Angkutan barang dari Sulawesi Tengah perlu dipacu karena masih banyak potensi yang bisa dikembangkan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Arus angkutan barang ke dan dari Sulawesi Tengah, terutama di sekitar Teluk Palu, dipacu. Masih banyak ruang untuk meningkatkan kapasitas bongkar dan muat di pelabuhan yang ada saat ini dan yang sementara diperbaiki. Barang yang bisa diperdagangkan antarpulau melalui jalur laut juga masih banyak. Perputaran barang penting untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Infrastruktur pengangkatan atau bongkar dan muat di Teluk Palu yang menyokong Kota Palu, ibu kota Sulteng, saat ini tengah diperbaiki karena rusak dihantam gempa dan tsunami pada 28 September 2018. Selain Palu, aktivitas bongkar muat juga menyokong Kabupaten Donggala, Sigi, serta Parigi Moutong yang menjadi wilayah penyangga.
Pelabuhan yang diperbaiki tersebut adalah Pelabuhan Donggala yang nantinya mendukung Pelabuhan Pantoloan untuk pengangkutan kontainer dan penumpang. Selama ini, Pelabuhan Donggala juga menjadi tempat pengangkutan kontainer, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Pelabuhan lainnya yang diperbaiki adalah Pelabuhan Wani yang akan menjadi tempat lalu lintas produk hortikultura dan ternak. Fungsi tersebut juga sudah berlangsung selama ini dengan tujuan pengangkutan ke Pulau Kalimantan. Sementara pelabuhan diperbaiki, pengangkutan dilakukan di dermaga kecil yang dibangun warga.
Pelabuhan Donggala dan Wani ditargetkan rampung dikerjakan pada 2023. Saat ini, pengerjaan masih pada penguatan timbunan tanah dan tanggul. Untuk Pelabuhan Pantoloan, yang selama ini menjadi tempat utama bongkar muat kontainer, tak ada perbaikan, melainkan hanya gedung kesyahbandaran yang tengah dibangun.
Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor Kesyahbandaran dan Operator Pelabuhan Pantoloan Dicky Pasaribu menyatakan, penyediaan infrastruktur berupa pelabuhan untuk menggerakkan ekonomi. Sulteng memiliki sumber daya alam yang besar, terutama di sektor pangan dan perkebunan, yang bisa diperdagangkan antarpulau.
”Perdagangan antarpulau biasanya memberikan nilai tambah karena harga lebih kompetitif. Ini harus dimanfaatkan dengan memaksimalkan pelabuhan,” ujar Dicky, di Palu, Kamis (7/7/2022).
Sejauh ini, merujuk data arus barang yang ada, terutama di Pelabuhan Pantoloan, pemanfaatan pelabuhan untuk angkutan barang belum maksimal. Hal itu terindikasi dari belum seimbangnya barang yang masuk (bongkar) dan barang yang dimuat.
Setiap bulan, Pelabuhan Pantoloan menerima sekitar 3.000 boks kontainer dari daerah-daerah di Indonesia, terutama Pulau Jawa, dengan isi bahan bangunan, pupuk, dan bahan pokok pabrikan. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 1.000 boks kontainer yang terisi komoditas, seperti kopra dan kakao, ketika meninggalkan Pelabuhan Pantoloan.
Dicky menyatakan, data tersebut bisa ditindaklanjuti untuk memacu pengiriman barang dari Sulteng. Dengan perbaikan dua pelabuhan saat ini, volume bongkar dan muat pasti akan meningkat. Hal itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Produk seperti jagung ini diharapkan bisa mengisi arus logistik via pelabuhan yang ada.
Pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur yang cukup dekat dengan Sulteng bisa menjadi momentum peningkatan arus barang keluar dari Sulteng. Ia menambahkan, untuk Pelabuhan Pantoloan masih ada ruang lebih untuk menampung bongkar dan muat. Lokasi bongkar muat masih cukup luas.
Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Donggala Rahmad M Arsyad menyatakan, pihaknya mendorong peningkatan produksi di sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan. Saat ini, Kadin Donggala memulai upaya peningkatan produksi jagung dengan membuat kebun percontohan. ”Tujuannya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Produk seperti jagung ini diharapkan bisa mengisi arus logistik via pelabuhan yang ada,” ujarnya.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng Donny I Setiawan menyampaikan, komoditas pertanian (hortikultura) dan perkebunan (buah, kopra, dan kakao) Sulteng sangat berpotensi untuk diperdagangkan antarpulau. Hal itu sudah mulai dilakukan, misalnya, dengan pengiriman durian via kontainer ke Jakarta.
”Kami akan berusaha memaksimalkan produk-produk unggulan untuk diperdagangkan antarpulau agar nilai tambahnya meningkat yang pada akhirnya meningkatkan ekonomi daerah,” ujarnya.
Bagi dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako, Palu, Ahlis Djirimu, sektor unggulan seperti pertanian dan perkebunan (pangan dan hortikultura) serta perikanan harus dikembangkan. Selama mobilitas barang dan orang ada, pelabuhan memberikan nilai untuk pengembangan ekonomi daerah.
Ia juga menambahkan, kerja sama regional Sulawesi dan Kalimantan di sekitar Selat Makassar serta Laut Sulawesi perlu dilembagakan untuk meningkatkan arus barang dan orang. Di dua lautan tersebut, ada delapan provinsi dengan 41 kabupaten/kota. Itu potensi besar untuk meningkatkan mobilitas barang dan orang yang pada muaranya meningkatkan ekonomi.