Dari hasil temuan dan pencocokan batuan, bagian atap Candi Mendut baru bisa 20 persen tersusun. Jika dipaksakan untuk dipasang, nantinya dibutuhkan tambahan batu baru untuk membuat atap ini 100 persen lengkap.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Berdasarkan temuan batuan dan rekonstruksi penyusunan batuan, struktur bangunan bagian atap Candi Mendut di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, baru mencapai sekitar 20 persen dari konstruksi seharusnya. Mengacu pada kondisi tersebut, maka rencana penutupan atap candi saat ini masih harus dikaji dan dipertimbangkan kembali.
Koordinator Perlindungan Balai Konservasi Borobudur (BKB) M Taufik mengatakan, ketika kemudian ingin tetap memasangkan bagian atap ke bangunan candi, tidak ada ada solusi lain kecuali menambahkan batu-batu baru.
”Jika ingin membuat struktur bagian atap ini 100 persen lengkap, sama seperti kontruksi awal dibuat, kita harus membuat 80 persen susunan batu yang hilang tersebut dengan menambahkan lebih dari 5.000 batu baru,” ujarnya, Selasa (5/7/2022).
Rekonstruksi bagian atap Candi Mendut dilakukan sudah dilakukan sejak 1,5 bulan lalu dan berakhir pada Selasa (5/7/2022).
Menurut dia, struktur bagian utama atap sebenarnya sudah lengkap terkumpul dan bisa disusun dari atas ke bawah. Namun, 80 persen bagian batu lainnya, termasuk batu pengisi di dalamnya, hingga Selasa (5/7/2022) tidak ditemukan.
Penutupan Candi Mendut dengan atap juga jauh lebih baik daripada sekadar menutup bagian atasnya dengan lembaran seng, seperti yang terjadi sekarang.
Bagian stupa induk yang merupakan puncak dari atap juga sudah ditemukan. Sekalipun ada susunan batuan yang hilang, rusak dan terbelah, bagian stupa tersebut masih bisa berdiri dengan susunan batuan 80 persen dari kondisi awal dibuat.
Dalam dunia arkeologi, kegiatan pemugaran atau perbaikan benda cagar budaya (BCB) seperti candi harus memenuhi empat prinsip keaslian, yaitu keaslian bentuk batu, keaslian bahan, keaslian tata letak, dan keaslian bahan. Mengacu pada prinsip tersebut, pemasangan bagian atap Candi Mendut jelas tidak bisa dilakukan.
Kendati demikian, dengan mempertimbangkan faktor lain, seperti rembesan air hujan yang rawan terjadi ketika candi dibiarkan tanpa atap, pemasangan bagian atap tersebut bisa kembali dikaji dan didiskusikan ulang.
”Penutupan Candi Mendut dengan atap juga jauh lebih baik daripada sekadar menutup bagian atasnya dengan lembaran seng, seperti yang terjadi sekarang,” ujarnya.
Penutupan bagian atas Candi Mendut dengan lembaran seng tersebut telah dilakukan sejak tahun 2019. Sebelumnya, hal ini dilakukan sebatas sebagai upaya sementara. Namun, akhirnya kondisi tersebut tetap dibiarkan hingga sekarang.
Namun, ketika nantinya bagian atap diputuskan untuk dipasang, BKB juga harus tetap melakukan kajian lebih lanjut untuk memastikan bahwa struktur bangunan candi yang sudah berdiri saat ini benar-benar siap untuk mendapatkan tambahan batuan atau tidak.
”Setelah sekian lama dibiarkan berdiri tanpa bagian atap, struktur bangunan candi yang berdiri saat ini belum tentu kuat untuk bisa kembali menahan tambahan batu-batu di bagian atas,” ujarnya. Sebagai gambaran, berat satu batu di Candi Mendut bisa mencapai sekitar 30 kilogram (kg).
Werdi (69), steller atau penyusun batuan candi, yang ikut terlibat dalam rekonstruksi batuan Candi Mendut mengatakan, dia dan rekan-rekannya sudah berupaya mencari, meneliti, dan mencocok-cocokkan batuan agar bagian atap candi tersusun lengkap. Namun, batu-batu yang dicari tidak kunjung didapatkan.
”Dari hasil pencarian, kami justru menemukan batu-batu asli bagian dari bangunan Candi Mendut, yang mana justru telah diganti pemerintah Belanda dengan batu-batu baru,” ujarnya. Oleh Belanda, batu-batu baru tersebut telah dipasang dan menjadi bagian dari bangunan Candi Mendut yang berdiri saat ini. Ketika kemudian batu-batu asli itu ingin dipasang, bangunan Candi Mendut harus dibongkar.
Sekitar tahun 2015, Werdi yang sebelumnya sempat bekerja sebagai pegawai BKB mengatakan, dirinya juga sempat diminta BKB untuk mencari batu-batu lepas bagian dari Candi Mendut, dari desa sekitar. Dari pencarian tersebut, sebagian batu berada di rumah-rumah warga, dan bahkan ada yang sudah dimanfaatkan sebagai batu fondasi rumah.