Harga tiga komoditas barang kebutuhan pokok di Papua sangat memberatkan konsumen. Ketiga komoditas itu adalah minyak goreng, bawang merah, dan cabai merah.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Harga tiga komoditas barang pokok di Papua masih tinggi hingga kini, yakni bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng dalam kemasan. Kondisi ini sangat membebani masyarakat dan pedagang di pasar tradisional.
Kepala Seksi Bahan Pokok dan Barang Penting Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Tenaga Kerja Provinsi Papua Baji Idrus di Jayapura, Senin (25/7/2022), mengatakan hanya ketiga komoditas itu yang harganya masih tinggi hingga kini. Sementara harga komoditas barang pokok lainnya masih stabil.
Baji memaparkan, harga cabai rawit senilai Rp 90.000 per kilogram, sedangkan harga bawang merah mencapai Rp 75.000 per kilogram. Kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah terjadi sejak bulan Mei lalu.
Biasanya harga normal cabai rawit berkisar Rp 50.000 hingga Rp 60.000 per kilogram. Sementara harga normal bawang merah berkisar Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per kilogram.
Sementara harga minyak goreng dalam kemasan mencapai Rp 25.000 hingga Rp 28.000 per liter. Sebelum terjadi masalah ketersediaan bahan baku minyak sawit tiga bulan lalu, harga minyak goreng dalam kemasan hanya Rp 17.000 per liter.
Sejumlah komoditas barang pokok yang sama sekali tidak mengalami kenaikan harga adalah telur, gula, dan tepung terigu. Harga tepung terigu berkisar Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per kilogram dan harga gula Rp 15.000 per kilogram.
”Harga minyak goreng di sejumlah wilayah Indonesia sudah mengalami penurunan. Sementara di Papua harga minyak goreng dalam kemasan dinilai konsumen masih mahal. Selain itu, minyak goreng curah dengan harga Rp 14.000 hingga Rp 16.000 per liter masih dijual secara terbatas dan di daerah tertentu saja, seperti Jayapura, Mimika, dan Merauke,” ungkap Baji.
Untuk itu, menurut rencana, kami akan berkoordinasi dengan Dinas Perindakop Papua mendatangkan bawang merah dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat. (Luna Daimboa)
Ia menuturkan, sebelumnya harga cabai rawit pada Juni lalu mencapai hingga Rp 110.000 per kilogram. Saat ini harga cabai rawit di Jayapura dan sekitarnya turun ke angka Rp 90.000 per kilogram setelah adanya tambahan pasokan cabai rawit dari Sulawesi Selatan.
Menurut Baji, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua untuk menekan tingginya harga bawang merah.
”Caranya adalah mendatangkan bawang merah dengan kapal dari daerah sentra produksi di luar Papua,” ujar Baji.
Marthen Tangalele, salah seorang pedagang di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, mengungkapkan, harga bawang merah di kabupaten yang berada di pegunungan Papua ini sudah mencapai Rp 90.000 per kilogram. Hal ini disebabkan adanya tambahan biaya angkut menggunakan pesawat.
”Masyarakat di Elelim sangat mengeluhkan tingginya harga bawang merah. Mereka bahkan tak mampu membeli bawang merah hingga 1 kilogram. Kami berharap pemerintah bisa menstabilkan harga bawang merah,” ungkap Marthen.
Menurut Kepala Bidang Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua Luna Daimboa, harga cabai rawit dan bawang merah sering mengalami kenaikan drastis jelang hari raya keagamaan.
Faktor lain, minimnya pasokan akibat gagal panen. Kondisi ini sering terjadi di daerah sentra seperti Kabupaten Keerom.
Produksi dari daerah sentra, menurut dia, tidak terlalu optimal karena curah hujan yang tinggi. ”Untuk itu, menurut rencana, kami berkoordinasi dengan Dinas Perindakop Papua mendatangkan bawang merah dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat,” ujarnya.
Kerja sama dengan NTB perlu dilakukan demi menekan tingginya harga bawang merah di Papua.