BMKG mengeluarkan peringatan risiko terjadi banjir rob di Kepulauan Riau pada 11-19 Juli 2022. Adaptasi dan mitigasi diperlukan untuk menghadapi bencana yang terjadi secara rutin tersebut.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meminta warga Kepulauan Riau mewaspadai risiko banjir pesisir atau rob pada Senin-Selasa (11-19/7/2022). Ibu kota provinsi di Tanjung Pinang merupakan wilayah yang paling rawan terdampak.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam Suratman, Jumat (8/7/2022), mengatakan, rob berpotensi terjadi di seluruh wilayah Kepri pada satu minggu ke depan. Hal itu juga berdampak mengganggu transportasi laut dan aktivitas di pelabuhan.
Potensi rob di Kepri disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terjadi bersamaan dengan fenomena rutin air pasang pada bulan purnama. (Suratman)
Selama ini, wilayah Kepri yang paling rawan terdampak rob adalah Kota Tanjung Pinang. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepri menunjukkan, pada awal 2021 terjadi banjir serta longsor di 37 titik. Sedikitnya ada 375 keluarga yang terdampak bencana tersebut.
Pada 20 Agustus 2021, harian Kompas menerbitkan analisis dampak kenaikan air laut di 21 kota. Hasilnya, Tanjung Pinang merupakan salah satu kota dengan kerentanan tinggi. Diprediksi kenaikan air laut dan banjir rob akan menggenangi setengah luas Tanjung Pinang pada 2050.
Menanggapi hal itu, Kepala Pelaksana BPBD Kepri Muhammad Hasbi mengatakan telah meminta semua tim reaksi cepat di BPBD kabupaten/kota di Kepri agar bersiaga terhadap potensi rob tersebut. Ia juga mengimbau warga di daerah rawan, terutama Tanjung Pinang, untuk bersiaga menghadapi banjir.
”Imbauan waspada rob ini berlaku juga kepada kota/kabupaten lain. Warga di pesisir Kepri harus siaga menghadapi bencana saat cuaca ekstrem terjadi bersamaan dengan pasang besar seperti sekarang ini,” ujar Hasbi.
Sebelumnya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Kota Tanjung Pinang Surjadi mengatakan, pemerintah telah berupaya melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap potensi rob rutin itu. Adaptasi dilakukan dengan menjaga sempadan sungai serta menjaga tutupan hutan mangrove di pesisir.
Adapun program mitigasi dilakukan Pemerintah Kota Tanjung Pinang dengan menggandeng Balai Wilayah Sungai IV Sumatera. Saat ini mereka tengah membangun polder dan pintu air di kawasan permukiman rawan banjir. Selain itu, mereka juga membangun talud di pesisir untuk mencegah abrasi.