Makin terkendalinya pandemi dan longgarnya syarat bepergian membuat kegiatan pariwisata di Lombok kembali menggeliat. Hal itu berdampak pada naiknya omzet pelaku UMKM yang makin membaik dibandingkan dengan saat pandemi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kembali menggeliat pascapademi. Misalnya pada usaha kerajinan dan kuliner. Hal itu terlihat dari mulai meningkatnya omzet bulanan mereka dibandingkan dengan selama dua tahun pandemi.
Ketua Sentosa Sasak Tenun, asal Pringgasela, Lombok Timur, M Maliki, saat dihubungi dari Mataram, Rabu (6/7/2022), mengatakan, sejak Maret 2022 mulai ada geliat.
Pada Maret Lombok menjadi tuan rumah pergelaran MotoGP di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah. Pergelaran balap motor paling bergengsi di dunia itu menjadi titik awal bangkitnya pariwisata di NTB dan berdampak ke semua sektor terkait.
Dampak kegiatan itu dan kehadiran Sirkuit Mandalika terus berlanjut. Mandalika menjadi magnet yang menarik wisatawan datang ke Lombok. Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Pramuwisata Indonesia Lombok Tengah Syamsul Bahri mengatakan, hampir setiap akhir pekan Lombok ramai wisatawan, terutama yang ingin melihat Sirkuit Mandalika.
Menggeliatnya wisatawan secara langsung berdampak pada usaha jasa pariwisata terkait, termasuk UMKM yang ada. ”Pertama kali setelah pandemi, seusai MotoGP, kami kedatangan tamu 50 orang sekaligus ke gerai,” kata Maliki antusias.
Sejalan dengan kembali ramainya wisatawan, kata Maliki, omzet bulanan meningkat. Saat ini omzet Sentosa Sasak berkisar Rp 45 juta hingga Rp 50 juta per bulan. Sementara saat pandemi, menurut Maliki, omzet hanya Rp 2 juta-Rp 3 juta, bahkan tidak jarang kosong.
Menurut Maliki, Sentosa Sasak Tenun saat ini membawahkan 100 perajin. Satu perajin masing-masing memproduksi dua helai kain setiap bulan. Dengan demikian, dalam sebulan, mereka memproduksi sekitar 200 helai tenun.
Banyak rombongan yang berwisata ke Mandalika. Juga ada akomodasi laut dari Surabaya langsung ke Lombok yang pasti berpengaruh baik untuk wisata Lombok. (Sayuk Wibawati)
Salah satu ciri khas tenun Pringgasela adalah motif garis-garis berbagai warna di tengah kain yang disebut Sundawa. Sundawa adalah nama kali yang berada di tengah-tengah Desa Pringgasela.
Produk turunan
Selain dalam bentuk kain, Sentosa Sasak Tenun juga membuat produk turunan seperti baju dan sepatu. Sepatu kain tenun produksi mereka bahkan pernah dibeli oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
”Pembeli baik secara daring maupun luring yang datang langsung ke sini,” katanya.
Selain tenun, usaha kuliner juga kembali menggeliat. Misalnya, Nutsafir Cookies Lombok atau usaha kukis berbahan dasar biji-bijian. Pemilik Nutsafir Cookies Lombok, Sayuk Wibawati, mengatakan, selama Januari hingga Juni 2022, omzetnya naik 130 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada Januari-Juni 2021, omzetnya mencapai Rp 625 juta. Sementara pada Januari-Juni 2022 omzet meningkat hingga Rp 1,5 miliar. ”Jika tidak ada pandemi, saya yakin bakal jauh lebih tinggi lagi,” kata Sayuk.
Meningkatnya omzet, kata Sayuk, juga membuatnya menambah karyawan. Pada 2021 karyawannya sebanyak 12 orang. Memasuki 2022 meningkat menjadi 18 orang.
Seperti Maliki, menurut Sayuk, adanya ajang-ajang besar di NTB berpengaruh besar terhadap geliat usahanya. Ditambah lagi dengan keberadaan Sirkuit Mandalika yang membuat Lombok makin dikenal secara luas di Tanah Air. Termasuk juga kemudahan akses ke Lombok.
”Banyak rombongan yang berwisata ke Mandalika. Juga ada akomodasi laut dari Surabaya langsung ke Lombok yang pasti berpengaruh baik untuk wisata Lombok,” kata Sayuk.
Akomodasi laut itu membuat wisatawan bisa lebih berhemat pada biaya transportasi jika ke Lombok. Apalagi jika mereka membawa kendaraan sendiri tanpa perlu menyewa ketika berkeliling Lombok sehingga punya alokasi lebih untuk oleh-oleh.
Meski ada geliat, Sayuk masih dilanda kekhawatiran, terutama karena naiknya harga tiket pesawat ke Lombok yang bisa kembali membuat pariwisata lesu dan berimbas ke usahanya.
Saat ini harga tiket untuk sekali penerbangan pada rute Bali-Lombok berada di atas Rp 1 juta. Sebelumnya sekitar Rp 400.000.
”Semoga pemerintah bisa mencari solusi agar tiket penerbangan bisa kembali normal. Kita tahu Bapak Manteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sandiaga Salahuddin Uno) gencar mempromosikan destinasi wisata unggulan. Tetapi, akan percuma jika orang ingin berwisata terkendala mahalnya harga tiket,” kata Sayuk.