Pelabuhan-pelabuhan yang Menyatukan Nusantara
Di Indonesia, pelabuhan memegang kunci sebagai sarana penghubung antarpulau. Saat ini, banyak pelabuhan yang kian ramai, tetapi ada pula yang meredup seiring perubahan pembangunan.

Kapal feri menepi ke Pelabuhan Penyeberangan Kariangau di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (29/8/2019).
Sebagai negara maritim, pelabuhan menjadi kunci dalam transportasi Nusantara. Fungsinya tak berhenti sebagai penyambung mobilitas antarpulau, tetapi juga menentukan kelancaran ekonomi daerah-daerah.
Momen mudik April-Mei 2022 lalu menjadi bukti bahwa penyeberangan memegang peran utama. Kementerian Perhubungan melaporkan pergerakan penumpang tertinggi bukan pada angkutan darat, melainkan penyeberangan. Dari H-7 hingga H+1 Lebaran ada total 7.219.715 pemudik yang menggunakan angkutan umum. Dari jumlah itu, 2.158.947 di antaranya merupakan penumpang angkutan penyeberangan.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati, seperti dikutipKompas.com, menyatakan pergerakan penumpang terbanyak ada di tiga Pelabuhan, yakni Merak-Bakauheni, Gilimanuk-Ketapang, dan Kariangau-Balikpapan. Selain itu, penumpang tersebar di 274 pelabuhan lain. Kompas mencoba memotret beberapa pelabuhan besar maupun kecil yang pernah atau masih berperan penting saat ini. Berikut pelabuhan tersebut.
Merak-Bakauheni
Pelabuhan ini menjadi pelabuhan yang teramai dilintasi pemudik pada 2022. Berdasarkan data Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Bakauheni, selama arus balik Lebaran 2022, ada 1,02 juta penumpang kapal yang menyeberang dari Sumatera ke Jawa. Penumpang kapal didominasi pemudik yang kembali dari kampung halamannya.
Sejak beroperasi pada 1981, pelabuhan ini telah menjadi urat nadi perekonomian Jawa-Lampung. Truk-truk logistik yang mengangkut berbagai komoditas dari Sumatera dibawa melalui pelabuhan tersebut, begitu pula sebaliknya.
Untuk melayani ribuan penumpang dan kendaraan setiap hari, Pelabuhan Bakauheni dilengkapi tujuh dermaga. Satu dermaga merupakan dermaga eksekutif, sementara enam dermaga sisanya merupakan dermaga reguler.
Baca juga: Perkuat Daya Saing Antarpelabuhan Didorong Saling Melengkapi

Kendaraan roda empat mengantre di dermaga 3 Pelabuhan Bakauheni, Lampung, yang akan menyeberang ke Pulau Jawa, Sabtu (7/5/2022).
Kapal yang beroperasi setiap hari mencapai 28-30 unit. Saat puncak arus mudik, jumlah kapal yang beroperasi bisa mencapai 32 unit per hari. Adapun jarak Pelabuhan Bakauheni ke Pelabuhan Merak sejauh 15 mil. Jarak ini ditempuh kapal roro selama 90 menit. Adapun waktu tunggu untuk berlabuh sekitar 60 menit.
Setiap tahun, ada sekitar 24 juta orang yang menyeberang dari Sumatera ke Jawa. Potensi inilah yang mendorong pemerintah untuk membangun kawasan pariwisata terintegrasi Bakauheni Harbour City. Pembangunan kawasan seluas 214 hektar itu dimulai dengan peletakan batu pertama pada 27 Oktober 2021.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyampaikan, pembangunan kawasan itu akan mengubah Bakauheni dari daerah perlintasan menjadi persinggahan. Kawasan itu nantinya dibuat sebagai kompleks pariwisata terintegrasi. Selain masjid dan pusat UMKM, akan dibangun pula Creative Hub serta Housing Development and Entrepreneur Center.
Ketapang-Gilimanuk
Pelabuhan penyeberangan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, dan Gilimanuk di Jembrana, Bali, juga termasuk pelabuhan terpadat dalam pergerakan penumpang selama masa arus mudik dan balik Lebaran 2022.
Berdasarkan laporan data produksi angkutan Lebaran 2022 dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ketapang, tercatat 586.485 penumpang bertolak dari Pelabuhan Ketapang menuju Bali. Sebaliknya, 621.596 penumpang menyeberang ke Jawa melalui Gilimanuk sejak 22 April sampai 13 Mei 2022.
Penyeberangan ini menjadi favorit masyarakat karena dekat dengan kawasan wisata, baik di Banyuwangi maupun di Bali. Sekelompok pengendara sepeda motor Harley-Davidson dari Ibu Kota, di antaranya, Joe Daniel (47), Candra Heru (48), dan Punky Simatupang (47), memilih perjalanan jalur darat (road trip) dari Jakarta ke Bali dan sebaliknya karena menyenangkan. ”Ombaknya terasa,” kata Chandra yang diiyakan Punky dan Joe, saat menyeberang ke Bali, Minggu (8/5/2022).
Baca juga: Kapal Pun Bisa Mundur Terseret Arus Selat Bali

Sejumlah kendaraan melintasi dermaga sesaat setelah menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (13/3/2021).
Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk memiliki rute pendek dengan waktu tempuh kira-kira 45 menit. Layanan penyeberangan melalui pelabuhan beroperasi sejak pagi hari sampai malam hari.
Bagi Bali, khususnya Kabupaten Jembrana, keberadaan pelabuhan penyeberangan Gilimanuk menjadi simpul konektivitas penting, yakni menjadi pintu masuk Bali yang nantinya terkoneksi dengan simpul-simpul infrastruktur baru lainnya, misalnya, jalan tol Probolinggo-Banyuwangi dan bandara baru di Bali utara.
Pelabuhan Gilimanuk nantinya terkoneksi dengan tol Gilimanuk-Mengwi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencanangkan pembangunan jalan tol Gilimanuk (Jembrana)-Mengwi (Badung) mulai pertengahan 2022.
Jalan tol yang selanjutnya dinamai Jalan Tol Jagat Kerthi Bali itu menurut rencana dioperasikan pada November 2024. Keberadaan tol sepanjang 96,84 kilometer itu juga akan terhubung dengan kawasan terminal penghubung distribusi logistik.
Baca juga: Tol Gilimanuk-Mengwi Akan Dilengkapi Jalur Sepeda

Proyek terowongan (underpass) di sekitar Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan jalan tol Bali Mandara rampung dikerjakan. Tim Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII dan Kementerian Perhubungan bersama Satuan Lalu Lintas Polresta Denpasar, Senin (10/9/2018).
Amolengo-Labuan
Di luar Jawa, jalur laut tetap menjadi pilihan utama. Kesibukan pelabuhan di Amolengo di Konawe Selatan dan Labuan di Buton Utara adalah contohnya. Saat arus mudik dan balik Lebaran 2022, jumlah penumpang di Pelabuhan Amolengo-Labuan tercatat 12.000 orang dalam kurun waktu H-3 sampai H+3 Lebaran atau naik 1.000 persen dibandingkan masa mudik sebelumnya.
Di Amolengo, yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Kendari, Sulawesi Tenggara, ini, antrean kendaraan mencapai 3 kilometer di beberapa hari menjelang Lebaran lalu. Muhajirin (37), pemudik asal Kendari, misalnya tiba di Amolengo pada Sabtu (30/4/2022) pagi. Namun, ia baru bisa berangkat jelang malam atau setelah 10 jam mengantre.
”Harus banyak sabar karena antre panjang. Untung tidak sampai menginap di pelabuhan,” katanya. Belasan tahun menetap di Kendari, baru kali ini ia mengalami masa mudik yang begitu padat.

Warga mengamati kapal penyeberangan KMP Bahtera Mas II yang baru saja diresmikan bersama Pelabuhan Penyeberangan Amolengo, Kabupaten Konawe Selatan dan Pelabuhan Labuan, Kabupaten Buton Utara, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, Sabtu (20/2/2016).
Kepala Seksi Operasional UPTD Pelabuhan Amolengo Indrawan menuturkan, kenaikan penumpang Lebaran tahun ini menjadi yang tertinggi sejak diresmikan 2016 lalu. ”Kami harus mengakui, kami kewalahan dalam melayani penumpang mudik Lebaran kali ini karena jauh di luar perkiraan kami,” kata Indra, dihubungi dari Kendari, Sabtu (14/5/2022).
Lebih dari 1.000 mobil dan 10.000 motor menyeberang saat itu. Di masa sebelum pandemi, jumlah kendaraan yang diangkut dalam masa mudik hanya kisaran 300 mobil, dengan penumpang di kisaran 1.000 orang.
Meski begitu, ia melanjutkan, kendaraan bisa diurai dengan cepat dan tidak sampai menginap di pelabuhan. Sebab, rute Amolengo-Labuan yang berjarak 8 mil laut bisa ditempuh kurang dari satu jam perjalanan. Dua feri yang disiagakan, terus beroperasi hingga pukul 21.00 Wita. Jumlah perjalanan feri dalam sehari mencapai 11 trip atau meningkat dari hari normal yang hanya 3-5 trip.
Pelabuhan Amolengo selama ini menghubungkan daratan Sultra dengan wilayah kepulauan, khususnya Pulau Buton. Selain Buton Utara, pelintas bisa menuju daerah lain dalam satu pulau, yaitu Buton Selatan, Baubau, Buton, juga wilayah Muna. Di pelabuhan ini, satu mobil kecil dikenai tarif Rp 231.000 dan motor Rp 45.000. Sementara untuk penumpang dibebani tiket Rp 17.000 per orang.
Ke depan, Indrawan menuturkan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, bersama Kementerian Perhubungan, berencana menjadikan Pelabuhan Amolengo percontohan untuk Indonesia timur.
Rasau Jaya-Teluk Batang
Di Kalimantan, penyeberangan pun vital. Pelabuhan Rasau Jaya-Teluk Batang di Kalimantan Barat, misalnya, menghubungkan Kabupaten Kubu Raya dengan Kabupaten Kayong Utara, via Sungai Kapuas. Jarak tempuh dari Pelabuhan Rasau Jaya menuju Teluk Batang sekitar 12 jam dan dilayani kapal Feri milik ASDP.
Nano Rumansyah (37), warga Kabupaten Ketapang, Senin (16/5/2022), menuturkan, penyeberangan tersebut merupakan jalur alternatif dari jalur darat trans-Kalimantan. Selain melayani penumpang, jalur ini juga dipakai untuk mengangkut barang logistik.
”Sejak masa saya kuliah hingga kini, jika ingin ke Pontianak atau Kubu Raya, menggunakan jalur sungai. Di kapal saya bisa istirahat. Dibandingkan menggunakan jalur trans-Kalimantan ratusan kilometer cukup melelahkan,” ujar Nano.
Lihat juga: Sungai Kapuas Mengalir Jauh

Lanskap Sungai Kapuas yang membelah Kota Sintang di Kalimantan Barat, Rabu (13/10/2021). Sungai ini juga menjadi nadi transportasi di Kalimantan Barat.
Selain bisa beristirahat, Nano juga bisa menyaksikan hutan mangrove di jalur pelayaran sungai. Boris Pasaribu (35), warga Pontianak, menuturkan, pemandangan saat sore hari juga menarik. Terkadang ia masih bisa melihat hewan dan pemandangan di pesisir.
Untuk bisa berlayar, penumpang bisa membeli tiket dewasa bertarif Rp 65.000 per orang. Adapun untuk anak Rp 35.000 per orang. Tiket itu sudah termasuk asuransi perjalanan. Adapun tarif kendaraan, disesuaikan dengan golongan. Sebagai contoh, kendaraan golongan I tarif angkutan ditambah asuransi Rp 75.000. Waktu tempuh pelayaran rute ini mencapai 12 jam.
Sape-Labuan Bajo

Pelabuhan penumpang di Labuan Bajo.
Pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Timur terhubung lewat jalur Pelabuhan Sape di Pulau Sumbawa dan Labuan Bajo di Flores. General Manager PT ASDP (Persero) Cabang Sape Eva Mardiani yang dihubungi dari Mataram, Senin (16/5/2022), mengatakan, mereka melayani rute Sape-Labuan Bajo, NTT, dengan mengoperasikan dua kapal.
Menurut Eva, pada periode 29 April hingga 3 Mei 2022, atau saat momen mudik Lebaran penumpang pejalan kaki (Labuan Bajo-Sape) naik 50 persen dari normal. Begitu juga kendaran kecil naik 35 persen dari normal. Saat arus balik, juga terjadi peningkatan terurai sebesar 25 persen dari normal.
Jalur ini juga menjadi jalur utama bagi kendaraan logistik. Setiap hari truk dari Jawa membawa muatan pabrik, seperti sabun, popok, hingga ban kendaraan untuk dibawa ke kota-kota di Pulau Flores. Sebaliknya, dari Flores, truk-truk logistik mengangkut berbagai hasil bumi, seperti jagung, kopi, atau jambu mete ke Jawa melewati Sumbawa.
Jalur ini juga menjadi salah satu jalur favorit pelancong karena menghubungkan kawasan wisata ternama Labuan Bajo. Untuk penumpang kelas ekonomi harga tiket Rp 83.000. Sementara untuk kelas bisnis Rp 103.000. Pembelian tiket pun sudah bisa menggunakan uang elektronik.
Ujung-Kamal
Berbeda dengan kondisi pelabuhan lainnya, Pelabuhan Penghubung Jawa Timur dan Madura, yakni Ujung-Kamal, justru mulai ditinggalkan. Peribahasa bagaikan telur di ujung tanduk lebih pas menggambarkan kondisi penyeberangan feri Pelabuhan Ujung di Surabaya, Jawa Timur, dan Pelabuhan Kamal di Bangkalan, Madura.
Penyeberangan itu amat berjaya sampai 2009 atau sebelum peresmian dan pengoperasian Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). Di saat berjaya, belasan kapal motor feri bolak-balik dipenuhi kendaraan, barang, dan penumpang dari empat dermaga di Ujung dan di Kamal. Operasional 24 jam atau tanpa henti.
Namun, saat ini, hanya dua bahtera penumpang dari satu dermaga di Ujung dan di Kamal. Layanan penyeberangan terbatas, yakni 11 jam atau kurun pukul 07.00-18.00 WIB setiap hari. Suasana ramai dan lalu lintas yang macet saat mudik kini menjadi hal yang langka, bahkan tidak terjadi di tahun ini.

Petugas menunggu KMP Gajah Mada dari Pelabuhan Kamal sandar di Pelabuhan Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (16/5/2022). Saat ini, penyeberangan dari Surabaya ke Madura dan sebaliknya hanya dilayani oleh dua kapal motor penumpang. Hal tersebut karena banyak warga yang kini beralih ke Jembatan Suramadu.
Menurut Arifudin, General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Surabaya, pergerakan masyarakat lintas Surabaya-Madura jelas lebih banyak melalui Jembatan Suramadu. ”Namun, penyeberangan masih diperlukan terutama oleh warga Bangkalan bagian barat yang bekerja di Surabaya dan dekat dengan Pelabuhan Ujung,” kata Arifudin di sela memantau pergerakan angkutan Lebaran 2022.
Pengguna penyeberangan Ujung-Kamal ialah kalangan pekerja di Surabaya, tetapi tinggal di Bangkalan, terutama di sekitar Kamal. Mereka cenderung memakai penyeberangan dengan waktu tempuh rata-rata 30 menit menyeberangi Selat Madura. Jika melalui Jembatan Suramadu, mereka harus memutar ke timur dan setiba di Surabaya berbelok ke barat-utara.
”Kalau sekarang, hanya dua kapal yang melayani penyeberangan. Saat Lebaran ditambah satu kapal,” kata Arifudin.
Memang tidak semua pelabuhan bisa bertahan, tetapi secara keseluruhuan pelabuhan penting perannya dalam negara kepulauan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, tercatat ada 277 pelabuhan. Jumlah ini naik dibandingkan tahun 2016 sebanyak 266 dan 2015 sebanyak 261 unit. Kian tingginya mobilitas antarpulau, tak menutup kemungkinan jumlah pelabuhan pun kian bertambah, begitu pula hiruk pikuk keramaiannya.
Lihat juga: Ujung Pengabdian di Ujung-Kamal

Jembatan Suramadu saat malam hari, Sabtu (24/8/2013).