Sensasi wisata baru hadir di Kotabaru, Kalimantan Selatan, lewat olahraga paralayang dan gantole. Wisatawan bisa menikmati pemandangan indah saat terbang dari puncak Bukit Bapake.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Wisata olahraga udara atau aerosport paralayang dan gantole mulai dikembangkan di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pengunjung bisa merasakan keseruan melayang-layang di udara dan menikmati pemandangan yang indah saat terbang tandem bersama penerbang profesional dari puncak Bukit Bapake, 355 meter di atas permukaan laut.
Olpah Sari Risanta (52) berseru dan tertawa saat mendarat dengan mulus di pantai Desa Sarang Tiung, Kecamatan Pulau Laut Sigam, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Kamis (7/7/2022). Sore itu, ia berkesempatan menjajal paralayang dan terbang tandem bersama Lis Andriana, mantan atlet paralayang Indonesia.
”Seru banget terbang dengan paralayang. Saat melayang-layang di udara, kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa. Indah sekali,” ujar jurnalis Economic Travelling.com dari Kota Banjarmasin itu.
Olpah, yang baru pertama kali menjajal paralayang, memastikan tidak jera ikut terbang tandem meskipun ia sempat mengalami sedikit kendala saat hendak terbang pertama kali. Karena angin tidak begitu kuat, lepas landas baru berhasil pada percobaan kedua.
”Kalau ada kesempatan, saya masih mau mencoba terbang lagi. Enggak bakalan jera deh,” katanya.
Saat melayang-layang di udara, penikmat wisata olahraga udara disuguhkan dengan pemandangan alam Desa Sarang Tiung. Ada pemandangan hutan, kebun, pantai, perkampungan nelayan, dan lautan. Di lautan juga tampak perahu-perahu nelayan dan bagan atau bagang untuk penangkapan ikan.
”Semuanya terlihat sangat memukau dari ketinggian,” ujarnya.
Menurut Olpah, ia tidak ragu mencoba paralayang di Kotabaru karena terbang tandem bersama penerbang profesional. Lis Andriana, mantan atlet paralayang Indonesia, tercatat pernah menyabet hattrick atau tiga kali juara beruntun pada 2012, 2013, dan 2014 dalam ajang Paragliding Accuracy World Cup.
Untuk menjajal paralayang di Kotabaru, penikmat wisata olahraga udara harus datang ke Desa Sarang Tiung, yang terletak di utara Pulau Laut dan berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat Kotabaru atau sekitar 320 km dari Kota Banjarmasin. Dari desa tersebut naik dulu ke puncak Bukit Mamake (224 mdpl) melalui jalan sepanjang 1,2 km, kemudian lanjut lagi sejauh 2 km menuju puncak Bukit Bapake (355 mdpl).
Area terbang atau flying site paralayang dan gantole berada di puncak Bukit Bapake. Akses menuju ke puncak Bukit Bapake belum sebagus akses menuju ke puncak Bukit Mamake serta cukup ekstrem. Jalannya sempit, terjal, dan becek. Hanya mobil-mobil dobel gardan yang bisa naik sampai ke puncak. Itu pun harus dalam kondisi cuaca cerah.
Wisata kedirgantaraan pertama di Kalsel itu baru dibuka pada tahun ini. Pembukaannya ditandai dengan ekshibisi aerosport paralayang dan gantole pada 29 Mei hingga 4 Juni 2022, yang diikuti lebih dari 20 pilot paralayang dan gantole profesional dari beberapa negara, yakni Indonesia, Amerika Serikat, Perancis, Turki, dan Australia.
”Pada saat ekshibisi, yang mau merasakan sensasi terbang tandem cukup membayar Rp 450.000. Namun, untuk selanjutnya mungkin harus membayar Rp 575.000 atau sekitar Rp 600.000. Ini masih dalam pembahasan,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sarang Tiung Bahtiar.
Menjanjikan
Ilham Firmansyah, atlet nasional gantole dari Kalsel, mengatakan, wisata kedirgantaraanyang dikembangkan di Kotabaru sangat menjanjikan. Ia sudah beberapa kali mencoba terbang dari Flying Site Bukit Bapake.
”Harus diakui, Kalsel memiliki site yang luar biasa di Kotabaru. Tipikal anginnya sangat lembut dan padat (tipikal laminar) dan saya sangat enjoy terbang di sini,” kata Ilham, yang ikut membantu persiapan Lis saat lepas landas (take off).
Menurut Ilham, area terbang di Kotabaru memiliki keunggulan tersendiri karena kontur bukitnya memiliki kemiringan 210 derajat. Dengan kontur yang demikian, paralayang dan gantole bisa terbang dengan berbagai kondisi angin, kecuali angin barat. Musim angin barat biasanya terjadi selama tiga bulan, yakni Desember, Januari, dan Februari.
”Di Kotabaru, orang bisa terbang dengan angin utara, timur, tenggara, ataupun selatan. Karena itu, waktu terbang dalam setahun cukup panjang, yakni bisa terbang terus selama 9-10 bulan,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, di daerah Pantai Parangtritis, Yogyakarta, durasi terbang dalam setahun hanya 3-4 bulan. ”Di Parangtritis, orang hanya bisa terbang dengan angin barat,” kata Ilham, yang cukup lama belajar gantole di Yogyakarta.
Ilham, yang mewakili Kalsel di ajang Pekan Olahraga Nasional XX atau PON Papua 2021, memastikan tidak ada kesulitan berarti terbang di Kotabaru. Kekurangannya saat ini cuma satu, yaitu area pendaratan di pantai Desa Sarang Tiung masih dipengaruhi pasang surut air laut. Karena itu, di samping faktor cuaca, faktor pasang surut laut juga menentukan untuk terbang.
”Untuk saat ini, terbang hanya bisa dilakukan sekitar pukul 14.00 saat laut surut,” katanya.
Bahtiar mengatakan, laut biasanya mulai surut pukul 11.00 Wita dan mulai pasang lagi pukul 16.00 Wita. Surut dan pasangnya perlahan. Karena itu, sekitar pukul 14.00 adalah waktu paling aman untuk melakukan pendaratan di pantai Desa Sarang Tiung.
Kolaborasi
Untuk pengembangan wisata itu, sudah ada rencana kolaborasi antara pemerintah daerah dan perusahaan di Kotabaru untuk membangun area pendaratan yang permanen. Ada rencana meninggikan area pendaratan yang sekarang sejauh 150 meter ke arah laut dan 200 meter sepanjang garis pantai.
”Kalau itu terealisasi, olahraga paralayang dan gantole tidak lagi bergantung pasang surut laut,” ujar Bahtiar.
General Manager Operations PT Arutmin Indonesia Umar Hadi saat menjajal terbang tandem paralayang merasa bangga dengan kehadiran wisata olahraga paralayang dan gantoledi Kotabaru, yang kebetulan dekat wilayah kerja PT Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT).
”Saya melihat ini sangat luar biasa. Karena itu, kami dari manajemen PT Arutmin Indonesia akan ikut berkontribusi untuk pengembangan pariwisata di Kotabaru. Harapannya, kegiatan pariwisata di sini bisa mendatangkan banyak wisatawan lokal, Nusantara, hingga mancanegara,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kotabaru Khairian Anshari mengatakan, wisata olahraga paralayang dan gantole di Bukit Bapake-Mamake menjadi salah satu prioritas pengembangan sektor pariwisata di Kotabaru. Saat ini, akses menuju ke puncak bukit dan sarana prasarana penunjang sedang dibangun.
Khairian juga memastikan area pendaratan paralayang dan gantole akan dibangun permanen. Pantai area pendaratan saat ini akan ditinggikan. Untuk itu, pihaknya sudah berkomunikasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kotabaru agar pembangunan area pendaratan tidak mengganggu ekosistem pesisir.
”Kami pastikan pengembangan pariwisata di Kotabaru tetap berbasis lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal,” katanya.