) segera dicari dengan cepat. Kami juga akan transparan, anggota yang betul melanggar akan dihukum seberat-beratnya,” ujar Dudung.
Seusai kegiatan itu, Dudung bersama rombongan menuju Rumah Sakit dr Kariadi Semarang untuk menjenguk Rina. Sebelumnya, Rina sempat dirawat di Rumah Sakit Hermina Banyumanik. Di tempat itu, Rina menjalani operasi pengambilan peluru yang bersarang di tubuhnya. Rina kemudian dirujuk ke Rumah Sakit dr Kariadi untuk menjalani operasi lanjutan.
”Sebenarnya, saya berharap bisa berkomunikasi dengan Ibu Rina. Tapi, tadi saya lihat beliau tidur, jadi tidak bisa diajak berkomunikasi. Namun, menurut tim dokter, kondisinya saat ini sudah relatif membaik,” ucap Dudung.
Dudung juga sempat bertemu dengan keluarga dan anak-anak Rina. Menurut dia, anak-anak Rina dalam kondisi sehat. Ke depan, TNI akan memantau perkembangan kondisi kesehatan ataupun mental anak-anak tersebut.
Sementara itu, Erik Prabowo, dokter yang menangani Rina di Rumah Sakir dr Kariadi, mengatakan, Rina menderita cedera multiorgan akibat penembakan tersebut. Saat ini, Rina dirawat di ruang perawatan intensif setelah menjalani operasi lanjutan, Minggu (24/7/2022) malam.
”Operasi yang kami lakukan semalam untuk mengatasi cedera pada rongga perut. Pasien sudah dalam kondisi stabil. Namun, masih membutuhkan pemulihan sehingga kami berikan obat sedasi atau kami tidurkan,” kata Erik, Senin petang.